Vaksin Ini Diklaim Mampu Melawan Berbagai Varian Virus Corona, Benarkah?
Senin, 01 Februari 2021 - 07:27 WIB
WASHINGTON - Perusahaan Johnson & Johnson (J&J) mengkalim bahwa vaksin yang diproduksinya mampu melawan berbagai varian virus corona yang kini melanda berbagai negara. Saat ini J&J berencana mencari otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat.
Vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson 66% efektif dalam mencegah COVID-19 sedang dan parah dalam uji coba global tahap akhir. Dalam uji coba ini, J&J memberikan vaksin terhadap hampir 44.000 sukarelawan yang mencakup wilayah dengan varian virus yang mengkhawatirkan. (Baca: Ada Tambahan Vaksin Sinovac, Ratusan Nakes di Bltar Gagal Disuntik)
Tingkat perlindungan 28 hari setelah vaksinasi bervariasi dari 72% di Amerika Serikat, hingga 66% di Amerika Latin dan hanya 57% di Afrika Selatan, di mana varian baru yang kuat telah menyebar. Vaksin dua dosis dari Pfizer, BioNTech dan Moderna sekitar 95% efektif dalam uji coba, tapi itu dilakukan sebelum varian baru yang sangat menular muncul.
"Saat ini, perlindungan dan vaksin tambahan apa pun bagus," kata Walid Gellad, profesor kebijakan kesehatan di University of Pittsburgh, seperti dikutip Reuters.
"Kuncinya bukan hanya kemanjuran secara keseluruhan tetapi secara khusus kemanjuran melawan penyakit parah, rawat inap, dan kematian," terangnya. (Baca juga: Demonstran Anti Vaksin Tutup Sementara Situs Vaksinasi Terbesar)
Dalam keterangan persnya, J&J mengatakan vaksinnya 85% efektif dalam menghentikan penyakit parah dan mencegah rawat inap di semua wilayah geografis dan melawan berbagai varian. Vaksin ini menggunakan virus flu biasa untuk memasukkan protein virus corona ke dalam sel dan memicu respons imun.
Vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson 66% efektif dalam mencegah COVID-19 sedang dan parah dalam uji coba global tahap akhir. Dalam uji coba ini, J&J memberikan vaksin terhadap hampir 44.000 sukarelawan yang mencakup wilayah dengan varian virus yang mengkhawatirkan. (Baca: Ada Tambahan Vaksin Sinovac, Ratusan Nakes di Bltar Gagal Disuntik)
Tingkat perlindungan 28 hari setelah vaksinasi bervariasi dari 72% di Amerika Serikat, hingga 66% di Amerika Latin dan hanya 57% di Afrika Selatan, di mana varian baru yang kuat telah menyebar. Vaksin dua dosis dari Pfizer, BioNTech dan Moderna sekitar 95% efektif dalam uji coba, tapi itu dilakukan sebelum varian baru yang sangat menular muncul.
"Saat ini, perlindungan dan vaksin tambahan apa pun bagus," kata Walid Gellad, profesor kebijakan kesehatan di University of Pittsburgh, seperti dikutip Reuters.
"Kuncinya bukan hanya kemanjuran secara keseluruhan tetapi secara khusus kemanjuran melawan penyakit parah, rawat inap, dan kematian," terangnya. (Baca juga: Demonstran Anti Vaksin Tutup Sementara Situs Vaksinasi Terbesar)
Dalam keterangan persnya, J&J mengatakan vaksinnya 85% efektif dalam menghentikan penyakit parah dan mencegah rawat inap di semua wilayah geografis dan melawan berbagai varian. Vaksin ini menggunakan virus flu biasa untuk memasukkan protein virus corona ke dalam sel dan memicu respons imun.
(ysw)
tulis komentar anda