AstraZeneca Akhirnya Akui Vaksin Covid-19 Punya Efek Samping
Selasa, 30 April 2024 - 07:11 WIB
LONDON - Untuk pertama kalinya, perusahaan farmasi AstraZeneca (AZ) mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping yang jarang terjadi.'
Raksasa farmasi tersebut menghadapi tuntutan hukum atas tuduhan bahwa vaksin yang dikembangkannya bersama Universitas Oxford dapat menyebabkan kematian dan cedera serius dalam puluhan kasus.
Beberapa pengacara berpendapat bahwa vaksin menimbulkan efek samping yang berdampak buruk pada sejumlah kecil individu.
Kasus pertama diajukan tahun lalu oleh Jamie Scott, ayah dua anak yang mengalami kerusakan otak permanen setelah mengalami pembekuan darah dan pendarahan di otak yang membuatnya tidak bisa bekerja, setelah disuntik vaksin pada April 2021.
Seperti dilansir dari The Telegraf Selasa (30/4/2024), rumah sakit menelepon istrinya tiga kali secara terpisah untuk memberi tahu bahwa pria tersebut akan meninggal.
AZ membantah klaim tersebut namun dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi pada bulan Februari bahwa vaksin tersebut 'dapat, dalam kasus yang sangat jarang, menyebabkan TTS' atau 'Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome' yaitu pembekuan darah dan jumlah trombosit darah yang rendah.
Sebanyak 51 kasus telah diajukan ke Pengadilan Tinggi sejauh ini, dengan korban menuntut ganti rugi diperkirakan bernilai hingga £100 juta.
Pengakuan AZ dibuat sebagai pembelaan hukum atas tuntutan Pengadilan Tinggi oleh Scott setelah pertarungan hukum yang sengit.
Baca Juga
Raksasa farmasi tersebut menghadapi tuntutan hukum atas tuduhan bahwa vaksin yang dikembangkannya bersama Universitas Oxford dapat menyebabkan kematian dan cedera serius dalam puluhan kasus.
Beberapa pengacara berpendapat bahwa vaksin menimbulkan efek samping yang berdampak buruk pada sejumlah kecil individu.
Kasus pertama diajukan tahun lalu oleh Jamie Scott, ayah dua anak yang mengalami kerusakan otak permanen setelah mengalami pembekuan darah dan pendarahan di otak yang membuatnya tidak bisa bekerja, setelah disuntik vaksin pada April 2021.
Seperti dilansir dari The Telegraf Selasa (30/4/2024), rumah sakit menelepon istrinya tiga kali secara terpisah untuk memberi tahu bahwa pria tersebut akan meninggal.
AZ membantah klaim tersebut namun dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi pada bulan Februari bahwa vaksin tersebut 'dapat, dalam kasus yang sangat jarang, menyebabkan TTS' atau 'Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome' yaitu pembekuan darah dan jumlah trombosit darah yang rendah.
Sebanyak 51 kasus telah diajukan ke Pengadilan Tinggi sejauh ini, dengan korban menuntut ganti rugi diperkirakan bernilai hingga £100 juta.
Pengakuan AZ dibuat sebagai pembelaan hukum atas tuntutan Pengadilan Tinggi oleh Scott setelah pertarungan hukum yang sengit.
(wbs)
tulis komentar anda