Pakai Logam Super-Hydrophobic, Kapal Rusak Pun Tak Bisa Tenggelam
A
A
A
JAKARTA - Para peneliti dari University of Rochester telah menemukan cara agar logam tak dapat tenggelam. Logam ini jika dijatuhkan akan bertolak dan kembali muncul ke permukaan.
Logam temuan para peneliti ini menciptakan kantong udaya yang memungkinkannya melayang di bawah kondisi apapun. Para penemunya percaya itu bisa merevolusi desain kapal dan membuat kapal yang benar-benar tidak dapat tenggelam.
Struktur logam menggunakan teknik sedemikian rupa yang memerangkap udara dan membuat permukaan superhidrofobik atau antiair.
Tim mengatakan teknik etsa "superhydrophobic" ini terinspirasi oleh dunia alami. Seperti misalnya laba-laba air dan juga semut api. Binatang tersebut dapat mengapung di air karena memiliki tubuh yang bersifat hidrofobik.
"Wawasan utama adalah bahwa permukaan superhydrophobic (SH) multifaset dapat menjebak volume udara yang besar, yang menunjukkan kemungkinan menggunakan permukaan SH untuk membuat perangkat yang mengapung," tulis para peneliti dalam sebuah makalah penelitian terbaru dilansir dari laman BGR, Sabtu (9/11/2019).
Untuk menunjukkan bagaimana logam berperilaku, para peneliti merancang percobaan dengan dua cakram logam yang tampaknya identik. Salah satunya adalah logam normal, sedangkan yang lain adalah bahan yang sama dengan teknik etsa khusus yang diterapkan. Kemudian saat keduanya ditenggelamkan, terlihat logam hidrofobik menolak untuk tenggelam.
Ini membuktikan bahwa logam yang diukir sedemikian rupa dapat berguna dalam pembuatan kapal yang berpotensi tidak dapat tenggelam. Sekaligus memungkinkan kapal untuk tetap terapung meskipun dalam keadaan rusak.
Logam temuan para peneliti ini menciptakan kantong udaya yang memungkinkannya melayang di bawah kondisi apapun. Para penemunya percaya itu bisa merevolusi desain kapal dan membuat kapal yang benar-benar tidak dapat tenggelam.
Struktur logam menggunakan teknik sedemikian rupa yang memerangkap udara dan membuat permukaan superhidrofobik atau antiair.
Tim mengatakan teknik etsa "superhydrophobic" ini terinspirasi oleh dunia alami. Seperti misalnya laba-laba air dan juga semut api. Binatang tersebut dapat mengapung di air karena memiliki tubuh yang bersifat hidrofobik.
"Wawasan utama adalah bahwa permukaan superhydrophobic (SH) multifaset dapat menjebak volume udara yang besar, yang menunjukkan kemungkinan menggunakan permukaan SH untuk membuat perangkat yang mengapung," tulis para peneliti dalam sebuah makalah penelitian terbaru dilansir dari laman BGR, Sabtu (9/11/2019).
Untuk menunjukkan bagaimana logam berperilaku, para peneliti merancang percobaan dengan dua cakram logam yang tampaknya identik. Salah satunya adalah logam normal, sedangkan yang lain adalah bahan yang sama dengan teknik etsa khusus yang diterapkan. Kemudian saat keduanya ditenggelamkan, terlihat logam hidrofobik menolak untuk tenggelam.
Ini membuktikan bahwa logam yang diukir sedemikian rupa dapat berguna dalam pembuatan kapal yang berpotensi tidak dapat tenggelam. Sekaligus memungkinkan kapal untuk tetap terapung meskipun dalam keadaan rusak.
(mim)