Polines Pakai IoT untuk Alat Memantau Tanaman Hidroponik

Senin, 22 Oktober 2018 - 23:00 WIB
Polines Pakai IoT untuk...
Polines Pakai IoT untuk Alat Memantau Tanaman Hidroponik
A A A
SEMARANG - Tim Pengabdian Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Politeknik Negeri Semarang (Polines) menggagas terobosan baru di dunia hidroponik dengan menggunakan teknologi IoT (internet of things). Dengan alat itu, semua parameter tanaman dapat terpantau dan tercatat secara digital.

Pengajar di Jurusan Teknik Elektro, Prodi Teknik Telekomunikasi Polines itu menciptakan sistem pemantauan parameter tanaman hidroponik beserta notifikasi batas ambangnya. Teknologi IoT juga dimanfaatkan guna membuat sistem administrasi data farm online yang bisa diakses secara mobile.

Ketua Tim, Arif Nursyahid, mengatakan, penemuan alat canggih itu bermula dari permasalahan yang kerap dihadapi penggerak tanaman hidroponik. Meski telah memiliki greenhouse hidroponik, tapi beragam kasus belum mendapatkan solusi.
Polines Pakai IoT untuk Alat Memantau Tanaman Hidroponik

“Permasalahan pertama, pengelola harus sering mengecek kondisi parameter larutan nutrisi agar tidak terjadi penurunan produksi atau gagal panen. Permasalahan berikutnya yaitu pengelolaan manajemen farm masih offline, sehingga menyulitkan pengelola memperoleh data-data yang dibutuhkan saat tidak berada di farm,” ungkap Arif di Kampus Polines, Semarang, Jawa Tengah, Senin (22/10/2018).

Dikatakan Arif, metode penanaman mengimplementasikan hidroponik dengan menggunakan model NFT (Nutrient Film Technique). Di mana akar tanaman terendam pada cairan yang mengandung nutrisi dan air yang bersirkulasi selama 24 jam terus-menerus.

“Kemudian dipasang sensor yang memantau parameter budidaya tanaman hidroponik, di antaranya intensitas cahaya matahari, sensor derajat keasaman (pH), suhu dan kelembapan greenhouse, suhu larutan nutrisi, serta ketinggian larutan nutrisi,” tuturnya.

Semua data sensor ini akan dikirim secara real time ke server. Pengelola farm dapat melihat data-data parameter tersebut melalui website beserta notifikasi setiap parameter apabila melampaui batas ambang yang ditetapkan.

“Dengan terobosan baru ini diharapkan mampu menghindari penurunan produksi dan gagal panen, sekaligus dapat mempermudah mitra mengelola data administrasi di manapun dan kapanpun juga,” klaim Arif.

Karya tim yang beranggotakan Arif Nursyahid, Thomas Agung Setyawan, Eni Dwi Wardihani, dan Abu Hasan tersebut diterapkan kepada dua greenhouse milik Kartika Farm Semarang dan SMKN 1 Bawen. Keduanya mengeluhkan permasalahan-permasalahan klasik karena belum tersentuh teknologi digital.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2540 seconds (0.1#10.140)