Robot Ular Pendeteksi Radioaktif Selidiki PLTN Fukushima

Minggu, 31 Desember 2017 - 15:30 WIB
Robot Ular Pendeteksi...
Robot Ular Pendeteksi Radioaktif Selidiki PLTN Fukushima
A A A
TOSHIBA merilis produk terbaru berupa robot berbentuk ular dengan teleskop panjang yang membawa kamera. Robot itu didesain untuk melakukan penyelidikan internal di reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami di Jepang.

Robot itu memiliki panjang 43 kaki atau sekitar 13 meter. Robot canggih itu memberikan gambaran kepada petugas tentang pemandangan lebih dalam di reaktor nuklir unit dua. Pasalnya, dampak kehancuran reaktor nuklir tersebut belum bisa dijelaskan hingga kini. Dengan adanya robot ular, peneliti berharap bisa memberikan gambaran jelas tentang misteri kehancuran reaktor tersebut.

Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima meleleh tiga kali setelah gempa bumi dan tsunami pada 2011. Tsunami itu menewaskan hampir 19.000 orang. Kerusakan PLTN itu juga mengakibatkan sampah radioaktif terbuang ke Samudra Pasifik dan menjangkau perairan barat Amerika Serikat (AS). Lima tahun setelah bencana itu, para peneliti masih berjuang membersihkan material radioaktif di perairan sekitar reaktor Fukushima.

Meski demikian, para pejabat memperkirakan sekitar 10% bahan bakar sampah radioaktif masih tertinggal di dalam PLTN tersebut. Pada Juli silam, robot Jepang sudah mulai melakukan penelitian air radioaktif di PLTN Fukushima. "Saat itu pertama kalinya robot kamera menangkap tumpahan bahan bakar radioaktif," ujar juru bicara Tokyo Electric Power Company (TEPCO) Takahiro Kimoto di lansir Daily Mail.

Robot Ular Pendeteksi Radioaktif Selidiki PLTN Fukushima


Dia menambahkan, sampah radio aktif itu sepertinya jatuh dari suatu tempat yang tinggi. "Kita percaya itu merupakan bahan bakar yang meleleh atau sesuatu yang telah bercampur dengan bahan bakar radioaktif tersebut," jelasnya.

Kamera itu dilengkapi pipa teleskopik yang bisa masuk dan menginvestigasi tabung dan tempat di kedalaman tertentu. Dengan berat 2 kg, robot itu mampu berputar hingga 120 derajat dengan arah vertikal dan 360 derajat untuk berputar horizontal. Robot itu relatif kecil dan sangat tahan terhadap paparan radiasi. Robot itu bisa digabungkan dengan pipa berdiameter 12 cm. Mekanisme teleskopik robot itu mampu membentang sekitar 5 meter dari panjang keseluruhan mencapai 13 meter.

Alat itu rencananya akan kembali ditempatkan untuk menyelidiki PLTN itu pada Januari hingga Februari 2018. Melansir dari situs Toshiba-Energy.com, robot tersebut dikembangkan Toshiba Energy Systems & Solutions Corporation (Toshiba ESS) dan the International Research Institute for Nuclear Decommissioning (IRID).

"Kita akan melakukan penyelidikan interior reaktor Fukushima," kata manajer umum Divisi Pelayanan dan Sistem Energi Nuklir Toshima Goro Yanase. Toshima menambahkan, "Dalam kasus ini, kita memenuhi banyak tantangan karena akses terbatas dan lingkungan radioaktif yang sangat tinggi."

Dalam pandangan Naoaki Okuzumi, manajer sosial Departemen Perencanaan Strategi dan Pengembangan dan Penelitian IRID, pihaknya akan melanjutkan upaya mengembangkan teknologi yang berkontribusi menyelidiki pembangkit nuklir tersebut. Bantuan teknologi diharapkan mampu menyelesaikan persoalan yang tersisa akibat kehancuran PLTN tersebut.

Pertarungan Robot
Medan berbahaya pembangkit tenaga nuklir Fukushima memang menjadi pertarungan untuk menunjukkan siapa robot yang paling canggih dan efektif. Berulang kali banyak robot gagal menangkap bahan radioaktif dan tidak berfungsi dengan baik karena dampak dari radiasi tersebut.

Robot teleskopik atau dikenal dengan robot ular itu menggantikan robot sebelumnya yang memiliki jarak pandang terbatas, yakni Robot Ikan Sunfish. Robot Ikan Sunfish yang mampu bergerak di air itu juga dijuluki sebagai ikan sunfish kecil yang mampu melaju lincah. Misinya mencari kerusakan dan menemukan bahan bakar radioaktif di dalam tiga reaktor nuklir yang hancur.

Robot bawah air itu menemukan segumpalan sampah seperti lava yang mengandung bahan bakar radiokatif berbahaya di dalam tabung reaktor Unit 3 di Fukushima. Kamera dengan mekanisme teleskopi itu mampu menjangkau target dengan panjang lima meter. Kendati demikian, pencarian bahan berbahaya di dua reaktor lainnya belum mencapai kesuksesan. Pasalnya, tingkat kerusakan di sana sangat parah dan paparan radioaktifnya juga lebih berbahaya.

Para pakar mengungkapkan, robot yang dikendalikan dari jarak jauh itu mampu menemukan bahan bakar di lokasi yang sangat berbahaya. Robot itu menggunakan dua kamera dan dilengkapi dengan pendeteksi radioaktif. Penggunaan robot itu pilihan tepat karena reaktor nomor tiga dikenal memiliki air yang lebih dalam dibandingkan dengan reaktor lainnya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1266 seconds (0.1#10.140)