BAKTI Tegaskan Pemasangan Sensor Tsunami Tak Boleh Putus-Putus
A
A
A
Badan Aksesibilitas Telekomuniaksi dan Informasi (BAKTI) mengaku sedang menjajaki persoalan teknis mengenai rencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memasang sensor deteksi dini tsunami bersamaan dengan sistem komunikasi kabel laut broadband network Palapa Ring.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi, Anang Latif, yang mengatakan telah berdiskusi dengan salah satu deputi di BPPT.
"Iya saya sudah diskusi dengan Pak Hammam salah satu deputi di BPPT. Kita lagi coba jajaki teknis ya karena ada tantangan nih ketika menerapkan itu," kata Anang disela acara Merdeka Sinyal 100 Persen dan Menyongsong Industrialisasi 4.O di Jakarta, Kamis (27/12/2018).
Lebih lanjut, Anang menjelaskan jika sensor tersebut dipasangkan pada kabel Palapa Ring yang saat ini sudah berjalan, harus memotong kabel tersebut, dipasang sensor tsunami lalu disambung kembali. BACA: NASA Ungkap Laut Indonesia Hasilkan Tsunami Tertinggi dan Tercepat
"Ketika diputus (kabel Palapa Ring) biasanya kualitas menurun. Saya nggak tau apakah ada teknologi yang tanpa harus putus kabel saya belum tau," jelasnya.
Ia lalu mencontohkan jika kabel tersebut dipotong untuk dipasang sensor akan menjadi seperti lampu yang led nya putus. "Nah misalnya ada putusan, seperti lampu setiap ada lednya putus satu cahayanya berkurang nah sama jaringan juga begitu akan berkurang," ungkapnya.
Jika dengan cara ini, ia mengaku apabila dipasang dari awal pembangunan Palapa Ring akan jauh lebih mudah, termasuk perencanaan titik yang akan dipasang sensor. BACA: Butuh Alat Deteksi Tsunami, RI Harus Siapkan Rp2,8 T per-2000 Km
"Kalau dari awal sudah direncanakan, kabel itu kan dibuat dari pabrik sepanjang kita pesannya katakanlah 2500 meter kabel itu sudah dalam satu gulungan tidak terputus dari pabrik, sudah dimasukan dalam satu kapal," ujarnya.
Dihubungi secara terpisah Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza, mengatakan jika pembangunan kabel bawah laut atau Cable Based Tsunameter (CBT) akan jauh lebih murah jika menggunakan kabel yang sudah eksisting, yaitu Palapa Ring. Menurut perkiraanya jika menggunakan Palapa Ring bisa menghemat biaya sekitar 30 sampai 40 persen.
"Perkiraan kita ya kalau untuk 2000km itu butuh biaya 2,8 T, tapi kalau menggunakan kabel yang sudah eksisting bisa menghemat sekitar 30-40% dari situ perkiraan saya 2000 km 2T," pungkasnya
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi, Anang Latif, yang mengatakan telah berdiskusi dengan salah satu deputi di BPPT.
"Iya saya sudah diskusi dengan Pak Hammam salah satu deputi di BPPT. Kita lagi coba jajaki teknis ya karena ada tantangan nih ketika menerapkan itu," kata Anang disela acara Merdeka Sinyal 100 Persen dan Menyongsong Industrialisasi 4.O di Jakarta, Kamis (27/12/2018).
Lebih lanjut, Anang menjelaskan jika sensor tersebut dipasangkan pada kabel Palapa Ring yang saat ini sudah berjalan, harus memotong kabel tersebut, dipasang sensor tsunami lalu disambung kembali. BACA: NASA Ungkap Laut Indonesia Hasilkan Tsunami Tertinggi dan Tercepat
"Ketika diputus (kabel Palapa Ring) biasanya kualitas menurun. Saya nggak tau apakah ada teknologi yang tanpa harus putus kabel saya belum tau," jelasnya.
Ia lalu mencontohkan jika kabel tersebut dipotong untuk dipasang sensor akan menjadi seperti lampu yang led nya putus. "Nah misalnya ada putusan, seperti lampu setiap ada lednya putus satu cahayanya berkurang nah sama jaringan juga begitu akan berkurang," ungkapnya.
Jika dengan cara ini, ia mengaku apabila dipasang dari awal pembangunan Palapa Ring akan jauh lebih mudah, termasuk perencanaan titik yang akan dipasang sensor. BACA: Butuh Alat Deteksi Tsunami, RI Harus Siapkan Rp2,8 T per-2000 Km
"Kalau dari awal sudah direncanakan, kabel itu kan dibuat dari pabrik sepanjang kita pesannya katakanlah 2500 meter kabel itu sudah dalam satu gulungan tidak terputus dari pabrik, sudah dimasukan dalam satu kapal," ujarnya.
Dihubungi secara terpisah Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza, mengatakan jika pembangunan kabel bawah laut atau Cable Based Tsunameter (CBT) akan jauh lebih murah jika menggunakan kabel yang sudah eksisting, yaitu Palapa Ring. Menurut perkiraanya jika menggunakan Palapa Ring bisa menghemat biaya sekitar 30 sampai 40 persen.
"Perkiraan kita ya kalau untuk 2000km itu butuh biaya 2,8 T, tapi kalau menggunakan kabel yang sudah eksisting bisa menghemat sekitar 30-40% dari situ perkiraan saya 2000 km 2T," pungkasnya
(wbs)