Najin dan Fatu Sepasang Badak Putih yang Tersisa di Muka Bumi
Minggu, 24 September 2023 - 06:30 WIB
CAPE TOWN - Najin dan Fatu adalah dua badak putih utara betina terakhir di dunia. Sayangnya, kedua subspesies ini tidak dapat hamil setelah kematian badak putih utara jantan terakhir pada tahun 2018.
Dengan hanya mengandalkan Najin dan Fatu, subspesies tersebut kini berada di ambang kepunahan.
Di bawah asuhan Pusat Konservasi dan Rehabilitasi OI Pejeta di Kenya, para peneliti dan pakar konservasi saat ini 'kehabisan waktu' untuk memastikan Najin dan Fatu dapat menghasilkan keturunan guna memastikan kelangsungan subspesies tersebut.
Sel telur diambil dari Najin dan Fatu, sementara sperma dikumpulkan dari dua badak putih utara jantan terakhir sebelum kedua subspesies tersebut punah.
Menurut Kepala Penelitian dan Konservasi Spesies IO Pejeta, Samuel Mutisya, hingga Mei lalu, 18 butir telur yang dikumpulkan dari Fatu telah menghasilkan lima embrio baru di laboratorium Cremona, Italia.
“Ini menjadikan jumlah totalnya menjadi 29 (embrio) dan merupakan keberhasilan besar karena belum pernah terjadi sejak kami memulai proyek ini dan memberikan harapan besar bagi kesembuhan badak putih utara,” ujarnya mengutip laporan AP.
Dia mengatakan semua embrio disimpan dalam nitrogen cair sebelum dipindahkan ke ibu pengganti, seekor badak putih selatan.
Calon ibu pengganti telah diidentifikasi, dan badak putih selatan betina dipilih karena kemiripannya dengan badak putih utara.
Samuel menambahkan, proses transfer embrio diharapkan terjadi dalam beberapa bulan atau tahun ke depan.
Sebelumnya, badak putih utara jantan terakhir bernama Sudan dipastikan mati pada Maret 2018, dalam usia 45 tahun.
Sementara itu, seekor badak putih utara jantan bernama Suni mati pada tahun 2017.
Dengan hanya mengandalkan Najin dan Fatu, subspesies tersebut kini berada di ambang kepunahan.
Di bawah asuhan Pusat Konservasi dan Rehabilitasi OI Pejeta di Kenya, para peneliti dan pakar konservasi saat ini 'kehabisan waktu' untuk memastikan Najin dan Fatu dapat menghasilkan keturunan guna memastikan kelangsungan subspesies tersebut.
Sel telur diambil dari Najin dan Fatu, sementara sperma dikumpulkan dari dua badak putih utara jantan terakhir sebelum kedua subspesies tersebut punah.
Menurut Kepala Penelitian dan Konservasi Spesies IO Pejeta, Samuel Mutisya, hingga Mei lalu, 18 butir telur yang dikumpulkan dari Fatu telah menghasilkan lima embrio baru di laboratorium Cremona, Italia.
“Ini menjadikan jumlah totalnya menjadi 29 (embrio) dan merupakan keberhasilan besar karena belum pernah terjadi sejak kami memulai proyek ini dan memberikan harapan besar bagi kesembuhan badak putih utara,” ujarnya mengutip laporan AP.
Dia mengatakan semua embrio disimpan dalam nitrogen cair sebelum dipindahkan ke ibu pengganti, seekor badak putih selatan.
Calon ibu pengganti telah diidentifikasi, dan badak putih selatan betina dipilih karena kemiripannya dengan badak putih utara.
Samuel menambahkan, proses transfer embrio diharapkan terjadi dalam beberapa bulan atau tahun ke depan.
Sebelumnya, badak putih utara jantan terakhir bernama Sudan dipastikan mati pada Maret 2018, dalam usia 45 tahun.
Sementara itu, seekor badak putih utara jantan bernama Suni mati pada tahun 2017.
(wbs)
tulis komentar anda