Virus Strain Afrika Selatan Bisa Tembus Antibodi Penyintas Covid-19

Kamis, 21 Januari 2021 - 08:39 WIB
Hasil penelitian terhadap virus SARS CoV-2 varian Afrika Selatan ternyata tidak mempan antibodi penyintas Covid-19. Foto/dok
JAKARTA - Hasil penelitian terhadap virus SARS CoV-2 varian Afrika Selatan cukup mengkhawatirkan ditengah upaya sejumlah negara mengatasi pandemi. Pasalnya, varian Afrika Selatan ternyata tidak mampu dihalau oleh antibodi para penyintas Covid-19 yang sudah sembuh.

Sebelumnya, para ilmuwan menyebut bahwa penyintas Covid-19 sudah membentuk antibodi untuk mencegah infeksi berulang. Bahkan penelitian terbaru dari Inggris menunjukkan bahwa infeksi masa lalu memberikan perlindungan 83 persen selama lima bulan. (Baca: Planet Bumi Sekarat Lebih Cepat dari yang Kita Duga)

Namun itu semua tidak berlaku untuk varian Afrika Selatan yang dikenal sebagai 501Y.V2. Berdasarkan uji coba, ternyata antibodi milik penyintas covid tak merespon ketika diberi infeksi dari strain baru ini.

Penelitian dilakukan di Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan dengan mengumpulkan plasma para penyintas Covid-19 . Plasma kaya antibodi dari penyintas Covid-19 dikumpulkan dari 44 orang yang pernah terinfeksi.

Ketika plasma itu diinfeksi varian Afrika Selatan, hampir separuhnya tidak merespons dengan antibodi penetral. “Sampel darah dari separuh orang yang kami uji menunjukkan bahwa semua aktivitas penetralan hilang," kata pernyataan dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan yang dikutip dari IFL Science, Kamis (21/1/2021). (Baca juga: Laba-laba Pintar Ini Menjerat Mangsanya dengan Perangkap Daun)



Penelitian ini menunjukkan bahwa penyintas Covid-19 mungkin tidak lagi terlindungi dari infeksi ulang dari varian Afrika Selatan. Sedangkan separuh sampel lainnya, tingkat antibodi berkurang sehingga risiko infeksi ulang tidak diketahui.

Ini dianggap varian Afrika Selatan lolos netralisasi dari antibodi karena fitur mutasi spesifik pada protein lonjakan virus, yang mengikat antibodi.

Menjelaskan temuan tersebut, Profesor Lawrence Young, Ahli Virologi dan Profesor Onkologi Molekuler di Sekolah Kedokteran Warwick mengatakan, ini adalah studi yang sangat menyeluruh yang meneliti dampak mutasi spesifik pada gen lonjakan 501Y.V2 dan bagaimana ini mempengaruhi pengikatan antibodi penetral. (Baca juga: Teliti Sampel Batu Bulan, China Membuka Diri untuk Ilmuwan Asing)

“Persamaan antara mutasi pada lonjakan 501Y.V2 dan varian yang baru-baru ini ditemukan di Brasil menunjukkan bahwa varian Brasil ini juga akan menunjukkan tingkat resistensi netralisasi yang signifikan. Studi ini menunjukkan bahwa orang yang sebelumnya terinfeksi mungkin rentan terhadap infeksi ulang dengan varian virus - sesuatu yang telah dilaporkan dalam dua kasus di Brasil,” tambah Young.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More