Ilmuwan Temukan Organ Baru di Tubuh Manusia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ilmuwan tak sengaja menemukan sesuatu yang luar biasa tentang tubuh manusia. Teridentifikasi bentukan organ tubuh baru.
Studi tentang anatomi tubuh manusia dipelajari sejak zaman dahulu. Perkembangan dunia medis membuat para ilmuwan menemukan organ yang belum pernah mereka lihat sebelumnya pada 2020 lalu.
Dilansir dari Unilad, Sabtu (27/4/2024) tim peneliti di Belanda sedang mempelajari kanker prostat ketika mereka menemukan organ tubuh misterius tersebut. Lokasinya tepat di bawah wajah.
Para ilmuwan di Institut Kanker Belanda melakukan serangkaian pemindaian CT dan PET pada pasien yang telah disuntik dengan glukosa radioaktif yang membuat tumor bersinar pada pemindaian tersebut. Mereka menganalisa hasil pemindaian dan melihat dua area di dalam kepala menyala, menunjukkan bahwa ada satu set kelenjar ludah yang tersimpan di sana. Ketika mereka berhasil melacak organ tersebut, tim memberinya nama yang menarik, yaitu kelenjar ludah tubarial.
Kelenjar tersebut dapat ditemukan di belakang hidung; di sudut pertemuan rongga hidung dengan tenggorokan, dan dirancang untuk 'melumasi dan melembabkan area tenggorokan di belakang hidung dan mulut'.
Para ahli tentu saja bingung bagaimana kelenjar ini bisa luput dari perhatian begitu lama, meskipun Dr Wouter Vogel, ahli onkologi radiasi di Institut Kanker Belanda, mempunyai gagasan bagaimana kelenjar itu bisa luput dari perhatian.
Dia menjelaskan dibutuhkan pencitraan yang sangat sensitif untuk mengenali kelenjar tersebut karena kelenjar tersebut tidak terlalu mudah diakses oleh mata telanjang.
“Orang punya tiga set kelenjar ludah yang besar, tapi tidak ada di sana. Sejauh yang kami tahu, satu-satunya kelenjar ludah atau lendir di nasofaring berukuran kecil secara mikroskopis, dan jumlahnya mencapai 1.000 kelenjar yang tersebar merata di seluruh mukosa. Jadi, bayangkan betapa terkejutnya kami saat menemukan kelenjar ini," kata Dr Vogel.
Meskipun ini tidak disengaja, para ilmuwan berharap temuan mereka akan membantu pasien kanker mengalami lebih sedikit komplikasi setelah menerima radioterapi, karena mereka percaya banyak komplikasi seputar pengobatan berhubungan dengan kelenjar ludah tuba.
MG/Maulana Kusumadewa Iskandar
Studi tentang anatomi tubuh manusia dipelajari sejak zaman dahulu. Perkembangan dunia medis membuat para ilmuwan menemukan organ yang belum pernah mereka lihat sebelumnya pada 2020 lalu.
Dilansir dari Unilad, Sabtu (27/4/2024) tim peneliti di Belanda sedang mempelajari kanker prostat ketika mereka menemukan organ tubuh misterius tersebut. Lokasinya tepat di bawah wajah.
Para ilmuwan di Institut Kanker Belanda melakukan serangkaian pemindaian CT dan PET pada pasien yang telah disuntik dengan glukosa radioaktif yang membuat tumor bersinar pada pemindaian tersebut. Mereka menganalisa hasil pemindaian dan melihat dua area di dalam kepala menyala, menunjukkan bahwa ada satu set kelenjar ludah yang tersimpan di sana. Ketika mereka berhasil melacak organ tersebut, tim memberinya nama yang menarik, yaitu kelenjar ludah tubarial.
Kelenjar tersebut dapat ditemukan di belakang hidung; di sudut pertemuan rongga hidung dengan tenggorokan, dan dirancang untuk 'melumasi dan melembabkan area tenggorokan di belakang hidung dan mulut'.
Para ahli tentu saja bingung bagaimana kelenjar ini bisa luput dari perhatian begitu lama, meskipun Dr Wouter Vogel, ahli onkologi radiasi di Institut Kanker Belanda, mempunyai gagasan bagaimana kelenjar itu bisa luput dari perhatian.
Dia menjelaskan dibutuhkan pencitraan yang sangat sensitif untuk mengenali kelenjar tersebut karena kelenjar tersebut tidak terlalu mudah diakses oleh mata telanjang.
“Orang punya tiga set kelenjar ludah yang besar, tapi tidak ada di sana. Sejauh yang kami tahu, satu-satunya kelenjar ludah atau lendir di nasofaring berukuran kecil secara mikroskopis, dan jumlahnya mencapai 1.000 kelenjar yang tersebar merata di seluruh mukosa. Jadi, bayangkan betapa terkejutnya kami saat menemukan kelenjar ini," kata Dr Vogel.
Meskipun ini tidak disengaja, para ilmuwan berharap temuan mereka akan membantu pasien kanker mengalami lebih sedikit komplikasi setelah menerima radioterapi, karena mereka percaya banyak komplikasi seputar pengobatan berhubungan dengan kelenjar ludah tuba.
MG/Maulana Kusumadewa Iskandar
(msf)