Uranium Jadi Alasan Jerman Ogah Kirim Senjata ke Ukraina

Minggu, 29 Januari 2023 - 18:58 WIB
AS memang sangat ketergantungan pasokan uranium dari Rusia dan sekutunya, yaitu Kazakhstan dan Uzbekistan. Setengah dari uranium yang diperlukan untuk menghidupkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di AS berasal dari Rusia dan sekutunya, jumlahnya 22,8 juta pound (10,3 juta kg) di 2020. Uranium ini menghasilkan 20% listrik di AS.

Saat ini AS dan para sekutunya telah memberlakukan sejumlah sanksi untuk Rusia, karena serangannya ke Ukraina. Meskipun dalam sanksi tersebut tetap membolehkan penjualan uranium dan transaksi keuangan terkait penjualan tersebut.

National Energy Institute (NEI), sebuah grup perdagangan tenaga listrik nuklir di AS, diberitakan sumber Reuters melobi pihak kepresidenan AS untuk tetap membolehkan impor nuklir dari Rusia.

"Industri tenaga nuklir AS kecanduan uranium Rusia," kata sumber tersebut.

Uranium digunakan sebagai bahan bakar di dalam reaktor untuk mencapai fisi nuklir untuk merebus air, dan menghasilkan uap yang memutar turbin untuk menghasilkan listrik.

Tidak ada produksi atau pemrosesan uranium di AS saat ini, meskipun beberapa perusahaan mengatakan mereka ingin melanjutkan produksi dalam negeri jika mereka dapat menandatangani kontrak pasokan jangka panjang dengan produsen tenaga nuklir. Texas dan Wyoming memiliki cadangan uranium yang besar.

Australia dan Kanada juga memiliki cadangan uranium yang besar dan kemampuan pemrosesan yang memadai. Tapi Rusia dan sekutunya adalah produsen dengan harga termurah.

Penggunaan uranium Rusia oleh industri tenaga nuklir AS kemungkinan akan memicu pertanyaan lebih lanjut tentang di mana dan bagaimana AS mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasok produk-produk berteknologi tinggi dan energi terbarukan.

Produksi uranium Rusia dikendalikan oleh Rosatom, sebuah perusahaan milik negara yang dibentuk oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2007. Perusahaan tersebut merupakan sumber pendapatan penting bagi negara.
(wbs)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More