Amerika Serikat Pakai 16 Superkomputer untuk Temukan Vaksin Corona
A
A
A
NEW YORK - Pandemi COVID-19 sudah menjadi kejadian luar biasa. Situasi ini bakal tercatat dalam buku sejarah Bumi. Melawannya juga harus dengan cara yang tidak biasa. Misalnya, dengan menggunakan superkomputer untuk menghadapi serbuan virus corona.
Kolaborasi antara sejumlah raksasa teknologi Amerika Serikat merealisasikannya. Tentunya juga menggandeng lembaga ilmiah dan pemerintah.
Superkomputer ini dimanfaatkan untuk mempercepat proses riset demi menemukan vaksin COVID-19. Di dalamnya dibekali 775.000 inti prosesor dan 34.000 kartu grafis. Dengan begitu, perangkat memiliki kemampuan komputasi sebesar 330.000 teraflops, seperti yang ditulis oleh Insidehpc.com.
Sebanyak 16 superkomputer itu tergabung dalam sebuah konsorsium yang dinamai The COVID-19 High Performance Computing Consortium.
Melansir laman resmi White House, dari sisi industri, anggota konsorsium antara lain IBM, Amazon, Google, dan Microsoft. Sementara dari perguruan tinggi adalah Massachusetts Institute Technology (MIT) dan Rensselaer Polytechnic Institute (RPI).
Tidak hanya itu, dari pemerintah yang ikut serta adalah laboratorium pusat Departemen Energi AS, lembaga antariksa AS (NASA), dan lembaga riset AS (NSF).
Konsorsium akan dipimpin oleh IBM, White House Office of Science and Technology Policy, dan Departemen Energi AS.
”Eskperimen-eksperimen itu akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama apabila dilakukan dengan sistem komputer biasa,” kata Direktur IBM Research, Dario Gil.
Kolaborasi antara sejumlah raksasa teknologi Amerika Serikat merealisasikannya. Tentunya juga menggandeng lembaga ilmiah dan pemerintah.
Superkomputer ini dimanfaatkan untuk mempercepat proses riset demi menemukan vaksin COVID-19. Di dalamnya dibekali 775.000 inti prosesor dan 34.000 kartu grafis. Dengan begitu, perangkat memiliki kemampuan komputasi sebesar 330.000 teraflops, seperti yang ditulis oleh Insidehpc.com.
Sebanyak 16 superkomputer itu tergabung dalam sebuah konsorsium yang dinamai The COVID-19 High Performance Computing Consortium.
Melansir laman resmi White House, dari sisi industri, anggota konsorsium antara lain IBM, Amazon, Google, dan Microsoft. Sementara dari perguruan tinggi adalah Massachusetts Institute Technology (MIT) dan Rensselaer Polytechnic Institute (RPI).
Tidak hanya itu, dari pemerintah yang ikut serta adalah laboratorium pusat Departemen Energi AS, lembaga antariksa AS (NASA), dan lembaga riset AS (NSF).
Konsorsium akan dipimpin oleh IBM, White House Office of Science and Technology Policy, dan Departemen Energi AS.
”Eskperimen-eksperimen itu akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama apabila dilakukan dengan sistem komputer biasa,” kata Direktur IBM Research, Dario Gil.
(wbs)