Ini Perbedaan Mencolok Tank Tempur Uni Soviet dan NATO
loading...
A
A
A
KIEV - Perang Rusia dan Ukraina masih terus berlanjut, adu kekuatan dari kedua belah pihak masih dipertunjukan di medan perang. Baik senjata, teknologi dan tank tempur keduanya.
Seperti dilansir dari Unilad, dalam Perang Dunia II, Amerika dan Uni Soviet mengandalkan pasukan lapis baja. Sampai saat ini tank dari kedua negara tersebut masih mirip.
Setelah perang, pengalaman umum dikalahkan oleh Nazi yang langka namun menakutkan seperti Panther, Tiger I, dan Tiger II akhirnya mendorong Barat dan Soviet ke arah yang berlawanan.
Tank-tank Barat tumbuh semakin besar, lebih berat, lebih mahal serta mencoba meniru senjata dan armor "kucing besar". Teknologi yang berkembang digunakan untuk menutup kelemahan mekanis dari tank-tank raksasa Jerman tersebut.
Soviet di sisi lain memilih menggandakan strategi masa perang. Mereka membangun lebih banyak tank, lebih kecil, dan lebih murah.
Mereka juga mencoba membuat tank mereka lebih kuat dan dapat diandalkan secara mekanis. Tetapi pada beberapa titik hal itu menjadi kurang benar seiring dengan kemajuan teknologi).
Yang paling bermasalah dimulai tahun 1963 dengan T-64. Soviet mengganti pemuat amunisi manusia dengan loader otomatis yang lebih kompak. Itu membuat mereka semakin mengecilkan.
Meski nasionalisme ekonomi di Barat dan persaingan biro desain di Uni Soviet menyebabkan berbagai desain yang bersaing, masing-masing kubu berkumpul di sekitar template yang sama.
Desain modern turunan Soviet berbobot 42 hingga 52 ton. Mereka dipersenjatai dengan meriam smoothbore 125 mm, dan diawaki oleh tiga kru yang terdiri dari komandan, pengemudi, dan penembak.
Sebaliknya, setelah berbagai peningkatan tank tempur utama "generasi ketiga" NATO berbobot antara 60 hingga 74 ton.
Tank menggunakan senjata smoothbore 120 mm, kecuali Challenger Inggris, dan membutuhkan empat awak. Mereka adalah komandan, pengemudi, penembak, dan pemuat.
Seperti dilansir dari Unilad, dalam Perang Dunia II, Amerika dan Uni Soviet mengandalkan pasukan lapis baja. Sampai saat ini tank dari kedua negara tersebut masih mirip.
Setelah perang, pengalaman umum dikalahkan oleh Nazi yang langka namun menakutkan seperti Panther, Tiger I, dan Tiger II akhirnya mendorong Barat dan Soviet ke arah yang berlawanan.
Tank-tank Barat tumbuh semakin besar, lebih berat, lebih mahal serta mencoba meniru senjata dan armor "kucing besar". Teknologi yang berkembang digunakan untuk menutup kelemahan mekanis dari tank-tank raksasa Jerman tersebut.
Soviet di sisi lain memilih menggandakan strategi masa perang. Mereka membangun lebih banyak tank, lebih kecil, dan lebih murah.
Mereka juga mencoba membuat tank mereka lebih kuat dan dapat diandalkan secara mekanis. Tetapi pada beberapa titik hal itu menjadi kurang benar seiring dengan kemajuan teknologi).
Yang paling bermasalah dimulai tahun 1963 dengan T-64. Soviet mengganti pemuat amunisi manusia dengan loader otomatis yang lebih kompak. Itu membuat mereka semakin mengecilkan.
Meski nasionalisme ekonomi di Barat dan persaingan biro desain di Uni Soviet menyebabkan berbagai desain yang bersaing, masing-masing kubu berkumpul di sekitar template yang sama.
Desain modern turunan Soviet berbobot 42 hingga 52 ton. Mereka dipersenjatai dengan meriam smoothbore 125 mm, dan diawaki oleh tiga kru yang terdiri dari komandan, pengemudi, dan penembak.
Sebaliknya, setelah berbagai peningkatan tank tempur utama "generasi ketiga" NATO berbobot antara 60 hingga 74 ton.
Tank menggunakan senjata smoothbore 120 mm, kecuali Challenger Inggris, dan membutuhkan empat awak. Mereka adalah komandan, pengemudi, penembak, dan pemuat.
(wbs)