5 Mata-mata Cantik dan Seksi Penentu Kemenangan di Perang Dunia II, Nomor Terakhir Tak Terduga

Kamis, 08 Juni 2023 - 12:36 WIB
Ketika pasukan Jerman menduduki Paris pada tahun 1940, dia melarikan diri ke zona Vichy di Prancis selatan, di mana, dengan kedok penampilannya, dia terus bekerja secara diam-diam dengan Abtey untuk melakukan perlawanan. Pada awal 1941, mereka pindah ke Afrika Utara Prancis.

Dari sana, dia menyelundupkan dokumen termasuk foto yang disembunyikan di bawah pakaiannya dan pesan yang ditulis dengan tinta rahasia di lembaran musik ke agen di Lisbon yang bekerja untuk kelompok perlawanan Free French, yang dipimpin oleh Jenderal Charles de Gaulle.

Baker dihormati oleh Prancis selama masa hidupnya untuk layanan masa perangnya dengan Legiun Kehormatan dan Croix de Guerre. Pada November 2021 dia menjadi wanita kulit hitam pertama yang dilantik ke Pantheon Prancis.

Josephine Baker adalah seorang penari, penyanyi, aktris, dan mata-mata. Di sini, dia tampil di Folies Bergère di Paris sekitar tahun 1930.

2. Noor Inayat Khan



Bersungguh-sungguh dan bersuara lembut, keturunan bangsawan India yang mempraktikkan antikekerasan, Noor Inayat Khan adalah musisi ulung dan penulis cerita anak-anak yang dibesarkan di Inggris dan Prancis.

Dia melarikan diri dari invasi Jerman ke Prancis pada tahun 1940 dan menetap dengan ibunya yang menjanda kelahiran Amerika di London, tempat dia dilatih sebagai operator radio nirkabel.

Keahlian teknis dan bahasa Prancisnya yang fasih membawanya ke perhatian Vera Atkins, yang mengawasi agen wanita untuk Bagian F—bagian Prancis dari Eksekutif Operasi Khusus Inggris (SOE), yang didirikan oleh Perdana Menteri Winston Churchill untuk menyusup ke wilayah pendudukan Jerman dan “menetapkan Eropa terbakar.”

Atkins mengirim Khan ke Prancis, di mana dia menghindari penangkapan dengan sering berpindah dari satu tempat persembunyian ke tempat persembunyian lainnya.

Pada September 1943, dia adalah operator terakhir yang masih melakukan transmisi ke London dari Paris. Khan akhirnya dikhianati oleh seseorang yang mengetahui operasinya. Ditangkap pada bulan Oktober, dia diinterogasi secara brutal dan berusaha melarikan diri.

Cobaannya berakhir di Dachau, sebuah kamp konsentrasi tempat dia dieksekusi pada September 1944. Saat algojo menodongkan pistol ke belakang kepalanya, kabarnya kata terakhirnya adalah “ liberté ”.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More