Hasil Riset: Angka Kelahiran dan Tingkat Kesuburan di Negara ASEAN Menurun
Senin, 27 Januari 2025 - 09:04 WIB
PHNOM PENH - Kekhawatiran utama seputar latar belakang kemakmuran ekonomi ASEAN, selain perubahan iklim, adalah penurunan angka kelahiran dan kesuburan yang dapat mengganggu prospek pertumbuhannya.
Karena semakin sedikit bayi yang lahir di Asia Tenggara akibat perubahan gaya hidup dan urbanisasi, situasi ini dapat menjadi masalah bagi produktivitas ekonomi.
Meskipun ASEAN adalah kawasan berpenduduk padat dengan sekitar 670 juta orang, pemerintah di Asia Tenggara perlu mengatasi transisi demografi menuju populasi yang menua dan penurunan angka kelahiran, menurut para ahli.
Menurut laporan 'ASEAN Key Figures 2023', ASEAN merupakan kawasan terpadat ketiga di dunia, setelah India dan China.
Wakil Redaktur ASEAN Briefing Ayman Falak Medina mengatakan bahwa perubahan iklim dan menurunnya angka kelahiran merupakan isu yang perlu mendapat perhatian untuk memastikan prospek pertumbuhan kawasan.
"Meskipun perubahan iklim akan menjadi tantangan bagi ASEAN, saya yakin tantangan yang lebih besar adalah mengatasi penurunan angka kelahiran dan kesuburan karena hal ini akan berdampak pada produktivitas secara keseluruhan, dan akibatnya pada kemampuan setiap negara untuk mengatasi perubahan iklim.
"Singapura, Thailand, Vietnam, dan Malaysia semuanya mengalami perubahan demografi akibat populasi yang menua," ungkapnya kepada Bernama dalam wawancara melalui email. (ASEAN Briefing adalah publikasi dari firma layanan korporat internasional, Dezan Shira and Associates.)
Para ahli mengatakan penurunan populasi dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, kekurangan tenaga kerja dan berkurangnya populasi pemuda. Namun, beberapa juga berpendapat bahwa penurunan laju pertumbuhan penduduk memiliki efek positif.
Karena semakin sedikit bayi yang lahir di Asia Tenggara akibat perubahan gaya hidup dan urbanisasi, situasi ini dapat menjadi masalah bagi produktivitas ekonomi.
Meskipun ASEAN adalah kawasan berpenduduk padat dengan sekitar 670 juta orang, pemerintah di Asia Tenggara perlu mengatasi transisi demografi menuju populasi yang menua dan penurunan angka kelahiran, menurut para ahli.
Menurut laporan 'ASEAN Key Figures 2023', ASEAN merupakan kawasan terpadat ketiga di dunia, setelah India dan China.
Wakil Redaktur ASEAN Briefing Ayman Falak Medina mengatakan bahwa perubahan iklim dan menurunnya angka kelahiran merupakan isu yang perlu mendapat perhatian untuk memastikan prospek pertumbuhan kawasan.
"Meskipun perubahan iklim akan menjadi tantangan bagi ASEAN, saya yakin tantangan yang lebih besar adalah mengatasi penurunan angka kelahiran dan kesuburan karena hal ini akan berdampak pada produktivitas secara keseluruhan, dan akibatnya pada kemampuan setiap negara untuk mengatasi perubahan iklim.
"Singapura, Thailand, Vietnam, dan Malaysia semuanya mengalami perubahan demografi akibat populasi yang menua," ungkapnya kepada Bernama dalam wawancara melalui email. (ASEAN Briefing adalah publikasi dari firma layanan korporat internasional, Dezan Shira and Associates.)
Para ahli mengatakan penurunan populasi dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, kekurangan tenaga kerja dan berkurangnya populasi pemuda. Namun, beberapa juga berpendapat bahwa penurunan laju pertumbuhan penduduk memiliki efek positif.
Lihat Juga :
tulis komentar anda