Bisa Jadi Kiamat Sungguhan, 6 Miliar Orang Tewas Jika Rusia dan AS Terlibat Perang Nuklir
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pertama kali dalam satu generasi isu perang nuklir kembali mengapung menyusul konflik berkepanjangan Rusia dan Ukraina . Apalagi Rusia beberapa kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir taktis.
Para ilmuwan menilai bahwa kemungkinan ledakan senjata nuklir telah meningkat menjadi sekitar sepuluh persen. Ditambah keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam konflik Rusia Ukraina, sehingga Presiden AS Joe Biden membandingkan situasi ini dengan krisis Rudal Kuba.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menilai konflik nuklir sebagai “dalam bidang kemungkinan.” Belum lagi, Korea Utara, negara paling baru di dunia yang memiliki senjata nuklir, juga secara terbuka mengancam untuk menggunakan senjata nuklirnya.
Sebuah studi dari Universitas Rutgers mengungkapkan bahwa pertukaran nuklir "terbatas" atau perang nuklir dalam skala kecil pun akan memiliki konsekuensi dramatis bagi umat manusia. Studi tersebut mencontohkan pertukaran terbatas antara India dan Pakistan yang juga memiliki senjata nuklir, berpotensi memusnahkan persediaan makanan global.
Tim ilmuwan Rutgers menemukan bahwa pertukaran semacam itu, melibatkan kurang dari 3% cadangan makanan dunia dan dapat membunuh sepertiga populasi dunia hanya dalam dua tahun. Bila terjadi perang nuklir dalam skala besar, misalnya antara AS dan Rusia, Itu bisa memusnahkan tiga perempat populasi dunia, hanya dalam dua tahun.
“Ini benar-benar peringatan bahwa setiap penggunaan senjata nuklir bisa menjadi malapetaka bagi dunia,” kata penulis studi tersebut ilmuwan iklim Rutgers Alan Robock dikutip dari laman 19fortyfive, Senin (12/12/2022).
Studi Robock adalah yang pertama memperhitungkan dengan cermat gangguan dampak perang nuklir terhadap iklim dan pasokan makanan. Hasilnya mengerikan.
Bahkan jika segelintir dari beberapa ribu senjata nuklir di dunia diledakkan, badai api besar akan terjadi. Badai api akan menimbulkan jelaga yang akan menghalangi matahari.
Dengan sinar matahari terhalang, atmosfer akan menjadi dingin. Pendinginan atmosfer akan memengaruhi segalanya, mulai dari produksi tanaman hingga panen ikan.
Hasilnya, perang nuklir, yang menewaskan puluhan juta di zona perang langsung, pada akhirnya akan menyebabkan ratusan juta kematian, di seluruh dunia, karena kelaparan.
“Menurut pendapat saya, penelitian kami menyimpulkan bahwa ancaman eksistensial senjata nuklir ini menunjukkan bahwa Anda tidak dapat menggunakan senjata nuklir,” tegas Robock.
Perang nuklir antara AS dan Rusia, meskipun kecil kemungkinannya, akan menyebabkan bencana yang lebih besar. Diperkirakan 5 miliar orang akan mati di seluruh dunia, bahkan bisa mencapai 6,7 miliar.
Penelitian Robock, jika kedua negara menargetkan pusat perkotaan satu sama lain, ledakan senjata nuklir, kebakaran, dan radiasi akan membunuh 127 juta orang di Asia Selatan. Sedangkan 37 juta metrik ton jelaga di atmosfer membuat suhu global turun lebih dari 5 derajat Celsius, ke tingkat yang belum pernah dialami sejak Zaman Es terakhir.
Penurunan suhu akan menghancurkan produksi makanan, sehingga jumlahnya turun sampai 42%. Kondisi ini mengakibatkan kelaparan yang akan membunuh lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia.
“Jika Anda menggunakannya (senjata nuklir), Anda seperti pelaku bom bunuh diri. Anda mencoba menyerang orang lain tetapi Anda akan mati kelaparan,” lanjut Robock.
Para ilmuwan menilai bahwa kemungkinan ledakan senjata nuklir telah meningkat menjadi sekitar sepuluh persen. Ditambah keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam konflik Rusia Ukraina, sehingga Presiden AS Joe Biden membandingkan situasi ini dengan krisis Rudal Kuba.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menilai konflik nuklir sebagai “dalam bidang kemungkinan.” Belum lagi, Korea Utara, negara paling baru di dunia yang memiliki senjata nuklir, juga secara terbuka mengancam untuk menggunakan senjata nuklirnya.
Sebuah studi dari Universitas Rutgers mengungkapkan bahwa pertukaran nuklir "terbatas" atau perang nuklir dalam skala kecil pun akan memiliki konsekuensi dramatis bagi umat manusia. Studi tersebut mencontohkan pertukaran terbatas antara India dan Pakistan yang juga memiliki senjata nuklir, berpotensi memusnahkan persediaan makanan global.
Tim ilmuwan Rutgers menemukan bahwa pertukaran semacam itu, melibatkan kurang dari 3% cadangan makanan dunia dan dapat membunuh sepertiga populasi dunia hanya dalam dua tahun. Bila terjadi perang nuklir dalam skala besar, misalnya antara AS dan Rusia, Itu bisa memusnahkan tiga perempat populasi dunia, hanya dalam dua tahun.
“Ini benar-benar peringatan bahwa setiap penggunaan senjata nuklir bisa menjadi malapetaka bagi dunia,” kata penulis studi tersebut ilmuwan iklim Rutgers Alan Robock dikutip dari laman 19fortyfive, Senin (12/12/2022).
Studi Robock adalah yang pertama memperhitungkan dengan cermat gangguan dampak perang nuklir terhadap iklim dan pasokan makanan. Hasilnya mengerikan.
Bahkan jika segelintir dari beberapa ribu senjata nuklir di dunia diledakkan, badai api besar akan terjadi. Badai api akan menimbulkan jelaga yang akan menghalangi matahari.
Dengan sinar matahari terhalang, atmosfer akan menjadi dingin. Pendinginan atmosfer akan memengaruhi segalanya, mulai dari produksi tanaman hingga panen ikan.
Hasilnya, perang nuklir, yang menewaskan puluhan juta di zona perang langsung, pada akhirnya akan menyebabkan ratusan juta kematian, di seluruh dunia, karena kelaparan.
“Menurut pendapat saya, penelitian kami menyimpulkan bahwa ancaman eksistensial senjata nuklir ini menunjukkan bahwa Anda tidak dapat menggunakan senjata nuklir,” tegas Robock.
Perang nuklir antara AS dan Rusia, meskipun kecil kemungkinannya, akan menyebabkan bencana yang lebih besar. Diperkirakan 5 miliar orang akan mati di seluruh dunia, bahkan bisa mencapai 6,7 miliar.
Penelitian Robock, jika kedua negara menargetkan pusat perkotaan satu sama lain, ledakan senjata nuklir, kebakaran, dan radiasi akan membunuh 127 juta orang di Asia Selatan. Sedangkan 37 juta metrik ton jelaga di atmosfer membuat suhu global turun lebih dari 5 derajat Celsius, ke tingkat yang belum pernah dialami sejak Zaman Es terakhir.
Penurunan suhu akan menghancurkan produksi makanan, sehingga jumlahnya turun sampai 42%. Kondisi ini mengakibatkan kelaparan yang akan membunuh lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia.
“Jika Anda menggunakannya (senjata nuklir), Anda seperti pelaku bom bunuh diri. Anda mencoba menyerang orang lain tetapi Anda akan mati kelaparan,” lanjut Robock.
(wib)