Manusia Bisa Mengisi Daya Ponsel Dari Gerakan Tubuh di Masa Depan

Senin, 09 November 2020 - 23:47 WIB
Nilon akan menjadi Piezoelektrik ketika bahan tersebut direduksi menjadi bentuk kristal tertentu. Metode yang dikenal untuk membuat kristal nilon ini adalah dengan melelehkan, mendinginkan dengan cepat, dan meregangkan nilon tersebut.

Namun, proses itu menghasilkan lempengan tebal berbentuk piezoelektrik tapi tidak cocok untuk pakaian. Nilon perlu direntangkan ke seutas benang untuk ditenun menjadi pakaian atau ke film tipis untuk digunakan dalam perangkat elektronik yang dapat dikenakan.

Sayangnya, hambatan memproduksi film nilon piezoelektrik tipis tidak dapat diatasi. Antusiasme awal untuk membuat pakaian nilon piezoelektrik pun menurun sehingga penelitian di bidang ini hampir terhenti pada tahun 1990-an.

Beruntung Profesor Asadi dan Anwar, seorang insinyur tekstil mampu menemukan pendekatan baru untuk memproduksi film tipis nilon piezoelektrik. Mereka lebih memilih untuk melarutkan bubuk nilon dalam pelarut asam daripada melelehkannya.

"Kami perlu menemukan cara untuk menghilangkan asam agar nilon dapat digunakan," kata Profesor Asadi, yang memulai penelitian ini di Institut Max Planck, Jerman.

Secara kebetulan, mereka menemukan bahwa dengan mencampurkan larutan asam dengan aseton (bahan kimia yang dikenal sebagai pengencer cat) mampu melarutkan nilon. Selanjutnya mengekstrak asam secara efisien dan meninggalkan lapisan nilon dalam fase piezoelektrik dan mengubah nilon menjadi benang dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam kain.

Baca juga : 10 Ikhtiar Konservasi Habitat Paling Sukses di Dunia

Mengembangkan serat piezoelektrik adalah langkah besar untuk dapat memproduksi tekstil elektronik dengan aplikasi yang jelas di bidang perangkat elektronik. Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan elemen elektronik, seperti sensor ke dalam kain, dan untuk menghasilkan daya saat kita bergerak.

"Di tahun-tahun mendatang, kami dapat menggunakan T-shirt untuk menyalakan perangkat seperti ponsel saat kami berjalan di hutan, atau untuk memantau kesehatan kami," kata Profesor Asadi.
(fan)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More