Misteri Gunung Bertelur di China, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Kamis, 26 September 2024 - 10:00 WIB
JAKARTA - Fenomena gunung bertelur di desa Gulu Zhai, Provinsi Guizhou, China, menarik perhatian luas. Ribuan wisatawan berkunjung setiap tahunnya untuk menyaksikan keajaiban alam ini. Tebing Chan Da Ya di gunung ini secara misterius mengeluarkan batu bulat mirip telur secara berkala sehingga dipercaya memiliki kekuatan magis.
Berat telur batu tersebut bervariasi dari 20 sentimeter, 60 sentimeter hingga terberat mencapai 300 kilogram. Warnanya biru tua, dan hampir sepenuhnya halus, beberapa spesimen yang dibersihkan dan dipoles dapat memantulkan sinar matahari dengan baik.
Batu-batu ini oleh penduduk setempat menjadi rebutan dan dipercaya membawa keberuntungan. Namun tidak setiap hari gunung ini mengeluarkan telur. Penduduk setempat mencatat telur batu ini jatuh dari tebing sekali setiap 30 tahun, meskipun para ilmuwan belum memberikan penjelasan yang pasti untuk kejadian ini.
Dilansir dari Times of India, Kamis (26/9/2024), ukuran tebing Chan Da Ya cukup kecil, hanya selebar enam meter dan panjangnya 20 meter. Telur yang dikeluarkan dari tebing ini jatuh ke tanah dan selanjutnya dipungut oleh penduduk setempat yang beruntung.
Desa Gulu adalah yang terdekat dengan tebing Chan Da Ya merupakan wilayah kuno dengan populasi sekitar 250.000 orang Shui. Orang-orang Shui, salah satu dari 56 etnis minoritas China, telah tinggal di sana sejak sebelum Dinasti Han. Meskipun wilayahnya luas, Desa Gulu sendiri cukup kecil, dengan beberapa lusin keluarga yang tinggal di sana.
Sejak ditemukannya gunung bertelur, lebih dari 100 telur batu telah ditemukan di kaki tebing. Saat ini, sekitar 70 di antaranya tetap berada di desa, setiap keluarga memiliki satu atau lebih tergantung pada siapa yang menemukannya. Sisanya dijual atau dicuri.
Orang-orang Shui sangat menghargai telur batu ini dan percaya akan membawa keberuntungan. Bahkan, mereka menyembah batu-batu ini. Hampir setiap keluarga memiliki satu telur batu.
Tebing Chan Da Ya terkenal dengan inskripsi dan ukiran kuno, yang menawarkan sekilas tentang konteks sejarah dan budaya wilayah tersebut. Situs ini penting untuk memahami perkembangan sejarah dan warisan budayanya. Tebing ini merupakan bagian dari lanskap sejarah Pingyao yang lebih luas yang mencakup tembok kota kuno dan berbagai bangunan tradisional. Pingyao sendiri adalah Situs Warisan Dunia UNESCO, diakui karena contohnya yang terpelihara dengan baik dari sebuah kota tradisional Han Tiongkok.
Berat telur batu tersebut bervariasi dari 20 sentimeter, 60 sentimeter hingga terberat mencapai 300 kilogram. Warnanya biru tua, dan hampir sepenuhnya halus, beberapa spesimen yang dibersihkan dan dipoles dapat memantulkan sinar matahari dengan baik.
Batu-batu ini oleh penduduk setempat menjadi rebutan dan dipercaya membawa keberuntungan. Namun tidak setiap hari gunung ini mengeluarkan telur. Penduduk setempat mencatat telur batu ini jatuh dari tebing sekali setiap 30 tahun, meskipun para ilmuwan belum memberikan penjelasan yang pasti untuk kejadian ini.
Dilansir dari Times of India, Kamis (26/9/2024), ukuran tebing Chan Da Ya cukup kecil, hanya selebar enam meter dan panjangnya 20 meter. Telur yang dikeluarkan dari tebing ini jatuh ke tanah dan selanjutnya dipungut oleh penduduk setempat yang beruntung.
Desa Gulu adalah yang terdekat dengan tebing Chan Da Ya merupakan wilayah kuno dengan populasi sekitar 250.000 orang Shui. Orang-orang Shui, salah satu dari 56 etnis minoritas China, telah tinggal di sana sejak sebelum Dinasti Han. Meskipun wilayahnya luas, Desa Gulu sendiri cukup kecil, dengan beberapa lusin keluarga yang tinggal di sana.
Sejak ditemukannya gunung bertelur, lebih dari 100 telur batu telah ditemukan di kaki tebing. Saat ini, sekitar 70 di antaranya tetap berada di desa, setiap keluarga memiliki satu atau lebih tergantung pada siapa yang menemukannya. Sisanya dijual atau dicuri.
Orang-orang Shui sangat menghargai telur batu ini dan percaya akan membawa keberuntungan. Bahkan, mereka menyembah batu-batu ini. Hampir setiap keluarga memiliki satu telur batu.
Tebing Chan Da Ya terkenal dengan inskripsi dan ukiran kuno, yang menawarkan sekilas tentang konteks sejarah dan budaya wilayah tersebut. Situs ini penting untuk memahami perkembangan sejarah dan warisan budayanya. Tebing ini merupakan bagian dari lanskap sejarah Pingyao yang lebih luas yang mencakup tembok kota kuno dan berbagai bangunan tradisional. Pingyao sendiri adalah Situs Warisan Dunia UNESCO, diakui karena contohnya yang terpelihara dengan baik dari sebuah kota tradisional Han Tiongkok.
tulis komentar anda