Kenalkan Microflier, Robot Terbang Seukuran Debu yang Bisa Terurai di Alam
Kamis, 23 September 2021 - 16:27 WIB
ILLIONIS - Terinspirasi oleh cara pohon menyebarkan benih, para peneliti mengembangkan microchip terbang kecil atau microflier yang tidak lebih besar dari sebutir pasir. Tak sekedar bisa terbang, robot mini ini juga bisa terurai di alam ketika sudah tidak lagi digunakan.
Microflier terbang ini menggunakan tenaga angin untuk terbang, mirip baling-baling helikopter. Teknologi ini bisa dibilang struktur terbang terkecil yang pernah dibuat manusia hingga saat ini.
Microflier yang dirancang oleh tim di Northwestern University di Illinois dibuat dengan teknologi ultra-miniatur, termasuk sensor, sumber daya, antena untuk komunikasi nirkabel dan memori yang tertanam untuk penyimpanan data.
"Kami membuat robot bersayap ke sistem elektronik skala kecil untuk pemantauan kontaminasi, pengawasan populasi, atau pelacakan penyakit," kata John dari Northwestern. A. Rogers, yang memimpin pengembangan perangkat baru seperti dikutip Science Alert, Kamis (23/9/2021).
Tim insinyur ingin merancang perangkat yang akan bertahan di udara selama mungkin untuk memaksimalkan pengumpulan data yang relevan. Ketika microflier dilepaskan ke udara, sayapnya berinteraksi dengan udara untuk menciptakan gerakan rotasi yang lambat dan stabil.
"Kami berpikir telah mengalahkan alam karena mampu membangun struktur seperti jatuhnya benih dari tanaman namun ini lebih lambat lagi," kata Rogers.
Rogers percaya perangkat ini bisa dilepas secara massal dari udara untuk memantau upaya perbaikan lingkungan setelah tumpahan minyak atau untuk melacak tingkat polusi udara di ketinggian yang berbeda.
Untungnya, laboratorium Rogers mengembangkan elektronik transien yang mampu larut dalam air setelah tidak lagi digunakan. Ini mirip daur ulang sampah yang dapat terurai di air maupun tanah seiring waktu.
"Kami membuat sistem elektronik transien fisik seperti itu menggunakan polimer yang dapat terdegradasi, konduktor yang dapat dikomposkan, dan chip sirkuit terintegrasi yang dapat larut yang secara alami menghilang menjadi produk akhir yang ramah lingkungan saat terkena air," kata Rogers.
Microflier terbang ini menggunakan tenaga angin untuk terbang, mirip baling-baling helikopter. Teknologi ini bisa dibilang struktur terbang terkecil yang pernah dibuat manusia hingga saat ini.
Microflier yang dirancang oleh tim di Northwestern University di Illinois dibuat dengan teknologi ultra-miniatur, termasuk sensor, sumber daya, antena untuk komunikasi nirkabel dan memori yang tertanam untuk penyimpanan data.
"Kami membuat robot bersayap ke sistem elektronik skala kecil untuk pemantauan kontaminasi, pengawasan populasi, atau pelacakan penyakit," kata John dari Northwestern. A. Rogers, yang memimpin pengembangan perangkat baru seperti dikutip Science Alert, Kamis (23/9/2021).
Tim insinyur ingin merancang perangkat yang akan bertahan di udara selama mungkin untuk memaksimalkan pengumpulan data yang relevan. Ketika microflier dilepaskan ke udara, sayapnya berinteraksi dengan udara untuk menciptakan gerakan rotasi yang lambat dan stabil.
"Kami berpikir telah mengalahkan alam karena mampu membangun struktur seperti jatuhnya benih dari tanaman namun ini lebih lambat lagi," kata Rogers.
Rogers percaya perangkat ini bisa dilepas secara massal dari udara untuk memantau upaya perbaikan lingkungan setelah tumpahan minyak atau untuk melacak tingkat polusi udara di ketinggian yang berbeda.
Untungnya, laboratorium Rogers mengembangkan elektronik transien yang mampu larut dalam air setelah tidak lagi digunakan. Ini mirip daur ulang sampah yang dapat terurai di air maupun tanah seiring waktu.
"Kami membuat sistem elektronik transien fisik seperti itu menggunakan polimer yang dapat terdegradasi, konduktor yang dapat dikomposkan, dan chip sirkuit terintegrasi yang dapat larut yang secara alami menghilang menjadi produk akhir yang ramah lingkungan saat terkena air," kata Rogers.
(ysw)
tulis komentar anda