Arkeolog Temukan Banyak Piramida di Kota Maya yang Hilang, Berfungsi Jadi Pusat Ritual
Senin, 03 Juli 2023 - 14:53 WIB
MEKSIKO CITY - Para arkeolog menemukan sisa-sisa kota Maya yang hilang tersembunyi jauh di dalam hutan Semenanjung Yucatan, Meksiko. Situs yang terletak di cagar alam Balamku di negara bagian Campeche, berisi banyak piramida besar yang dibangun selama periode Klasik peradaban Maya antara 250 dan 1000 Masehi.
Para arkeolog menamai lokasi tersebut Ocomtun, yang berarti "pilar batu" di Yucatec Maya, mengacu pada banyaknya kolom yang menghiasi situs tersebut. Lokasi yang ditemukan mencakup luas sekitar 124 acre atau 50 hektare.
“Situs itu berfungsi sebagai pusat kegiatan penting di tingkat regional. Mungkin saja itu adalah pasar atau ruang yang diperuntukkan bagi ritual komunitas,” kata Ketua Arkeolog Ivan Sprajc, Kepala Departemen di Institut Studi Antropologi dan Tata Ruang di Slovenia, dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Senin (3/7/2023).
Selain menemukan piramida dan tiang, saat berjalan kaki, para arkeolog menemukan keramik, tiga alun-alun, lapangan yang digunakan untuk bermain bola. Termasuk sebuah kompleks yang terdiri dari struktur rendah dan memanjang yang disusun hampir dalam lingkaran konsentris.
Suku Maya memiliki banyak situs kota yang tersebar di Meksiko selatan dan Amerika Tengah. Peradaban suku Maya mencapai puncaknya selama milenium pertama Masehi sampai "runtuh" antara 800 dan 1000.
Tim menemukan kota sambil memetakan dataran rendah Maya dengan miliaran laser yang ditembakkan dari pesawat. Teknik ini, yang dikenal sebagai deteksi dan jangkauan cahaya, atau lidar. Ini merupakan cara non-invasif bagi para peneliti untuk memahami topografi struktur buatan manusia yang tersembunyi di bawah dedaunan.
Dalam kasus ini, lidar mengungkapkan sebuah kota Maya dengan beberapa struktur piramidal, dengan menara tertinggi hampir 50 kaki atau 15 meter. Namun, para arkeolog masih menyelidiki bagaimana suku Maya menggunakan beberapa bangunan tersebut.
“Jenis keramik paling umum yang kami kumpulkan di permukaan dan di beberapa lubang uji berasal dari Klasik Akhir (600-800 M). Namun, analisis sampel bahan ini akan memberi kami data yang lebih andal tentang urutan pekerjaan,” kata Sprajc.
Para arkeolog menamai lokasi tersebut Ocomtun, yang berarti "pilar batu" di Yucatec Maya, mengacu pada banyaknya kolom yang menghiasi situs tersebut. Lokasi yang ditemukan mencakup luas sekitar 124 acre atau 50 hektare.
“Situs itu berfungsi sebagai pusat kegiatan penting di tingkat regional. Mungkin saja itu adalah pasar atau ruang yang diperuntukkan bagi ritual komunitas,” kata Ketua Arkeolog Ivan Sprajc, Kepala Departemen di Institut Studi Antropologi dan Tata Ruang di Slovenia, dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Senin (3/7/2023).
Selain menemukan piramida dan tiang, saat berjalan kaki, para arkeolog menemukan keramik, tiga alun-alun, lapangan yang digunakan untuk bermain bola. Termasuk sebuah kompleks yang terdiri dari struktur rendah dan memanjang yang disusun hampir dalam lingkaran konsentris.
Suku Maya memiliki banyak situs kota yang tersebar di Meksiko selatan dan Amerika Tengah. Peradaban suku Maya mencapai puncaknya selama milenium pertama Masehi sampai "runtuh" antara 800 dan 1000.
Tim menemukan kota sambil memetakan dataran rendah Maya dengan miliaran laser yang ditembakkan dari pesawat. Teknik ini, yang dikenal sebagai deteksi dan jangkauan cahaya, atau lidar. Ini merupakan cara non-invasif bagi para peneliti untuk memahami topografi struktur buatan manusia yang tersembunyi di bawah dedaunan.
Dalam kasus ini, lidar mengungkapkan sebuah kota Maya dengan beberapa struktur piramidal, dengan menara tertinggi hampir 50 kaki atau 15 meter. Namun, para arkeolog masih menyelidiki bagaimana suku Maya menggunakan beberapa bangunan tersebut.
“Jenis keramik paling umum yang kami kumpulkan di permukaan dan di beberapa lubang uji berasal dari Klasik Akhir (600-800 M). Namun, analisis sampel bahan ini akan memberi kami data yang lebih andal tentang urutan pekerjaan,” kata Sprajc.
(wib)
tulis komentar anda