Pesawat Airlander 10 Siap Mengudara, Tawarkan Pemandangan Panoramik

Rabu, 13 Maret 2024 - 17:04 WIB
Berbeda dengan pesawat biasa, Airlander 10 sangat sunyi dan bisa bergerak lamban. (Foto: Reuters)
JAKARTA - Pesawat udara inovatif Airlander 10 akan segera beroperasi menawarkan penumpang pemandangan panoramik dari atas langit. Berbeda dengan pesawat konvensional, Airlander 10 sangat sunyi dan bisa melaju pelan.

Rencananya, penerbangan komersil untuk wisatawan akan dilaksanakan di pinggiran kota Bedford, di utara London, dalam waktu dekat.

Airlander 10 memiliki panjang 91 meter dan diangkat oleh badan helium-nya yang sangat besar. Pesawat udara ini dikemudikan melalui udara oleh baling-baling mesin yang ditenagai bahan bakar konvensional.

"Pesawat terbang ini berbeda dengan kabin pesawat lain yang pernah Anda duduki. Ia besar, panjang, luas (dan) sangat sunyi untuk duduk di dalamnya. Ada jendela dari lantai ke langit-langit, dan pesawat ini tidak bertekanan, jadi Anda bahkan dapat membuka jendela dan melihat dunia di luar saat Anda melintasinya," kata CEO HAV Tom Grundy kepada AFP saat mengunjungi fasilitas Bedford.





Airlander 10 awalnya dikembangkan untuk militer AS, lebih panjang dari jumbo Airbus A380 namun mengeluarkan hingga 75 persen lebih sedikit emisi daripada pesawat. Hybrid Air Vehicles (HAV) berencana memulai produksi lebih lanjut tahun ini, sementara versi listrik dan hidrogen direncanakan untuk lebih mengurangi emisi.

HAV telah memproduksi prototipe, sebagian dari bagian tersebut sekarang dipamerkan di Bedford setelah menyelesaikan uji coba penerbangan. Pusat teknologi tersebut juga menampilkan model skala penuh dari pesawat udara masa depan yang memungkinkan pengunjung naik dan melihat konfigurasi "mewah" termasuk bar, kabin penumpang, dan ruang tunggu pengamat.

Namun, para ahli mengakui bahwa pesawat udara akan terhambat sebagai bentuk transportasi karena kecepatannya yang lambat dibandingkan dengan mode udara lainnya. "Dari segi komersial, sebagai kendaraan untuk transportasi jarak jauh, saya tidak melihat masa depan karena kecepatannya jauh terlalu lambat," kata Profesor Andreas Schaefer, direktur Laboratorium Sistem Transportasi Udara di University College London.

Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More