Gunakan Alat Sederhana, Insinyur Gaza Ubah Air Laut Layak Minum
Kamis, 05 September 2024 - 13:47 WIB
Mohammad Abu Daoud, pengungsi Gaza yang berkeringat di bawah sinar matahari siang, mengatakan penemuan al-Ghul datang pada waktu yang tepat. “Selama sekitar dua bulan, kami sepenuhnya bergantung padanya,” katanya.
Di sekolah yang diubah menjadi tempat perlindungan tempat Abu Daoud tinggal, dekat rumah al-Ghul, keluarga-keluarga pengungsi lainnya telah bergantung pada sistem penyaringan air untuk mengisi botol mereka. Tangki berkapasitas 250 liter yang menyimpan air bersih cepat habis.
Inovasi ini membawa bantuan penting karena air yang tersedia untuk warga Gaza saat ini rata-rata 4,74 liter per hari. Di bawah sepertiga dari minimum yang direkomendasikan dalam keadaan darurat. Diperkirakan air yang tersedia per orang per hari di Jalur Gaza merosot sebesar 94 persen sejak awal perang.
Air sudah langka sebelum konflik meletus dan sebagian besar tidak dapat diminum. Populasi yang berjumlah 2,4 juta bergantung terutama pada akuifer yang semakin tercemar dan menipis.
Perang meletus sejak serangan badai Al-Aqsha Hamas pada 7 Oktober lalu, yang mengakibatkan kematian 1.199 orang. Sementara serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 40.173 orang.
Oxfam menuduh Israel menggunakan “air sebagai senjata perang,” dan memperingatkan tentang bencana kesehatan mematikan bagi warga Gaza. Kelompok bantuan menghitung bahwa serangan militer Israel telah merusak atau menghancurkan lima situs infrastruktur air dan sanitasi setiap tiga hari sejak awal perang.
Kekurangan air bersih telah berdampak drastis pada populasi, dengan 26 persen dari populasi Gaza jatuh sakit parah akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.
Di sekolah yang diubah menjadi tempat perlindungan tempat Abu Daoud tinggal, dekat rumah al-Ghul, keluarga-keluarga pengungsi lainnya telah bergantung pada sistem penyaringan air untuk mengisi botol mereka. Tangki berkapasitas 250 liter yang menyimpan air bersih cepat habis.
Inovasi ini membawa bantuan penting karena air yang tersedia untuk warga Gaza saat ini rata-rata 4,74 liter per hari. Di bawah sepertiga dari minimum yang direkomendasikan dalam keadaan darurat. Diperkirakan air yang tersedia per orang per hari di Jalur Gaza merosot sebesar 94 persen sejak awal perang.
Air sudah langka sebelum konflik meletus dan sebagian besar tidak dapat diminum. Populasi yang berjumlah 2,4 juta bergantung terutama pada akuifer yang semakin tercemar dan menipis.
Air sebagai Senjata Perang
Perang meletus sejak serangan badai Al-Aqsha Hamas pada 7 Oktober lalu, yang mengakibatkan kematian 1.199 orang. Sementara serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 40.173 orang.
Oxfam menuduh Israel menggunakan “air sebagai senjata perang,” dan memperingatkan tentang bencana kesehatan mematikan bagi warga Gaza. Kelompok bantuan menghitung bahwa serangan militer Israel telah merusak atau menghancurkan lima situs infrastruktur air dan sanitasi setiap tiga hari sejak awal perang.
Kekurangan air bersih telah berdampak drastis pada populasi, dengan 26 persen dari populasi Gaza jatuh sakit parah akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.
(msf)
tulis komentar anda