Berwarna Unik, Spesies Ular Baru Ditemukan di Sulawesi Selatan
Jum'at, 15 November 2024 - 19:59 WIB
MAKASSAR - Spesies baru ular air bernama Hypsiscopus Indonesiensis ditemukan di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Penemuan ini menambah jumlah total spesies ular di Sulawesi menjadi 60 spesies.
Ular ini memiliki warna abu-abu kecokelatan dengan ekor yang pipih menyamping dan lebih banyak baris sisik di sepanjang bagian tengah tubuhnya. Yang menarik, ular ini memiliki lebih banyak sisik ventral tetapi lebih sedikit sisik ekor dibandingkan dengan spesies Hypsiscopus lainnya . Ular ini juga memiliki pola warna yang unik dibandingkan dengan spesies lainnya.
H. indonesiensis merupakan ular air tawar yang dikenal dengan sebutan "ular air berekor pipih". Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BRIN, Amir Hamidy, kelompok ular ini umumnya menghuni lingkungan air tawar dan memangsa ikan kecil, kecebong, atau kepiting.
Secara fisik, mereka relatif kecil, jarang melebihi 1 meter atau 700 milimeter, dan hanya ditemukan di Danau Towuti. Kehadiran mereka menunjukkan tingkat endemisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan H. matannensis .
"Penelitian lebih lanjut mengenai populasi dan distribusinya diperlukan untuk menilai status konservasinya," kata Amir.
Ia menjelaskan, dari empat spesies dalam genus tersebut, tiga di antaranya ditemukan di Sulawesi, dua di antaranya endemik. Satu adalah H. indonesiensis yang hanya ditemukan di Danau Towuti, sedangkan satu lagi adalah H. matanensis yang ditemukan di Danau Matano dan beberapa daerah lain di Sulawesi.
Amir mencatat bahwa hampir 60 persen dari semua ular di Sulawesi merupakan spesies endemik, angka yang jauh lebih rendah dibandingkan di Kepulauan Sundaland. Namun, tingkat endemik ular Sulawesi lebih tinggi.
"Sumatera memiliki 127 jenis ular, 16 persen di antaranya endemik, sedangkan Kalimantan memiliki 133 jenis (23 persen endemik), dan Jawa-Bali memiliki 110 jenis (6,4 persen endemik)," jelasnya.
Ular ini memiliki warna abu-abu kecokelatan dengan ekor yang pipih menyamping dan lebih banyak baris sisik di sepanjang bagian tengah tubuhnya. Yang menarik, ular ini memiliki lebih banyak sisik ventral tetapi lebih sedikit sisik ekor dibandingkan dengan spesies Hypsiscopus lainnya . Ular ini juga memiliki pola warna yang unik dibandingkan dengan spesies lainnya.
H. indonesiensis merupakan ular air tawar yang dikenal dengan sebutan "ular air berekor pipih". Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BRIN, Amir Hamidy, kelompok ular ini umumnya menghuni lingkungan air tawar dan memangsa ikan kecil, kecebong, atau kepiting.
Secara fisik, mereka relatif kecil, jarang melebihi 1 meter atau 700 milimeter, dan hanya ditemukan di Danau Towuti. Kehadiran mereka menunjukkan tingkat endemisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan H. matannensis .
"Penelitian lebih lanjut mengenai populasi dan distribusinya diperlukan untuk menilai status konservasinya," kata Amir.
Ia menjelaskan, dari empat spesies dalam genus tersebut, tiga di antaranya ditemukan di Sulawesi, dua di antaranya endemik. Satu adalah H. indonesiensis yang hanya ditemukan di Danau Towuti, sedangkan satu lagi adalah H. matanensis yang ditemukan di Danau Matano dan beberapa daerah lain di Sulawesi.
Amir mencatat bahwa hampir 60 persen dari semua ular di Sulawesi merupakan spesies endemik, angka yang jauh lebih rendah dibandingkan di Kepulauan Sundaland. Namun, tingkat endemik ular Sulawesi lebih tinggi.
"Sumatera memiliki 127 jenis ular, 16 persen di antaranya endemik, sedangkan Kalimantan memiliki 133 jenis (23 persen endemik), dan Jawa-Bali memiliki 110 jenis (6,4 persen endemik)," jelasnya.
tulis komentar anda