Gunakan Alat Sederhana, Insinyur Gaza Ubah Air Laut Layak Minum
Kamis, 05 September 2024 - 13:47 WIB
JAKARTA - Sentuhan tangan Inas al-Ghul menyelamatkan banyak nyawa di Gaza . Dengan alat sederhana yang dibuatnya air laut yang asin berhasil diubah menjadi air minum .
Menggunakan kayu dan kaca jendela dari bangunan yang sebagian besar telah ditinggalkan selama 10 bulan perang, insinyur pertanian berusia 50 tahun ini membuat saluran tertutup kaca.
Dia membiarkan air laut menguap dari saluran tersebut, yang dipanaskan oleh efek rumah kaca yang diciptakan oleh kaca, sehingga air dapat terdistilasi dan meninggalkan garam. Dari sana, selang hitam panjang membawa air yang menguap ke wadah lain yang diisi dengan arang aktif untuk menyaring kotoran lebih lanjut.
"Ini adalah perangkat yang sangat sederhana, sangat mudah digunakan dan dibangun," kata al-Ghul kepada AFP setelah meneguk air yang sudah difilter di rumahnya di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan.
Di Gaza yang porak-poranda akibat perang, setiap tetes air sangat berharga. Filter air tenaga matahari buatan Inas al-Ghul menjadi aset vital bagi rakyat Palestina yang kehausan di bawah serangan tanpa henti dan di bawah terik panas wilayah tersebut.
Perangkat yang dibuat al-Ghul nyaris tidak memerlukan listrik. Filter dan panel surya beroperasi hanya dengan energi matahari yang melimpah di Gaza, dengan 14 jam sinar matahari per hari di musim panas, dan delapan jam di musim dingin.
Ini terbukti sangat berguna pada saat pembangkit listrik satu-satunya di Gaza tidak beroperasi dan pasokan listrik dari Israel telah terputus selama berbulan-bulan.
Dengan bahan bakar terbatas, pabrik desalinasi Gaza yang tidak rusak akibat pertempuran beroperasi dengan kapasitas yang sangat berkurang.
Menggunakan kayu dan kaca jendela dari bangunan yang sebagian besar telah ditinggalkan selama 10 bulan perang, insinyur pertanian berusia 50 tahun ini membuat saluran tertutup kaca.
Dia membiarkan air laut menguap dari saluran tersebut, yang dipanaskan oleh efek rumah kaca yang diciptakan oleh kaca, sehingga air dapat terdistilasi dan meninggalkan garam. Dari sana, selang hitam panjang membawa air yang menguap ke wadah lain yang diisi dengan arang aktif untuk menyaring kotoran lebih lanjut.
"Ini adalah perangkat yang sangat sederhana, sangat mudah digunakan dan dibangun," kata al-Ghul kepada AFP setelah meneguk air yang sudah difilter di rumahnya di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan.
Baca Juga
Di Gaza yang porak-poranda akibat perang, setiap tetes air sangat berharga. Filter air tenaga matahari buatan Inas al-Ghul menjadi aset vital bagi rakyat Palestina yang kehausan di bawah serangan tanpa henti dan di bawah terik panas wilayah tersebut.
Perangkat yang dibuat al-Ghul nyaris tidak memerlukan listrik. Filter dan panel surya beroperasi hanya dengan energi matahari yang melimpah di Gaza, dengan 14 jam sinar matahari per hari di musim panas, dan delapan jam di musim dingin.
Ini terbukti sangat berguna pada saat pembangkit listrik satu-satunya di Gaza tidak beroperasi dan pasokan listrik dari Israel telah terputus selama berbulan-bulan.
Dengan bahan bakar terbatas, pabrik desalinasi Gaza yang tidak rusak akibat pertempuran beroperasi dengan kapasitas yang sangat berkurang.
tulis komentar anda