Oksigen Gelap Ditemukan di Dasar Laut, Ilmuwan Beberkan Hal Ini
Selasa, 23 Juli 2024 - 11:36 WIB
LONDON - Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan fenomena yang membingungkan di dasar laut dalam: produksi oksigen tanpa fotosintesis.
Ditemukan di kedalaman 4.000 meter (13.000 kaki) di Samudera Pasifik, fenomena ini menantang pemahaman kita tentang bagaimana kehidupan di Bumi tercipta.
Seperti dilansir dari Science Alert, penemuan ini berawal dari penelitian dampak penambangan laut dalam oleh Andrew Sweetman dari Asosiasi Ilmu Kelautan Skotlandia (SAMS) dan timnya.
Saat mengukur kadar oksigen di dasar laut, mereka menemukan peningkatan yang tidak terduga. Awalnya, mereka mengira sensornya rusak, tetapi setelah verifikasi ulang, data menunjukkan hasil yang konsisten: produksi oksigen di tempat yang seharusnya tidak terjadi.
Fenomena ini disebut "oksigen gelap" karena prosesnya tidak melibatkan fotosintesis, yang biasanya menghasilkan oksigen di laut.
Para ilmuwan menduga bahwa batu-batu bintil hitam yang menutupi dasar laut, kaya akan logam tanah jarang seperti kobalt, mangan, dan nikel, mungkin berperan. Di laboratorium, penelitian menunjukkan bahwa batu-batu ini dapat menghasilkan oksigen melalui reaksi elektrokimia dengan air laut.
Mengembangkan pemahaman kita tentang asal mula kehidupan: "Penemuan produksi oksigen melalui proses non-fotosintesis mengharuskan kita memikirkan kembali asal mula evolusi kehidupan kompleks di planet ini," kata ilmuwan kelautan SAMS Nicholas Owens.
Menemukan sumber oksigen baru di laut dalam: "Oksigen gelap" dapat menjadi sumber kehidupan penting bagi organisme yang hidup di kedalaman ekstrem ini.
Membuka kemungkinan eksplorasi laut dalam: Pemahaman yang lebih baik tentang proses "oksigen gelap" dapat membantu dalam pengembangan teknologi baru untuk eksplorasi dan penambangan laut dalam yang lebih berkelanjutan.
Penemuan "oksigen gelap" masih tergolong baru dan masih banyak pertanyaan yang harus dijawab. Para ilmuwan terus meneliti proses ini untuk lebih memahami implikasinya bagi kehidupan di Bumi dan potensi aplikasinya di masa depan.
Ditemukan di kedalaman 4.000 meter (13.000 kaki) di Samudera Pasifik, fenomena ini menantang pemahaman kita tentang bagaimana kehidupan di Bumi tercipta.
Seperti dilansir dari Science Alert, penemuan ini berawal dari penelitian dampak penambangan laut dalam oleh Andrew Sweetman dari Asosiasi Ilmu Kelautan Skotlandia (SAMS) dan timnya.
Saat mengukur kadar oksigen di dasar laut, mereka menemukan peningkatan yang tidak terduga. Awalnya, mereka mengira sensornya rusak, tetapi setelah verifikasi ulang, data menunjukkan hasil yang konsisten: produksi oksigen di tempat yang seharusnya tidak terjadi.
Fenomena ini disebut "oksigen gelap" karena prosesnya tidak melibatkan fotosintesis, yang biasanya menghasilkan oksigen di laut.
Para ilmuwan menduga bahwa batu-batu bintil hitam yang menutupi dasar laut, kaya akan logam tanah jarang seperti kobalt, mangan, dan nikel, mungkin berperan. Di laboratorium, penelitian menunjukkan bahwa batu-batu ini dapat menghasilkan oksigen melalui reaksi elektrokimia dengan air laut.
Mengembangkan pemahaman kita tentang asal mula kehidupan: "Penemuan produksi oksigen melalui proses non-fotosintesis mengharuskan kita memikirkan kembali asal mula evolusi kehidupan kompleks di planet ini," kata ilmuwan kelautan SAMS Nicholas Owens.
Menemukan sumber oksigen baru di laut dalam: "Oksigen gelap" dapat menjadi sumber kehidupan penting bagi organisme yang hidup di kedalaman ekstrem ini.
Membuka kemungkinan eksplorasi laut dalam: Pemahaman yang lebih baik tentang proses "oksigen gelap" dapat membantu dalam pengembangan teknologi baru untuk eksplorasi dan penambangan laut dalam yang lebih berkelanjutan.
Penemuan "oksigen gelap" masih tergolong baru dan masih banyak pertanyaan yang harus dijawab. Para ilmuwan terus meneliti proses ini untuk lebih memahami implikasinya bagi kehidupan di Bumi dan potensi aplikasinya di masa depan.
(wbs)
tulis komentar anda