Gelombang Panas Hantam Dasar Laut, Ancam Rusak Ekosistem dan Timbulkan Bencana
Sabtu, 25 Maret 2023 - 09:40 WIB
COLORADO - Gelombang panas mencapai dasar lautan Bumi dan berpotensi menjadi masalah besar bagi makhluk hidup di dalamnya. Diketahui gelombang panas laut dasar dapat menghancurkan karena bertahan lebih lama dan memengaruhi banyak spesies utama, seperti lobster dan ikan kod.
Dalam studi yang dimuat dalam jurnal Nature Communications pada 13 Maret 2023, disebutkan bahwa antara tahun 2013 hingga 2016 perairan permukaan Samudra Pasifik di sepanjang garis pantai Amerika Utara menghangat akibat fenomena yang dijuluki the blub atau gumpalan. Peristiwa ini menyebabkan kematian 1 juta burung laut karena kehilangan sumber makanan utama mereka (ikan).
“Ini adalah fenomena global. Kami melihat gelombang panas laut (dasar) terjadi di sekitar Australia dan di tempat-tempat seperti laut Mediterania dan Tasmania. Ini bukan sesuatu yang unik di Amerika Utara,” kata Dillon Amaya, seorang ilmuwan penelitian di Laboratorium Ilmu Fisika NOAA di Boulder, Colorado, kepada Live Science, Sabtu (25/3/2023).
NASA menyebutkan lautan telah menyerap sekitar 90% kelebihan panas dari pemanasan global dan menyebabkan peningkatan suhu 1 derajat Celcius selama 100 tahun terakhir. Kenaikan ini telah menghasilkan peningkatan 50% gelombang panas permukaan laut dalam dekade terakhir.
Namun, para ilmuwan tidak memiliki gambaran yang jelas tentang bagaimana kedalaman lautan merespons ketika suhu permukaan melonjak. Untuk memahami perubahan suhu atmosfer memengaruhi dasar laut, para ilmuwan menggunakan pengukuran yang ada untuk mensimulasikan kondisi atmosfer dan arus laut, termasuk ekosistem dasar laut yang sulit diakses.
Ekosistem ini sering dihuni oleh lobster, scallop, flounder, cod, dan makhluk lain yang ditangkap secara komersial. Para peneliti menemukan bahwa di sepanjang landas kontinen dekat Amerika Utara, gelombang panas dasar laut bertahan lebih lama daripada gelombang serupa di permukaan.
Mereka juga menemukan bahwa fluktuasi suhu ini dapat terjadi secara bersamaan di permukaan dan dasar laut di lokasi yang sama. Paling umum terjadi di daerah dangkal di mana air dari tingkat yang berbeda dapat berbaur.
“Di Pantai Timur AS, sistem pesisir didominasi oleh aliran teluk, yang merupakan arus air hangat, variabilitasnya benar-benar dapat mengubah suhu dasar air. Salah satu penggerak dinamis dapat berupa perubahan arus laut,” kata Amaya.
Faktor potensial lainnya adalah upwelling, atau naiknya air yang lebih dingin dan lebih dalam ke atas kolom air. “Misalnya, di sepanjang Pantai Barat AS ada banyak air dingin dan kaya nutrisi yang berasal dari kedalaman dan dapat mengalir di sepanjang landas kontinen,” ujar Amaya.
Dalam studi yang dimuat dalam jurnal Nature Communications pada 13 Maret 2023, disebutkan bahwa antara tahun 2013 hingga 2016 perairan permukaan Samudra Pasifik di sepanjang garis pantai Amerika Utara menghangat akibat fenomena yang dijuluki the blub atau gumpalan. Peristiwa ini menyebabkan kematian 1 juta burung laut karena kehilangan sumber makanan utama mereka (ikan).
“Ini adalah fenomena global. Kami melihat gelombang panas laut (dasar) terjadi di sekitar Australia dan di tempat-tempat seperti laut Mediterania dan Tasmania. Ini bukan sesuatu yang unik di Amerika Utara,” kata Dillon Amaya, seorang ilmuwan penelitian di Laboratorium Ilmu Fisika NOAA di Boulder, Colorado, kepada Live Science, Sabtu (25/3/2023).
NASA menyebutkan lautan telah menyerap sekitar 90% kelebihan panas dari pemanasan global dan menyebabkan peningkatan suhu 1 derajat Celcius selama 100 tahun terakhir. Kenaikan ini telah menghasilkan peningkatan 50% gelombang panas permukaan laut dalam dekade terakhir.
Namun, para ilmuwan tidak memiliki gambaran yang jelas tentang bagaimana kedalaman lautan merespons ketika suhu permukaan melonjak. Untuk memahami perubahan suhu atmosfer memengaruhi dasar laut, para ilmuwan menggunakan pengukuran yang ada untuk mensimulasikan kondisi atmosfer dan arus laut, termasuk ekosistem dasar laut yang sulit diakses.
Ekosistem ini sering dihuni oleh lobster, scallop, flounder, cod, dan makhluk lain yang ditangkap secara komersial. Para peneliti menemukan bahwa di sepanjang landas kontinen dekat Amerika Utara, gelombang panas dasar laut bertahan lebih lama daripada gelombang serupa di permukaan.
Mereka juga menemukan bahwa fluktuasi suhu ini dapat terjadi secara bersamaan di permukaan dan dasar laut di lokasi yang sama. Paling umum terjadi di daerah dangkal di mana air dari tingkat yang berbeda dapat berbaur.
“Di Pantai Timur AS, sistem pesisir didominasi oleh aliran teluk, yang merupakan arus air hangat, variabilitasnya benar-benar dapat mengubah suhu dasar air. Salah satu penggerak dinamis dapat berupa perubahan arus laut,” kata Amaya.
Faktor potensial lainnya adalah upwelling, atau naiknya air yang lebih dingin dan lebih dalam ke atas kolom air. “Misalnya, di sepanjang Pantai Barat AS ada banyak air dingin dan kaya nutrisi yang berasal dari kedalaman dan dapat mengalir di sepanjang landas kontinen,” ujar Amaya.
(wib)
tulis komentar anda