Sejak 2012 Alat Deteksi Tsunami Canggih dari Jerman Tak Berfungsi
A
A
A
JAKARTA - Bencana alam terutama tsunami telah beberapa kali melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Masih segar diingatan gelombang tsunami menerjang Selat Sunda pada Sabtu malam (22/12/2018). Namun sayangnya Indonesia malah kehilangan teknologi Buoy sebagai alat pendeteksi dini bencana tsunami.
Hal tersebut disampaikan oleh Peneliti geofisika kelautan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Nugroho Dwi Hananto, yang mengatakan teknologi Buoy yang awalnya merupakan hibah dari negara Jerman ini sudah tidak berjalan sejak tahun 2012 karena ulah tangan-tangan nakal yang mencuri alat tersebut.
"Sebenarnya sejak tahun 2012 sudah nggak jalan karena Buoy itu banyak dicuri orang kemudian operasionalnya juga tinggi kan, jadi sudah engga jalan (tidak berfungsi)," kata Nugroho saat dihubungi SINDOnews melalui sambungan telpon, Rabu(26/12/2018).
Menurutnya beberapa negara yang dekat dengan pantai dan berpotensi gempa dan tsunami sudah menerapkan teknologi tersebut, seperti Jepang, Amerika, dan Chili. Negara-negara tersebut telah sadar mengenai betapa pentingnya teknologi untuk mengetahui lebih awal jika ada bencana alam yang akan melanda.
Keberadaan Buoy dinilai cukup penting guna mengirimkan sinyal terkini ketika ada gelombang tinggi di tengah laut yang diduga berpotensi menjadi tsunami.
Dalam keterangannya, Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza menjelaskan bahwa Buoy akan terus menerus mengirimkan sinyal ke pusat monitoring secara real time. Dengan begitu buoy dapat mengetahui langsung secara aktual data di lapangan.
"Buoy terus menerus mengirimkan sinyal ke pusat monitoring secara real time jika ada gelombang yang melewatinya. Semakin tinggi dan kencang gelombang, maka sinyal yang dikirim frekuensi-nya akan semakin rapat dan bisa berkali-kali dalam hitungan detik,” rincinya.
Hal inilah yang dapat menjadi dasar untuk mewaspadai serta mendukung kesiapsiagaan bencana. Adanya langkah mitigasi imbuhnya, sangat penting bagi masyarakat atau penduduk yang bermukim di wilayah yang rentan terhadap terpaan bencana.
“Masyarakat di wilayah berpotensi bencana, khususnya tsunami harus memiliki waktu evakuasi yang cukup. Untuk itu dibutuhkan teknologi yang mampu mendeteksi dini atau early warning system, baik untuk tsunami maupun bencana lainnya," pungkasnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Peneliti geofisika kelautan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Nugroho Dwi Hananto, yang mengatakan teknologi Buoy yang awalnya merupakan hibah dari negara Jerman ini sudah tidak berjalan sejak tahun 2012 karena ulah tangan-tangan nakal yang mencuri alat tersebut.
"Sebenarnya sejak tahun 2012 sudah nggak jalan karena Buoy itu banyak dicuri orang kemudian operasionalnya juga tinggi kan, jadi sudah engga jalan (tidak berfungsi)," kata Nugroho saat dihubungi SINDOnews melalui sambungan telpon, Rabu(26/12/2018).
Menurutnya beberapa negara yang dekat dengan pantai dan berpotensi gempa dan tsunami sudah menerapkan teknologi tersebut, seperti Jepang, Amerika, dan Chili. Negara-negara tersebut telah sadar mengenai betapa pentingnya teknologi untuk mengetahui lebih awal jika ada bencana alam yang akan melanda.
Keberadaan Buoy dinilai cukup penting guna mengirimkan sinyal terkini ketika ada gelombang tinggi di tengah laut yang diduga berpotensi menjadi tsunami.
Dalam keterangannya, Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza menjelaskan bahwa Buoy akan terus menerus mengirimkan sinyal ke pusat monitoring secara real time. Dengan begitu buoy dapat mengetahui langsung secara aktual data di lapangan.
"Buoy terus menerus mengirimkan sinyal ke pusat monitoring secara real time jika ada gelombang yang melewatinya. Semakin tinggi dan kencang gelombang, maka sinyal yang dikirim frekuensi-nya akan semakin rapat dan bisa berkali-kali dalam hitungan detik,” rincinya.
Hal inilah yang dapat menjadi dasar untuk mewaspadai serta mendukung kesiapsiagaan bencana. Adanya langkah mitigasi imbuhnya, sangat penting bagi masyarakat atau penduduk yang bermukim di wilayah yang rentan terhadap terpaan bencana.
“Masyarakat di wilayah berpotensi bencana, khususnya tsunami harus memiliki waktu evakuasi yang cukup. Untuk itu dibutuhkan teknologi yang mampu mendeteksi dini atau early warning system, baik untuk tsunami maupun bencana lainnya," pungkasnya.
(wbs)