Anak Bangsa Sanggup Ciptakan Tes Mandiri COVID-19 di Singapura

Kamis, 02 April 2020 - 05:37 WIB
Anak Bangsa Sanggup Ciptakan Tes Mandiri COVID-19 di Singapura
Anak Bangsa Sanggup Ciptakan Tes Mandiri COVID-19 di Singapura
A A A
SINGAPURA - Entrepreneur asli Indonesia, Santo Purnama, berhasil menciptakan alat tes mandiri untuk COVID-19 dalam waktu empat bulan. Dia menginginkan agar alat ciptaanya ini bisa dimanfaatkan di Tanah Air.

Alat ini memungkinkan setiap orang untuk melakukan pengetesan di rumah masing-masing hanya dalam waktu 10 menit. Sedangkan harganya sangat terjangkau, yakni sekitar Rp160.000/unit.

Santo mengembangkan teknologi pengetesan COVID-19 melalui perusahaannya, Sensing Self, yang berbasis di Singapura. Resmi diproduksi sejak Februari, alat rapid test Sensing Self telah mendapatkan lisensi edar dari tiga pasar penting di dunia, yaitu Eropa (mendapatkan sertifikasi CE), India (disetujui oleh National Institute of Virology dan Indian Council of Medical Research), serta Amerika Serikat.

Untuk pasar Amerika Serikat, FDA telah memberikan persetujuan bagi alat tes Sensing Self, dengan syarat penggunaannya harus dilakukan di lembaga medis formal. India, yang mencatatkan angka ribuan kasus positif COVID-19, diklaim telah memesan alat tes cepat Sensing Self sejumlah 3 juta unit.

Sebagai warga negara Indonesia, Santo siap membawa alat tes mandiri ini untuk membantu pemerintah menanggulangi wabah COVID-19. Namun, dia belum mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang.“Perang melawan COVID-19 adalah perang melawan waktu. Kita harus menekan laju pertumbuhan pandemik ini dengan melakukan tes seluas mungkin. Oleh karena itu, kami berharap Pemerintah Indonesia bisa memberikan respons positif bagi inisiatif kami untuk membawa alat tes mandiri ini ke Indonesia," harap Santo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/4/2020).
Jika setiap orang bisa melakukan tes mandiri, kata dia, maka bisa meminimalisir risiko infeksi ketika pasien datang ke rumah sakit untuk melakukan tes. Selain itu, bisa mengurangi beban tenaga medis yang sudah amat kewalahan.

Dikatakannya, sudah empat pekan lebih pemerintah belum memberikan keputusan persetujuan terhadap alat tes mandiri ini. Sebagai perbandingan, badan farmasi Eropa hanya membutuhkan waktu 2-3 pekan untuk memberikan persetujuan.

India menghabiskan waktu satu minggu untuk melakukan uji coba, validasi, dan persetujuan akhir. Pemerintah India langsung memesan jutaan unit alat tes dua hari setelah lisensi diterbitkan.

Santo mengatakan, alat tes tersebut dijual dengan harga produksi. Karena ini merupakan misi sosial untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa.

“Kami telah mengirimkan alat tes mandiri Sensing Self untuk membantu lembaga-lembaga riset ternama, seperti Mayo Clinic, University of California San Francisco, dan Chan Zuckerberg Biohub. Kami selalu menjaga kualitas produk dan akurasi hasil, karena kami paham bahwa alat ini berhubungan dengan kesehatan seseorang. Pendeteksian dini virus COVID-19 bisa menentukan antara hidup dan mati,” papar Santo.

Alat tes mandiri Sensing Self diyakini bisa memberikan hasil deteksi yang cepat dan akurat, lantaran menggunakan analisis enzim. Dengan harga lebih murah, yakni Rp160.000 (USD10), hasil tes bisa keluar lebih cepat dibandingkan alat tes lain.

Salah satu alternatif pengetesan COVID-19 adalah dengan nostril swab. Metode ini memakan biaya Rp1,2 juta sekali tes dan prosesnya memakan waktu hingga 1 jam.

“Ketika terdapat pasien positif, mereka dapat langsung melakukan isolasi mandiri ataupun mendapatkan perawatan di rumah sakit. Dengan begitu, para tenaga medis bisa benar-benar memfokuskan diri untuk merawat pasien COVID-19 dengan gejala menengah-parah, alih-alih menghabiskan waktu untuk melakukan tes pada ribuan orang,” ungkap Santo.

Saat ini, Santo dan tim juga sedang mengembangkan solusi lainnya untuk melawan pandemik, yakni tes asam nukleat (nucleic acid test) untuk mendeteksi infeksi COVID-19 sedini mungkin dan dengan harga sangat terjangkau. Hasil tesnya diklaim mampu mendeteksi dengan akurasi hingga 99% pada hari pertama mereka terpapar virus. Mereka akan segera meluncurkan produk ini saat sudah siap dalam waktu dekat.

Santo Purnama dan Shripal Gandhi merupakan partner pendiri Sensing Self. Perusahaan ini bergerak dalam pengembangan alat tes kesehatan mandiri, untuk memberdayakan setiap orang agar dapat mendeteksi kesehatannya masing-masing dan mendapatkan pengobatan di tahap sedini mungkin.

Santo memiliki latar belakang ilmu komputer dan teknologi dari Purdue University dan Stanford University. Sementara Shripal Gandhi merupakan lulusan terbaik Jurusan Teknik Kimia dan Biosains dari University of Mumbai dan University of California.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7925 seconds (0.1#10.140)