Jadi Rebutan Taliban, UNODC Pastikan Hasil Tanah Afghanistan Melebihi Harga Emas & Minyak

Rabu, 18 Agustus 2021 - 13:29 WIB
Serdadu Taliban menjaga lahan Opium di Afghanistan. FOTO/ IST
KABUL - Taliban telah kembali menguasai Afghanistan dan mengumumkan amnesti umum. Hal ini menadakan bahwa Taliban tak hanya mengasai politik namun juga hasil tanah Afghanistan yang menggiurkan yakni Opium dan Ganja kini kembali dikuasai Taliban.

Seperti dilansir dari situs resmi UNODC, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengatakan penanaman ganja di Afghanistan yang dilanda konflik meningkat sebesar 37 persen pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan itu berpotensi menghasilkan sekitar 6.300 ton opium.

Temuan ini merupakan bagian dari survei baru Kantor Narkoba dan Kejahatan PBB (United Nations Office of Drugs and Crimes/UNODC) yang berkoordinasi dengan Badan Statistik dan Informasi Nasional Afghanistan (NSIA).

Survei itu dilakukan dua hari setelah Amerika Serikat dan sekutunya, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) secara resmi mulai menarik pasukan mereka dari Afghanistan, sebuah langkah untuk mengakhiri hampir 20 tahun keterlibatan militer internasional di negara itu.

"Total area penanaman ganja di Afghanistan diperkirakan mencapai 224 ribu hektare pada 2020, yang mewakili peningkatan sebesar 37 persen, atau 61 ribu hektare, jika dibandingkan pada 2019."

Survei tersebut mencatat daerah yang ditanami pada 2020 termasuk di antara empat daerah tertinggi yang pernah diukur di Afghanistan. Penanaman ganja meningkat di sebagian besar wilayah negara itu. Sebanyak 22 dari 34 provinsi di Afghanistan menanam ganja tahun lalu, menurunkan jumlah provinsi bebas ganja dari 13 menjadi 12, jika dibandingkan dengan 2019.

Wilayah barat daya Afghanistan, seperti biasa, menyumbang 71 persen dari total produksi opium, sedangkan penanaman di wilayah timur telah berkurang 28 persen. Provinsi Helmand Selatan, yang sebagian besar dikuasai atau diperebutkan oleh Taliban, tetap menjadi provinsi penanam ganja utama negara itu.

Para pejabat PBB mengatakan tantangan terkait aturan hukum seperti ketidakstabilan politik, korupsi, ketidakstabilan dan ketidakamanan yang disebabkan oleh kelompok pemberontak termasuk di antara faktor-faktor utama yang mendorong tingginya tingkat penanaman ganja di Afghanistan.

Faktor sosial ekonomi juga turut mempengaruhi keputusan para petani, seperti langkanya kesempatan kerja, pendidikan yang kurang berkualitas dan akses yang terbatas ke pasar.

Para pelaku survei menggunakan gambar-gambar satelit untuk memperkirakan hasil ganja karena pandemi virus corona menghambat mereka mengumpulkan data ganja di lapangan.
(wbs)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Terpopuler
Berita Terkini More