Manusia Neanderthal Ikut Andil Dalam Kesembuhan Pasien Covid-19, Bagaimana Caranya?
Rabu, 17 Februari 2021 - 19:17 WIB
LEIPZIG - Orang yang selamat dari serangan Covid-19 dengan gejala ringan atau orang tanpa gejala mungkin dapat berterima kasih kepada manusia purba Neanderthal . Pendapat ini berdasarkan penelitian ilmuwan terhadap mutasi genetik manusia Neanderthal ke homo sapiens atau manusia modern.
Dilansir CNN, dalam kajiannya para peneliti menemukan mutasi genetik yang mengurangi risiko infeksi Covid-19 parah sekitar 22%. Angka itu ditemukan di semua sampel yang mereka ambil dari DNA Neanderthal dan sekitar 30% sampel dari orang-orang asal Eropa dan Asia. (Baca: Begini Cara Ilmuwan memperkirakan Usia Benda-benda Purbakala)
Dalam laporan peneliti yang dupublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences, ternyata genetik ikut memengaruhi respons kekebalan tubuh terhadap virus RNA seperti virus Corona, virus West Nile dan virus hepatitis C. "Wilayah ini mengkodekan protein yang mengaktifkan enzim yang penting selama infeksi virus RNA," tulis laporan penelitian tersebut.
Svante Paabo dan Hugo Zeberg dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman mengatakan, ini mungkin salah satu mutasi genetika yang telah diturunkan selama ribuan tahun karena membantu orang bertahan hidup. (Baca juga: Ilmuwan Sukses Membuat Lompatan Sains untuk Mendukung Kehidupan di Mars)
"Kami menunjukkan bahwa haplotipe pada kromosom 12, yang dikaitkan dengan sekitar 22% penurunan risiko dari COVID-19 ketika terinfeksi oleh SARS-CoV-2, diwarisi dari Neanderthal," katanya. Resiko relatif ini, lanjutnya, membutuhkan perawatan intensif berkurang sekitar 22% per salinan haplotipe Neandertal.
Penemuan ini dapat membantu menjelaskan mengapa pasien berkulit hitam jauh lebih parah jika terinfeksi virus corona. Pendapat ini dikemukakan karena manusia Neanderthal, yang punah sekitar 40.000 tahun yang lalu, hidup berdampingan dan kawin dengan manusia modern di Eropa dan Asia tetapi tidak di Afrika. (Baca juga: Tianwen-1 China Dijadwalkan Mendarat di Mars Mei 2021)
"Jadi orang-orang keturunan Afrika murni tidak membawa DNA Neanderthal. Studi memperkirakan bahwa sekitar 2% DNA pada orang keturunan Eropa dan Asia dapat ditelusuri kembali ke Neanderthal," katanya.
Dilansir CNN, dalam kajiannya para peneliti menemukan mutasi genetik yang mengurangi risiko infeksi Covid-19 parah sekitar 22%. Angka itu ditemukan di semua sampel yang mereka ambil dari DNA Neanderthal dan sekitar 30% sampel dari orang-orang asal Eropa dan Asia. (Baca: Begini Cara Ilmuwan memperkirakan Usia Benda-benda Purbakala)
Dalam laporan peneliti yang dupublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences, ternyata genetik ikut memengaruhi respons kekebalan tubuh terhadap virus RNA seperti virus Corona, virus West Nile dan virus hepatitis C. "Wilayah ini mengkodekan protein yang mengaktifkan enzim yang penting selama infeksi virus RNA," tulis laporan penelitian tersebut.
Svante Paabo dan Hugo Zeberg dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman mengatakan, ini mungkin salah satu mutasi genetika yang telah diturunkan selama ribuan tahun karena membantu orang bertahan hidup. (Baca juga: Ilmuwan Sukses Membuat Lompatan Sains untuk Mendukung Kehidupan di Mars)
"Kami menunjukkan bahwa haplotipe pada kromosom 12, yang dikaitkan dengan sekitar 22% penurunan risiko dari COVID-19 ketika terinfeksi oleh SARS-CoV-2, diwarisi dari Neanderthal," katanya. Resiko relatif ini, lanjutnya, membutuhkan perawatan intensif berkurang sekitar 22% per salinan haplotipe Neandertal.
Penemuan ini dapat membantu menjelaskan mengapa pasien berkulit hitam jauh lebih parah jika terinfeksi virus corona. Pendapat ini dikemukakan karena manusia Neanderthal, yang punah sekitar 40.000 tahun yang lalu, hidup berdampingan dan kawin dengan manusia modern di Eropa dan Asia tetapi tidak di Afrika. (Baca juga: Tianwen-1 China Dijadwalkan Mendarat di Mars Mei 2021)
"Jadi orang-orang keturunan Afrika murni tidak membawa DNA Neanderthal. Studi memperkirakan bahwa sekitar 2% DNA pada orang keturunan Eropa dan Asia dapat ditelusuri kembali ke Neanderthal," katanya.
(ysw)
tulis komentar anda