Pengembangan Vaksin Merah Putih Sudah Mencapai 40%
Jum'at, 04 September 2020 - 13:44 WIB
JAKARTA - Perkembangan Vaksin Merah Putih yang merupakan buatan dalam anak bangsa diklaim telah mencapai 40% dari keseluruhan tahapan. Hal itu disampaikan oleh Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) , Bambang PS Brodjonegoro. (Baca juga: Dibantu Prancis, Indonesia Bikin Satelit "Satria" yang Nilainya Rp8 Triliun )
Vaksin hasil pengembangan Lembaga Eijkman itu kini sedang dipersiapkan untuk diuji di sel mamalia, sel ragi, dan pada akhir tahun ditargetkan diuji pada hewan. “Pada sekitar Maret 2021 bibit vaksin bisa diberikan kepada Bio Farma untuk scale-up produksi, dimulai uji klinis tahap satu, dua, dan tiga," ungkap Bambang dalam keterangan resminya.
Bambang memprediksi, Indonesia membutuhkan sekitar 300-400 juta ampul vaksin COVID-19, mengingat jumlah masyarakat yang tentunya semua membutuhkan vaksin. “Saya mengapresiasi banyak peneliti dari berbagai instansi terlibat dalam upaya mengembangkan dan melahirkan bibit vaksin yang nantinya siap untuk diproduksi,” imbuhnya.
Setidaknya ada lima institusi di Tanah Air yang mengembangkan vaksin Merah Putih untuk mengatasi pandemik COVID-19. Di antaranya, Lembaga Eijkman, yang mengembangkan vaksin berbasis platform subunit protein rekombinan dan inactivated virus atau virus yang dilemahkan.
Kemudian Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan tiga platform, yaitu DNA, RNA, dan virus like particle. Lalu ada Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga juga tak mau kalah, di mana masing-masing mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus.
Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan. (Baca juga: PPATK Antisipasi Uang Kejahatan Masuk ke Pilkada 2020 )
Vaksin hasil pengembangan Lembaga Eijkman itu kini sedang dipersiapkan untuk diuji di sel mamalia, sel ragi, dan pada akhir tahun ditargetkan diuji pada hewan. “Pada sekitar Maret 2021 bibit vaksin bisa diberikan kepada Bio Farma untuk scale-up produksi, dimulai uji klinis tahap satu, dua, dan tiga," ungkap Bambang dalam keterangan resminya.
Bambang memprediksi, Indonesia membutuhkan sekitar 300-400 juta ampul vaksin COVID-19, mengingat jumlah masyarakat yang tentunya semua membutuhkan vaksin. “Saya mengapresiasi banyak peneliti dari berbagai instansi terlibat dalam upaya mengembangkan dan melahirkan bibit vaksin yang nantinya siap untuk diproduksi,” imbuhnya.
Setidaknya ada lima institusi di Tanah Air yang mengembangkan vaksin Merah Putih untuk mengatasi pandemik COVID-19. Di antaranya, Lembaga Eijkman, yang mengembangkan vaksin berbasis platform subunit protein rekombinan dan inactivated virus atau virus yang dilemahkan.
Kemudian Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan tiga platform, yaitu DNA, RNA, dan virus like particle. Lalu ada Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga juga tak mau kalah, di mana masing-masing mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus.
Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan. (Baca juga: PPATK Antisipasi Uang Kejahatan Masuk ke Pilkada 2020 )
(iqb)
tulis komentar anda