Faktor Alam Jadi Penentu Awal 1 Syawal 1445
Minggu, 10 Maret 2024 - 18:33 WIB
MENLO PARK - Lembaga Falakiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta bersama pengurus Masjid Raya KH Hasyim Asyari, Cengkareng, Jakarta Barat, menggelar Rukyatul Hilal penentuan 1 Syawal 1445 Hijriah.
Lembaga Falakiyah menyiapkan empat alat untuk memantau hilal yang dilakukan di lantai dua Masjid Raya KH Hasyim Asyari. Setidaknya, ada dua teleskop robotic, satu teodilte, dan alat tradisional rubug, yang akan digunakan untuk memantau hilal.
Ketua Lembaga Falakiyah PWNU DKI Jakarta Abdul Khaliq Soleh mengatakan hal ini dilakukan untuk memastikan apakah hilal terlihat atau tidak. Tetapi, ia juga mengatakan kondisi alam menjadi faktor utama dalam penentuan 1 Syawal 1445 H.
"Ketentuan pertama ketinggian hilal. Kendalanya adalah faktor alam. Mungkin karena hujan, mungkin tertutup awan tebal, mungkin karena kabut yang tebal. Kata Rasul kalau seandainya hilal terhalang oleh awan atau cuaca buruk, maka sempurnakan menjadi jumlah bilangan syaban menjadi 30 hari. Jadi faktor alam juga sangat menentukan hilal terlihat atau tidak terlihat, selain ketinggian hilal itu sendiri," kata Abdul di Masjid Raya KH Hasyim Asyari, Minggu (10/3/2024).
Sebagai informasi, MABIMS menetapkan bahwa secara astronomis hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Di bawah itu, Abdul mengatakan akan sangat sulit melihat hilal meski menggunakan teleskop canggih.
"Untuk melihat hilal terlihat atau tidak patokannya ada dua. Pertama kondisi hilal itu sendiri. Hilal secara ilmiah akan bisa dilihat ketika posisinya diketinggian 3 derajat, kalau di bawah itu sangat sulit untuk dilihat meskipun menggunakan teleskop robotic," ujar Abdul.
Berdasarkan data hisab NU, Abdul mengungkapkan posisi bulan saat ini masih jauh dari yang telah ditentukan. Namun, pihaknya akan tetap melakukan pemantauan hilal seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW.
"Ternyata, kondisi hilal saat ini berdasarkan data hisab yang kami miliki, posisinya ada diketinggian 0 derajat 47 menit. Jauh di bawah ketentuan IRNU (Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama). Tapi kita sebagai ummat Mabi Muhammad SAW, apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh Rasul kita jalankan. Berapa ketinggian derajat itu urusan nomor dua, yang penting kami melaksanakan rukyatul hilal sesuai yang diperintahkan Rasul," ucapnya.
Lembaga Falakiyah menyiapkan empat alat untuk memantau hilal yang dilakukan di lantai dua Masjid Raya KH Hasyim Asyari. Setidaknya, ada dua teleskop robotic, satu teodilte, dan alat tradisional rubug, yang akan digunakan untuk memantau hilal.
Ketua Lembaga Falakiyah PWNU DKI Jakarta Abdul Khaliq Soleh mengatakan hal ini dilakukan untuk memastikan apakah hilal terlihat atau tidak. Tetapi, ia juga mengatakan kondisi alam menjadi faktor utama dalam penentuan 1 Syawal 1445 H.
"Ketentuan pertama ketinggian hilal. Kendalanya adalah faktor alam. Mungkin karena hujan, mungkin tertutup awan tebal, mungkin karena kabut yang tebal. Kata Rasul kalau seandainya hilal terhalang oleh awan atau cuaca buruk, maka sempurnakan menjadi jumlah bilangan syaban menjadi 30 hari. Jadi faktor alam juga sangat menentukan hilal terlihat atau tidak terlihat, selain ketinggian hilal itu sendiri," kata Abdul di Masjid Raya KH Hasyim Asyari, Minggu (10/3/2024).
Sebagai informasi, MABIMS menetapkan bahwa secara astronomis hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Di bawah itu, Abdul mengatakan akan sangat sulit melihat hilal meski menggunakan teleskop canggih.
"Untuk melihat hilal terlihat atau tidak patokannya ada dua. Pertama kondisi hilal itu sendiri. Hilal secara ilmiah akan bisa dilihat ketika posisinya diketinggian 3 derajat, kalau di bawah itu sangat sulit untuk dilihat meskipun menggunakan teleskop robotic," ujar Abdul.
Berdasarkan data hisab NU, Abdul mengungkapkan posisi bulan saat ini masih jauh dari yang telah ditentukan. Namun, pihaknya akan tetap melakukan pemantauan hilal seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW.
"Ternyata, kondisi hilal saat ini berdasarkan data hisab yang kami miliki, posisinya ada diketinggian 0 derajat 47 menit. Jauh di bawah ketentuan IRNU (Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama). Tapi kita sebagai ummat Mabi Muhammad SAW, apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh Rasul kita jalankan. Berapa ketinggian derajat itu urusan nomor dua, yang penting kami melaksanakan rukyatul hilal sesuai yang diperintahkan Rasul," ucapnya.
(wbs)
tulis komentar anda