Indonesia Hadapi Gelombang Kedua Pandemi Covid-19, WHO Berikan Pedoman Turunkan Penularan
Minggu, 11 Juli 2021 - 12:34 WIB
JAKARTA - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengakui bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi gelombang kedua pandemi Covid-19.
Lonjakan tinggi terkonfirmasi telah terjadi di DKI Jakarta, Bandung Raya, Semarang, Kudus, dan Surabaya, yang berasal dari varian delta.
Meski begitu, menurut Budi, apapun variannya tujuan utama dari setiap pandemi yang telah terjadi adalah mengurangi laju penularan.
"Karena banyak pandemi baru bisa selesai 5 tahun, 10 tahun, bahkan ada yang mencapai ratusan tahun. Jadi kita tidak usah terlalu berambisi bisa mengatasi pandemi dalam waktu 1 tahun. Itu jarang sekali hampir tidak ada saya rasa," kata Budi, secara virtual, Minggu (11/7).
Virus Corona memang tidak sefatal virus lainnya, seperti HIV, MERS, atau TBC, karena tingkat kematiannya secara persentase rendah. Tetapi yang bahaya dari virus ini adalah penularannya sangat tinggi.
Budi memaparkan, data di dunia mengatakan bahwa dari 100 orang yang terinfeksi, 80% bisa isolasi mandiri dan diharapkan dalam 14 hari bisa sembuh, 20% masuk RS untuk dirawat, 5% dari 20% itu perlu ke ICU, dan 1,6-1,7% dari 20% itu yang wafat.
"Jadi, kalau yang kena 100 ribu kasus aktifnya, mungkin masih bisa ditangani. Tapi kalu yang kena jadi 1 juta, RS kita tidak akan mampu menangangi 20% dari jumlah itu," tambah Budi.
Budi menuturkan, Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) sudah memberikan pedomam terkait cara mengurangi penularan. Yaitu ada 4 strategi utama, 3 strategi untuk orang sehat dan 1 strategu untuk orang sakit.
Lonjakan tinggi terkonfirmasi telah terjadi di DKI Jakarta, Bandung Raya, Semarang, Kudus, dan Surabaya, yang berasal dari varian delta.
Meski begitu, menurut Budi, apapun variannya tujuan utama dari setiap pandemi yang telah terjadi adalah mengurangi laju penularan.
"Karena banyak pandemi baru bisa selesai 5 tahun, 10 tahun, bahkan ada yang mencapai ratusan tahun. Jadi kita tidak usah terlalu berambisi bisa mengatasi pandemi dalam waktu 1 tahun. Itu jarang sekali hampir tidak ada saya rasa," kata Budi, secara virtual, Minggu (11/7).
Virus Corona memang tidak sefatal virus lainnya, seperti HIV, MERS, atau TBC, karena tingkat kematiannya secara persentase rendah. Tetapi yang bahaya dari virus ini adalah penularannya sangat tinggi.
Budi memaparkan, data di dunia mengatakan bahwa dari 100 orang yang terinfeksi, 80% bisa isolasi mandiri dan diharapkan dalam 14 hari bisa sembuh, 20% masuk RS untuk dirawat, 5% dari 20% itu perlu ke ICU, dan 1,6-1,7% dari 20% itu yang wafat.
"Jadi, kalau yang kena 100 ribu kasus aktifnya, mungkin masih bisa ditangani. Tapi kalu yang kena jadi 1 juta, RS kita tidak akan mampu menangangi 20% dari jumlah itu," tambah Budi.
Budi menuturkan, Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) sudah memberikan pedomam terkait cara mengurangi penularan. Yaitu ada 4 strategi utama, 3 strategi untuk orang sehat dan 1 strategu untuk orang sakit.
tulis komentar anda