Indonesia Perlu Miliki Banyak Silicon Valley

Selasa, 05 Desember 2017 - 07:35 WIB
Indonesia Perlu Miliki Banyak Silicon Valley
Indonesia Perlu Miliki Banyak Silicon Valley
A A A
JAKARTA - Kehadiran "Silicon Valley" sebagai pusat pengembangan sains dan teknologi secara terpadu di Indonesia dinilai mendesak untuk mempercepat hilirisasi inovasi. Dengan banyaknya Silicon Valley di Indonesia, diharapkan mampu meningkatkan perkembangan industri start up dan menarik investasi asing. Untuk memuluskan program ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meneken Peraturan Presiden No 106/2017 tentang Kawasan Sains dan Teknologi (KST) pada 22 November 2017 lalu.

Dorongan perlunya Silicon Valley Indonesia kemarin disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat memberikan ceramah di Universitas Brawijaya, Malang, kemarin. Menurut JK, sumber kemajuan yang paling banyak memberikan kontribusi selama ini ialah teknologi. Teknologi tercipta dari pendidikan dan juga riset. Oleh karena itu, kemajuan negara tidak bisa dilepas dari fungsi universitas.

Silicon Valley merupakan nama kawasan di San Francisco Bay di Negara Bagian California. Nama Valley itu mengacu pada Santa Clara Valley yang berada di kawasan tersebut. Sedangkan kata "silicon" mengacu pada pabrik silicon chip di kawasan tersebut.

Di kawasan Silicon Valley terdapat 39 perusahaan yang masuk dalam Fortune 1.000 dan ribuan perusahaan start up. Silicon Valley menguasai sepertiga investasi di AS dan menjadi penghubung dalam pengembangan inovasi teknologi dan sains.

Di kawasan tersebut mengintegrasikan industri sirkuit, mikroproseseor, dan teknologi lainnya. Lebih dari 250.000 orang bekerja di tempat ini.

Di Taiwan, Silicon Valley berada di Taoyuan City yang menggabungkan perusahaan lokal dan global seperi Cisco dan Siemen. Taoyuan juga menjadi smart city yang semua elemen di kota itu menggunakan teknologi. Tujuan Taiwan mengembangkan Taoyuan sebagai Silicon Valley adalah untuk menghidupkan generasi muda agar membangun start up dan mendorong inovasi agar menjadikan Taiwan sebagi pusat Silicon Valley di Asia.

Kemudian, Malaysia juga ingin mengembangkan konsep Silicon Valley dengan mengembangkan Cyberjaya di mana sains dan ekonomi bergabung di sana. Lebih dari 85.000 orang tinggal di sana dan puluhan perusahaan multinasional. Cyberjaya menjadi ambisi Malaysia untuk mendorong perkembangan teknologi dan inovasi.

Dari Timur tengah, Dubai juga membuat Silicon Badia semacam Silicon Valley sebagai pusat pengembangan teknologi.

JK mengungkapkan, hampir semua penemu teknologi seperti Bill Gates, Mark Zuckenberg hingga Larry Page akhirnya menjadi orang terkaya di dunia dari hasil riset kecil-kecilan. Bahkan sebagian mereka melakukannya dari garasi rumah. Meski mereka drop out (DO) namun suasana kebersamaan di kampuslah yang menyebabkan Facebook misalnya akhirnya bisa timbul.

JK mencontohkan saat ini di Amerika Serikat, semua kemajuan ide datang dari Silicon Valley yang menjadi tempat bergabungnya perusahaan riset. “Di sini ada Universitas Brawijaya, UGM, ITB kalau itu kita gabungkan dengan enterprenurship dan riset yang baik saya yakin kita akan mempunyai daerah yang maju" katanya.

Wapres JK mengatakan, perlu adanya sinergi bersama antara pemerintah daerah dan juga kementerian untuk membentuk Silicon Valley. Tidak hanya akan bermanfaat bagi hilirisasi inovasi namun juga adanya lembaga ventura bagi anak muda yang mau membentuk perusahaan start up tapi kesulitan modal. Dia mengatakan, jika Indonesia tidak mengikuti inovasi maka akan menjadi negara tertinggal, seperti hanya menjadi konsumen Alibaba atau Amazon.

JK mengatakan hasil-hasil riset dan inovasi yang baik harus sampai pada proses hilirisasi atau implementasi dan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, serta memiliki dampak yang luas.

Sejumlah kalangan swasta telah merespons keinginan pemerintah membangun Silicon Valley. Sinarmas Land misalnya, kini tengah membangun Digital Hub BSD City. Sinarmas mengklaim sebagai perusahaan yang memiliki kawasan terintegrasi digital pertama di Indonesia. Pembangunan kawasan seluas 25,86 hektare ini sudah dimulai pada pertengahan Mei lalu dan dharapkan sudah bisa beroperasi pada 2019. Anggaran yang disiapkan untuk proyek ini mencapai Rp7 triliun.

MMenristek Dikti Mohammad Nasir mengatakan, perkembangan TIK yang melaju kencang, harus disikapi dengan perubahan sistem dan regulasi yang cepat juga khususnya dalam pendidikan tinggi di Indonesia, dengan tetap menjaga mutu dan kualitasnya. (Neneng Zubaidah/Andika Hendra)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5773 seconds (0.1#10.140)