5 Mata-mata Cantik dan Seksi Penentu Kemenangan di Perang Dunia II, Nomor Terakhir Tak Terduga
Kamis, 08 Juni 2023 - 12:36 WIB
LONDON - Terungkap kemenangan dalam Perang Dunia II sepenuhnya diraih oleh laki-laki. Sekelompok wanita pemberani bekerja sebagai mata-mata dan bekerja di badan intelijen di seluruh dunia, mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencari informasi rahasia yang memengaruhi hasil perang.
Sekelompok wanita cantik dan seksi ini mempertaruhkan nyawa mereka untuk merebut kemenangan. Apa yang dilakukan para wanita-wanita cantik adalah pekerjaan yang berbahaya dan ada ancaman nyata meliputi penyiksaan, penahanan di kamp konsentrasi, dan bahkan kematian.
Berikut adalah wanita-wanita cantik dan seksi yang menjadi mata-mata di Perang Dunia II yang paling terkenal yang memberikan segalanya.
Pada tahun 1930-an ketika segregasi rasial berkecamuk di Amerika Serikat, Josephine Baker dari Afrika-Amerika naik menjadi bintang di Paris sebagai penghibur, penari, dan penyanyi.
Dia berpindah-pindah di antara lingkaran sosial, sebuah fakta yang dicatat oleh Kapten Jacques Abtey, seorang perwira intelijen untuk dinas rahasia Prancis.
Dua tahun setelah dia memperoleh kewarganegaraan Prancis, dan saat perang menjulang, dia mendekati Baker pada tahun 1939 memintanya untuk mengumpulkan informasi untuk Prancis.
Meskipun berbahaya, dia menerima pekerjaan itu dengan mudah. "Prancis menjadikan saya apa adanya," katanya. “Orang-orang Paris telah memberi saya segalanya.. Saya siap memberikan hidup saya kepada mereka.”
Baker menghadiri pesta diplomatik di Kedutaan Besar Italia dan Prancis, mendengarkan mereka yang mungkin adalah agen Poros atau pengkhianat Prancis.
Sekelompok wanita cantik dan seksi ini mempertaruhkan nyawa mereka untuk merebut kemenangan. Apa yang dilakukan para wanita-wanita cantik adalah pekerjaan yang berbahaya dan ada ancaman nyata meliputi penyiksaan, penahanan di kamp konsentrasi, dan bahkan kematian.
Berikut adalah wanita-wanita cantik dan seksi yang menjadi mata-mata di Perang Dunia II yang paling terkenal yang memberikan segalanya.
1. Josephine Baker
Pada tahun 1930-an ketika segregasi rasial berkecamuk di Amerika Serikat, Josephine Baker dari Afrika-Amerika naik menjadi bintang di Paris sebagai penghibur, penari, dan penyanyi.
Dia berpindah-pindah di antara lingkaran sosial, sebuah fakta yang dicatat oleh Kapten Jacques Abtey, seorang perwira intelijen untuk dinas rahasia Prancis.
Dua tahun setelah dia memperoleh kewarganegaraan Prancis, dan saat perang menjulang, dia mendekati Baker pada tahun 1939 memintanya untuk mengumpulkan informasi untuk Prancis.
Meskipun berbahaya, dia menerima pekerjaan itu dengan mudah. "Prancis menjadikan saya apa adanya," katanya. “Orang-orang Paris telah memberi saya segalanya.. Saya siap memberikan hidup saya kepada mereka.”
Baker menghadiri pesta diplomatik di Kedutaan Besar Italia dan Prancis, mendengarkan mereka yang mungkin adalah agen Poros atau pengkhianat Prancis.
tulis komentar anda