Lapisan Permafrost Mencair, Perubahan Cuaca Ekstrim Akan Terjadi
A
A
A
NEW YORK - Kenaikan temperatur suhu udara dan samudra, mengantar es laut tertua di dunia menuju spiral kematian. Wilayah yang dulunya ditempati oleh es tertua di dunia kini berkurang sebesar 95 persen dibandingkan dengan keadaan yang sama tiga dekade lalu.Para ilmuwan yang tergabung dalam National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) melaporkan penemuan ini dalam pertemuan tahunan Arctic Report Card. Fenomena dari mencairnya es di Arktik merupakan tanda-tanda bahwa perubahan iklim sedang kita hadapi.Tahun lalu adalah rekor terpanas kedua untuk wilayah tersebut dan itu membuat cakupan es menyusut signifikan. Air yang berada di Atlantik sekarang sedang menuju Samudra Arktik sehingga membuat lapisan Permafrost mencair. Es tua cenderung tebal dan tahan lama, bertindak sebagai 'penahan' atau jangkar es selama musim panas berlangsung.Namun, es padat tertua di dunia ternyata tidak sanggup menahan suhu ketika perubahan iklim terjadi. Suhu udara di Kutub Utara telah menghangat dua kali lebih besar daripada bagian dunia lain. Dikutip dari Gizmodo, gelombang panas ditambah dengan badai yang kuat telah memecah cengkeraman es tertua di dunia.Arctic Report Card mengungkap bahwa pada bulan Maret 1985, es berumur empat tahun ke atas meliputi area sebesar 1.578.284 kilometer persegi.Salah satu kawah hasil benturan terbesar dan termuda yang pernah ada telah ditemukan satu kilometer di bawah lapisan es di Greenland.
Para peneliti pertama kali merasakan lokasi kawah pada pertengahan 2015 berkat Operasi Jembatan Es NASA, yang terbang di atas area seperti Glasier Hiawatha untuk melacak perubahan es di kutub.
Sebongkah besar meteorit besi yang ditemukan di dekat Hiawatha bertahun-tahun lalu saat ini berada di halaman Museum Sejarah Alam di Kopenhagen dan para peneliti di sana-lah yang menyimpulkan keterkaitannya.
Para peneliti pertama kali merasakan lokasi kawah pada pertengahan 2015 berkat Operasi Jembatan Es NASA, yang terbang di atas area seperti Glasier Hiawatha untuk melacak perubahan es di kutub.
Sebongkah besar meteorit besi yang ditemukan di dekat Hiawatha bertahun-tahun lalu saat ini berada di halaman Museum Sejarah Alam di Kopenhagen dan para peneliti di sana-lah yang menyimpulkan keterkaitannya.
(wbs)