Mobil Terbang-Hyperloop, Transportasi Masa Depan
A
A
A
Teknologi transportasi berkembang sangat pesat. Sedikitnya ada lima inovasi yang diprediksi mengubah sistem transportasi masa depan, yaitu mobil terbang, hyperloop, sistem subway, e-Palette, dan mobil cerdas.
Soal mobil terbang memang terdengar seperti fiksi ilmiah. Namun, keberadaannya tidak bisa dimungkiri. Sejumlah perusahaan di berbagai negara kini tengah mengembangkannya mulai dari Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan China. Dengan investasi hingga miliaran rupiah dan riset selama bertahun-tahun, mobil terbang kemungkinan bakal segera menjadi kenyataan.
Sebut saja perusahaan asal Belanda, PAL-V, yang menjual mobil terbang PALV Liberty senilai USD399.000 (Rp5,5 miliar). Namun, tidak semua orang dapat membelinya sebab calon pembeli disyaratkan memiliki surat izin mengemudi dan menerbangkan pesawat. PAL-V menyatakan, mobil itu baru akan dikirim ke pembeli pada 2019.
PAL-V Liberty merupakan kendaraan roda tiga yang dapat diubah menjadi gyrocopter dalam waktu 5-10 menit. Saat hendak mengudara, PAL-V Liberty meregangkan baling-baling. Kendaraan ini butuh landasan khusus. Dengan mesin Rotax dan kapasitas tangki 102 liter, mobil itu dapat menjelajah hingga 399 km di udara.
Startup asal China, Ehang, juga merancang mobil terbang yang dinamakan Ehang 184. Kendaraan yang dilengkapi delapan baling-baling dan navigasi otomatis itu mampu mengangkut bobot hingga 100 kilogram. “Pesawat ini dapat terbang pada ketinggian 300-500 meter,” ujar Pendiri Ehang, Derrick Xiong, dikutip straitstimes.com.
Audi yang menggandeng Airbus dan Italdesign juga tidak mau kalah. Mereka merilis mobil terbang bertenaga listrik Pop.Up yang dapat mendarat secara horizontal dan vertikal. Dengan tenaga penerbangan output gabungan sebesar 160 kW, kendaraan itu dapat kecepatan tertinggi 120 kilometer per jam.
Selain mobil terbang, penduduk di AS juga tidak lama lagi akan menikmati teknologi Hyperloop, yakni kereta kapsul yang membuat orang dengan pod melayang pada kecepatan 1.223 km per jam. Teknologi ini dipastikan akan mengubah cara manusia berpindah dari satu titik ke titik lain sangat kilat.
Architect Foster and Partners saat ini tengah mendesain konsep pod yang bisa mengangkut kargo dengan biaya setaraf, tapi polusi yang ditimbulkan lebih sedikit. Perusahaan yang berbasis di London itu bekerja sama dengan Virgin Hyperloop One milik Richard Branson.
Virgin Hyperloop One merupakan satu dari dua konsorsium yang mengembangkan teknologi itu. Bersama operator DP World, mereka berencana mengembangkan rute di sepanjang Asia, Timur Tengah, dan Eropa.“Jika Anda melihat sejarah, selalu muncul teknologi transportasi baru. Biasanya, kemajuan transportasi dimulai dengan kargo. Pasalnya, orang ingin melihat dan membuktikan keamanan dan keselamatan teknologi itu,” ungkap Kepala Studio Foster and Partners Stefan Behling. Sistem ini diyakini lebih cepat dibanding truk.
Seluruh sistem Hyperloop akan menggunakan energi terbarukan untuk menghindari produksi emisi langsung. Pergerakan manusia dan barang ini bagian dari infrastruktur penting yang menghubungkan seluruh kota. Saat Hyperloop mengubah pergerakan logistik dan orang, kota masa depan akan ada di depan mata.
Hyperloop memiliki pod mengambang, ditenagai listrik dan magnetik, bergerak melalui pipa rendah gesekan dengan kecepatan puncak 1.220 km per jam. Co-Founder Tesla Motors Elon Musk menjadi pencetus ide pertama teknologi itu pada 2013. Dengan inovasinya, perjalanan antara Dubai dan Abu Dhabi hanya membutuhkan waktu 12 menit, dibanding sebelumnya lebih dari 90 menit.
Hyperloop One menekan kerja sama dengan pemerintah UEA untuk membangun jalur Hyperloop di Abu Dhabi dalam lima tahun. Hyperloop One sukses melalui serangkaian uji coba. Kendaraan mereka, Hyperloop XP-1, berhasil melaju dengan kecepatan 310 km/jam dan kecepatan maksimal 600 km/jam pada 2017.
Hyperloop juga berpeluang diterapkan di Indonesia. Hyperloop Transportation Technologies (HTT) bekerja sama dengan pemerintah dan mengumumkan akan melakukan studi kelayakan di Indonesia dengan investasi USD2,5 juta (Rp33,3 miliar).
HTT meyakini sekitar 2020 atau 2021, Hyperloop akan mulai beroperasi. Jika jadi diterapkan, waktu tempuh dari Jakarta menuju Yogyakarta akan terpangkas dari 10 jam menjadi hanya 25 menit. Sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan pemerintahan, Jakarta diyakini memerlukan moda transportasi baru yang lebih cepat karena tingkat kemacetannya buruk, bahkan salah satu yang terburuk di Asia.
Perusahaan teknologi dan mobil juga bersama-sama menghadirkan kendaraan pintar untuk memberikan solusi transportasi bagi konsumen. Para produsen mobil raksasa unjuk teknologi terbaru hasil kerja sama dengan mitra mereka yang memasok sistem otomatisasi.
Mobileye telah membantu mengembangkan mobil self-driving . Mobil itu dilengkapi 12 kamera, radar, scanner laser, prosesor, dan sistem canggih yang dikembangkan sendiri oleh Intel dan Mobileye. Sepanjang tahun ini Intel bahkan berencana meluncurkan 15 proyek kendaraan otonom yang bekerja sama dengan 14 produsen mobil.
Jumlah ini meningkat dari 2017 (enam proyek). “Ada tiga area kritis dalam pengembangan mobil otonom ini, yakni sensor, manajemen pengalaman di jalan, dan aturan lalu lintas,” ujar CEO dan CTO Mobileye Amnon Shashua, dikutip zdnet.com. Tak kalah penting teknologi untuk mendeteksi lampu lalu lintas, rambu, kondisi jalan, dan kemampuan mencari jalur terdekat.
Chief Executive Officer (CEO) Apple Tim Cook jauh-jauh hari sudah menunjukkan minat mengembangkan teknologi selfdriving. Dengan membentuk Apple Car, Tim Cook ingin membuat sistem autonomous atau perangkat lunak pendukungnya. Mereka bekerja sama dengan Hertz untuk menguji sistem tersebut di mobil SUV.
Seperti Apple, Google yang membentuk divisi baru Waymo juga sedang mencoba membuat sensor dan perangkat lunak self-driving. “Teknologi itu akan membantu Anda bepergian dari rumah ke rumah tanpa mengemudi,” ungkap Google. Waymo sudah menyimpan data 4 juta mil jalur di sejumlah kota besar di AS.
Microsoft juga menekan kemitraan dengan perusahaan automotif BMW, Ford, Renault-Nissan, Toyota, dan Volvo mengembangkan mobil tanpa sopir atau self-driving. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan perusahaan internet China, Baidu, untuk menjual layanan komputasi awan Azure terhadap pabrik pembuat mobil self-driving.
Teknologi ini juga dikembangkan perusahaan ritel online Amazon yang bergandengan dengan Toyota. Dua perusahaan tersebut merilis kendaraan self-driving e-Palette. “Kemitraan tersebut memberikan kesempatan kepada Amazon untuk mengeksplorasi ide baru,” ujar Wakil Presiden Amazon Logistic Tim Collins.
Khusus soal Toyota e-Palette, produsen mobil raksasa asal Jepang itu menyatakan, mobil swakemudi itu dirancang untuk mengirimkan paket atau layanan antar yang bisa dikendalikan dengan smartphone.
Selain dengan Amazon, pengembangan e-Palette juga melibatkan perusahaan transportasi online Uber dan Pizza Hut. Kendaraan listrik ini menurut rencana akan diresmikan penggunaannya pada ajang Olimpiade Tokyo 2020. (Muh Shamil)
Soal mobil terbang memang terdengar seperti fiksi ilmiah. Namun, keberadaannya tidak bisa dimungkiri. Sejumlah perusahaan di berbagai negara kini tengah mengembangkannya mulai dari Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan China. Dengan investasi hingga miliaran rupiah dan riset selama bertahun-tahun, mobil terbang kemungkinan bakal segera menjadi kenyataan.
Sebut saja perusahaan asal Belanda, PAL-V, yang menjual mobil terbang PALV Liberty senilai USD399.000 (Rp5,5 miliar). Namun, tidak semua orang dapat membelinya sebab calon pembeli disyaratkan memiliki surat izin mengemudi dan menerbangkan pesawat. PAL-V menyatakan, mobil itu baru akan dikirim ke pembeli pada 2019.
PAL-V Liberty merupakan kendaraan roda tiga yang dapat diubah menjadi gyrocopter dalam waktu 5-10 menit. Saat hendak mengudara, PAL-V Liberty meregangkan baling-baling. Kendaraan ini butuh landasan khusus. Dengan mesin Rotax dan kapasitas tangki 102 liter, mobil itu dapat menjelajah hingga 399 km di udara.
Startup asal China, Ehang, juga merancang mobil terbang yang dinamakan Ehang 184. Kendaraan yang dilengkapi delapan baling-baling dan navigasi otomatis itu mampu mengangkut bobot hingga 100 kilogram. “Pesawat ini dapat terbang pada ketinggian 300-500 meter,” ujar Pendiri Ehang, Derrick Xiong, dikutip straitstimes.com.
Audi yang menggandeng Airbus dan Italdesign juga tidak mau kalah. Mereka merilis mobil terbang bertenaga listrik Pop.Up yang dapat mendarat secara horizontal dan vertikal. Dengan tenaga penerbangan output gabungan sebesar 160 kW, kendaraan itu dapat kecepatan tertinggi 120 kilometer per jam.
Selain mobil terbang, penduduk di AS juga tidak lama lagi akan menikmati teknologi Hyperloop, yakni kereta kapsul yang membuat orang dengan pod melayang pada kecepatan 1.223 km per jam. Teknologi ini dipastikan akan mengubah cara manusia berpindah dari satu titik ke titik lain sangat kilat.
Architect Foster and Partners saat ini tengah mendesain konsep pod yang bisa mengangkut kargo dengan biaya setaraf, tapi polusi yang ditimbulkan lebih sedikit. Perusahaan yang berbasis di London itu bekerja sama dengan Virgin Hyperloop One milik Richard Branson.
Virgin Hyperloop One merupakan satu dari dua konsorsium yang mengembangkan teknologi itu. Bersama operator DP World, mereka berencana mengembangkan rute di sepanjang Asia, Timur Tengah, dan Eropa.“Jika Anda melihat sejarah, selalu muncul teknologi transportasi baru. Biasanya, kemajuan transportasi dimulai dengan kargo. Pasalnya, orang ingin melihat dan membuktikan keamanan dan keselamatan teknologi itu,” ungkap Kepala Studio Foster and Partners Stefan Behling. Sistem ini diyakini lebih cepat dibanding truk.
Seluruh sistem Hyperloop akan menggunakan energi terbarukan untuk menghindari produksi emisi langsung. Pergerakan manusia dan barang ini bagian dari infrastruktur penting yang menghubungkan seluruh kota. Saat Hyperloop mengubah pergerakan logistik dan orang, kota masa depan akan ada di depan mata.
Hyperloop memiliki pod mengambang, ditenagai listrik dan magnetik, bergerak melalui pipa rendah gesekan dengan kecepatan puncak 1.220 km per jam. Co-Founder Tesla Motors Elon Musk menjadi pencetus ide pertama teknologi itu pada 2013. Dengan inovasinya, perjalanan antara Dubai dan Abu Dhabi hanya membutuhkan waktu 12 menit, dibanding sebelumnya lebih dari 90 menit.
Hyperloop One menekan kerja sama dengan pemerintah UEA untuk membangun jalur Hyperloop di Abu Dhabi dalam lima tahun. Hyperloop One sukses melalui serangkaian uji coba. Kendaraan mereka, Hyperloop XP-1, berhasil melaju dengan kecepatan 310 km/jam dan kecepatan maksimal 600 km/jam pada 2017.
Hyperloop juga berpeluang diterapkan di Indonesia. Hyperloop Transportation Technologies (HTT) bekerja sama dengan pemerintah dan mengumumkan akan melakukan studi kelayakan di Indonesia dengan investasi USD2,5 juta (Rp33,3 miliar).
HTT meyakini sekitar 2020 atau 2021, Hyperloop akan mulai beroperasi. Jika jadi diterapkan, waktu tempuh dari Jakarta menuju Yogyakarta akan terpangkas dari 10 jam menjadi hanya 25 menit. Sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan pemerintahan, Jakarta diyakini memerlukan moda transportasi baru yang lebih cepat karena tingkat kemacetannya buruk, bahkan salah satu yang terburuk di Asia.
Perusahaan teknologi dan mobil juga bersama-sama menghadirkan kendaraan pintar untuk memberikan solusi transportasi bagi konsumen. Para produsen mobil raksasa unjuk teknologi terbaru hasil kerja sama dengan mitra mereka yang memasok sistem otomatisasi.
Mobileye telah membantu mengembangkan mobil self-driving . Mobil itu dilengkapi 12 kamera, radar, scanner laser, prosesor, dan sistem canggih yang dikembangkan sendiri oleh Intel dan Mobileye. Sepanjang tahun ini Intel bahkan berencana meluncurkan 15 proyek kendaraan otonom yang bekerja sama dengan 14 produsen mobil.
Jumlah ini meningkat dari 2017 (enam proyek). “Ada tiga area kritis dalam pengembangan mobil otonom ini, yakni sensor, manajemen pengalaman di jalan, dan aturan lalu lintas,” ujar CEO dan CTO Mobileye Amnon Shashua, dikutip zdnet.com. Tak kalah penting teknologi untuk mendeteksi lampu lalu lintas, rambu, kondisi jalan, dan kemampuan mencari jalur terdekat.
Chief Executive Officer (CEO) Apple Tim Cook jauh-jauh hari sudah menunjukkan minat mengembangkan teknologi selfdriving. Dengan membentuk Apple Car, Tim Cook ingin membuat sistem autonomous atau perangkat lunak pendukungnya. Mereka bekerja sama dengan Hertz untuk menguji sistem tersebut di mobil SUV.
Seperti Apple, Google yang membentuk divisi baru Waymo juga sedang mencoba membuat sensor dan perangkat lunak self-driving. “Teknologi itu akan membantu Anda bepergian dari rumah ke rumah tanpa mengemudi,” ungkap Google. Waymo sudah menyimpan data 4 juta mil jalur di sejumlah kota besar di AS.
Microsoft juga menekan kemitraan dengan perusahaan automotif BMW, Ford, Renault-Nissan, Toyota, dan Volvo mengembangkan mobil tanpa sopir atau self-driving. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan perusahaan internet China, Baidu, untuk menjual layanan komputasi awan Azure terhadap pabrik pembuat mobil self-driving.
Teknologi ini juga dikembangkan perusahaan ritel online Amazon yang bergandengan dengan Toyota. Dua perusahaan tersebut merilis kendaraan self-driving e-Palette. “Kemitraan tersebut memberikan kesempatan kepada Amazon untuk mengeksplorasi ide baru,” ujar Wakil Presiden Amazon Logistic Tim Collins.
Khusus soal Toyota e-Palette, produsen mobil raksasa asal Jepang itu menyatakan, mobil swakemudi itu dirancang untuk mengirimkan paket atau layanan antar yang bisa dikendalikan dengan smartphone.
Selain dengan Amazon, pengembangan e-Palette juga melibatkan perusahaan transportasi online Uber dan Pizza Hut. Kendaraan listrik ini menurut rencana akan diresmikan penggunaannya pada ajang Olimpiade Tokyo 2020. (Muh Shamil)
(nfl)