Picu Gangguan Kesehatan, WHO Terbitkan Aturan Pemakaian Garam
loading...
A
A
A
GENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), baru-baru ini menerbitkan 'Global Sodium Benchmark' edisi kedua setelah edisi pertama dirilis pada Mei 2021.
Terdiri dari 10 tolak ukur berbagai kategori pangan dan cakupannya diperluas pada edisi kali ini.
Peraturan ini menentukan tingkat maksimum natrium di 70 subkategori makanan dan tujuan utamanya adalah untuk melengkapi upaya nasional dan regional yang sedang berlangsung dalam menetapkan target konsumsi garam.
Tolak ukur ini berguna bagi negara mana pun dalam menetapkan kebijakan dan strateginya untuk dialog yang sedang berlangsung antara WHO dan sektor swasta di tingkat global.
Laporan tersebut menekankan pola makan yang tidak sehat dan dikaitkan dengan sekitar delapan juta kematian di seluruh dunia, dua juta di antaranya disebabkan oleh asupan garam yang tinggi.
Menurut WHO, rekomendasi asupan garam harian adalah kurang dari lima gram dan jika dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah dan penyakit kardiovaskular.
Oleh karena itu, adaptasi tolak ukur lokal menjadi penting untuk langkah tersebut, jelas WHO lagi.
Terdiri dari 10 tolak ukur berbagai kategori pangan dan cakupannya diperluas pada edisi kali ini.
Peraturan ini menentukan tingkat maksimum natrium di 70 subkategori makanan dan tujuan utamanya adalah untuk melengkapi upaya nasional dan regional yang sedang berlangsung dalam menetapkan target konsumsi garam.
Tolak ukur ini berguna bagi negara mana pun dalam menetapkan kebijakan dan strateginya untuk dialog yang sedang berlangsung antara WHO dan sektor swasta di tingkat global.
Laporan tersebut menekankan pola makan yang tidak sehat dan dikaitkan dengan sekitar delapan juta kematian di seluruh dunia, dua juta di antaranya disebabkan oleh asupan garam yang tinggi.
Menurut WHO, rekomendasi asupan garam harian adalah kurang dari lima gram dan jika dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah dan penyakit kardiovaskular.
Oleh karena itu, adaptasi tolak ukur lokal menjadi penting untuk langkah tersebut, jelas WHO lagi.
(wbs)