Mengulas Teknologi dan Sejarah Bom Canggih Amerika yang Dijual ke Israel
Kamis, 20 Mei 2021 - 19:05 WIB
JAKARTA - Pemerintahan Joe Biden diam-diam menyetujui penjualan teknologi bom canggih senilai USD735 juta ke Israel. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan di tengah konflik yang memanas antara Israel dan Palestina.
Senjata canggih yang akan dijual AS merupakan Joint Attack Direct Munition (JDAM) buatan Boeing.
Melansir laman resmi Boeing, Kamis (20/5), JDAM adalahalat yang bisa mengubah bom yang mulanya tidak berpemandu menjadi bisa dikendalikan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).
Tak hanya itu, bom dapat dikirim secara akurat dalam kondisi cuaca apa pun dan dapat diluncurkan pada jarak yang sangat jauh dari target. Sistem navigasi dari bom ini dapat diandalkan untuk memperbarui senjata hingga mencapai target.
Perusahaan warisan Boeing McDonnell Douglas Corp. mengembangkan JDAM berdasarkan kontrak yang pertama kali diberikan pada 1988 silam. Fasilitas Boeing di St. Charles memproduksi lebih dari 40 kit JDAM setiap hari. Pada 20 Agustus 2013, Boeing menandai produksi kit ke-250.000.
Angkatan Udara AS, Angkatan Laut AS dan militer di lebih dari 26 negara telah menggunakan JDAM. Penggunaan operasional pertamanya selama Operation Allied Force di Balkan pada 1999. JDAM telah digunakan secara ekstensif dalam Operation Enduring Freedom (OEF) dan Operation Iraqi Freedom (OIF) dan yang terbaru dalam Operation Unified Protector NATO di Libya.
Kemudian ada Laser Joint Attack Direct Munition (Laser JDAM) memperluas kemampuan JDAM. Karena desain modularnya, kit sensor laser yang terjangkau dapat dipasang pada JDAM yang ada di lapangan dalam beberapa menit.
Senjata canggih yang akan dijual AS merupakan Joint Attack Direct Munition (JDAM) buatan Boeing.
Melansir laman resmi Boeing, Kamis (20/5), JDAM adalahalat yang bisa mengubah bom yang mulanya tidak berpemandu menjadi bisa dikendalikan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).
Tak hanya itu, bom dapat dikirim secara akurat dalam kondisi cuaca apa pun dan dapat diluncurkan pada jarak yang sangat jauh dari target. Sistem navigasi dari bom ini dapat diandalkan untuk memperbarui senjata hingga mencapai target.
Perusahaan warisan Boeing McDonnell Douglas Corp. mengembangkan JDAM berdasarkan kontrak yang pertama kali diberikan pada 1988 silam. Fasilitas Boeing di St. Charles memproduksi lebih dari 40 kit JDAM setiap hari. Pada 20 Agustus 2013, Boeing menandai produksi kit ke-250.000.
Angkatan Udara AS, Angkatan Laut AS dan militer di lebih dari 26 negara telah menggunakan JDAM. Penggunaan operasional pertamanya selama Operation Allied Force di Balkan pada 1999. JDAM telah digunakan secara ekstensif dalam Operation Enduring Freedom (OEF) dan Operation Iraqi Freedom (OIF) dan yang terbaru dalam Operation Unified Protector NATO di Libya.
Kemudian ada Laser Joint Attack Direct Munition (Laser JDAM) memperluas kemampuan JDAM. Karena desain modularnya, kit sensor laser yang terjangkau dapat dipasang pada JDAM yang ada di lapangan dalam beberapa menit.
Lihat Juga :
tulis komentar anda