Percepat Program Luar Angkasa, China Sukses Luncurkan Roket Long March 7A
Jum'at, 12 Maret 2021 - 20:53 WIB
BEIJING - Setelah sempat mengalami kegagalan setahun lalu, China Aerospace Science and Technology Corp (CASC) akhirnya sukses meluncurkan Roket Long March 7A yang membawa satelit Shiyan-9. Rencananya, satelit tersebut akan memantau lingkungan luar angkasa dan menguji teknologi baru China.
Roket generasi berikutnya China diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Wenchang di China Selatan pada dini hari Jumat (12/3/2021). Peluncuran terjadi pada pukul 1.51 pagi waktu Beijing (pukul 17.51 GMT pada hari Kamis, 11 MAret 2021) dan China Aerospace Science and Technology Corp ( CASC) mengkonfirmasi keberhasilannya sekitar 40 menit kemudian. (Baca: Masuki Orbit Mars, Tianwen-1 China Ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek ke Bumi)
Long March 7A adalah varian modifikasi dari roket China Long March 7, yang berukuran sekitar 22 kaki lebih panjang dan mengukur ketinggian 197 kaki (60,1 m). China akan menggunakan roket tersebut untuk meluncurkan satelit ke orbit transfer geosynchronous atau GTO.
Menurut Chen Fengyu dari China Academy of Launch Vehicle Technology, Long March 7A dapat menerbangkan muatan ke orbit yang lebih tinggi berkat penggabungan tahap hidrolox ketiga. Ruang tambahan memberi roket profil yang lebih tinggi dan lebih ramping dari pendahulunya. (Baca juga: Arkeolog Temukan Harta Karun dari Periode Awal Islam di Israel)
Ma Zhonghui, wakil perancang umum Long March-7A, juga dikutip oleh CGTN mengatakan bahwa roket tersebut akan memiliki kerucut yang lebih besar sesuai kebutuhan dan roket akan diperbarui untuk mengakomodasi satelit yang lebih besar.
Saat ini, nosecone roket hanya berdiameter 4,2 meter dan akan diperluas menjadi 5,2 meter. Menurut CASC, roket tersebut berpotensi meluncurkan muatan ke Bulan. Long March 7A awalnya direncanakan untuk terbang pada 16 Maret 2020, tetapi misinya dibatalkan.
China telah mempercepat program luar angkasa dalam beberapa tahun terakhir dan menggelontorkan dana yang tidak sedikit. China menjadi negara kedua setelah AS yang menancapkan bendera di Bulan pada Desember tahun lalu dengan pesawat luar angkasa Chang'e-5. (Baca juga: Permukaan Laut Naik Drastis, Pesisir Jakarta Paling Terancam di Asia)
Dan tahun ini negara itu menempatkan probe Tianwen-1 di orbit Mars - hanya negara keenam yang melakukannya setelah AS, Rusia, Badan Antariksa Eropa, India, dan UEA. Menurut beberapa ahli, China berambisi menjadi kekuatan luar angkasa utama.
Roket generasi berikutnya China diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Wenchang di China Selatan pada dini hari Jumat (12/3/2021). Peluncuran terjadi pada pukul 1.51 pagi waktu Beijing (pukul 17.51 GMT pada hari Kamis, 11 MAret 2021) dan China Aerospace Science and Technology Corp ( CASC) mengkonfirmasi keberhasilannya sekitar 40 menit kemudian. (Baca: Masuki Orbit Mars, Tianwen-1 China Ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek ke Bumi)
Long March 7A adalah varian modifikasi dari roket China Long March 7, yang berukuran sekitar 22 kaki lebih panjang dan mengukur ketinggian 197 kaki (60,1 m). China akan menggunakan roket tersebut untuk meluncurkan satelit ke orbit transfer geosynchronous atau GTO.
Menurut Chen Fengyu dari China Academy of Launch Vehicle Technology, Long March 7A dapat menerbangkan muatan ke orbit yang lebih tinggi berkat penggabungan tahap hidrolox ketiga. Ruang tambahan memberi roket profil yang lebih tinggi dan lebih ramping dari pendahulunya. (Baca juga: Arkeolog Temukan Harta Karun dari Periode Awal Islam di Israel)
Ma Zhonghui, wakil perancang umum Long March-7A, juga dikutip oleh CGTN mengatakan bahwa roket tersebut akan memiliki kerucut yang lebih besar sesuai kebutuhan dan roket akan diperbarui untuk mengakomodasi satelit yang lebih besar.
Saat ini, nosecone roket hanya berdiameter 4,2 meter dan akan diperluas menjadi 5,2 meter. Menurut CASC, roket tersebut berpotensi meluncurkan muatan ke Bulan. Long March 7A awalnya direncanakan untuk terbang pada 16 Maret 2020, tetapi misinya dibatalkan.
China telah mempercepat program luar angkasa dalam beberapa tahun terakhir dan menggelontorkan dana yang tidak sedikit. China menjadi negara kedua setelah AS yang menancapkan bendera di Bulan pada Desember tahun lalu dengan pesawat luar angkasa Chang'e-5. (Baca juga: Permukaan Laut Naik Drastis, Pesisir Jakarta Paling Terancam di Asia)
Dan tahun ini negara itu menempatkan probe Tianwen-1 di orbit Mars - hanya negara keenam yang melakukannya setelah AS, Rusia, Badan Antariksa Eropa, India, dan UEA. Menurut beberapa ahli, China berambisi menjadi kekuatan luar angkasa utama.
(ysw)
tulis komentar anda