China Bangun Kapal Peluncur Roket dari Laut, 2022 Siap Dioperasikan
Senin, 15 November 2021 - 07:28 WIB
JINAN - China sedang membangun kapal yang dirancang khusus untuk meluncurkan roket ke luar angkasa dari laut. Kapal peluncur roket terbaru ini memiliki panjang 162,5 meter dan lebar 40 meter, dibangun untuk China Oriental Spaceport di Haiyang, provinsi Shandong.
Dilansir dari laman space.com, Senin (15/11/2021), kapal laut ini dilengkapi peralatan pendukung peluncuran yang terintegrasi dan mampu memfasilitasi peluncuran Long March 11, roket komersial Smart Dragon yang lebih besar. Kapal baru itu diharapkan mulai beroperasi pada 2022. (Baca juga; 3 Taikonot China Siap Melakukan Misi Space Walk )
Di masa depan, kapal ini berfungsi seperti kapal drone pelabuhan antariksa otonom SpaceX yang menyediakan platform pendaratan untuk tahap pertama roket Falcon 9 dan Falcon Heavy. Kapal itu akan membantu China meningkatkan penambahan peluncuran roket ke luar angkasa dari laut karena empat pusat peluncuran utama China sudah cukup sibuk.
China telah melakukan dua peluncuran roket padat Long March 11 dari Laut Kuning menggunakan tongkang yang dikonversi dengan fasilitas peluncuran terbaru pada September 2020. Misi ini menjadikan China sebagai negara ketiga yang melakukan peluncuran roket dari laut, setelah Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Sejauh ini, sampai tahun 2021 China telah melakukan peluncuran ke luar angkasa sebanyak 41 kali. Ini merupakan rekor baru untuk peluncuran ke luar angkasa dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah ini melampaui AS yang sudah melakukan 39 peluncuran, termasuk peluncuran Rocket Lab dari Selandia Baru.
Peluncuran roket dari laut menjanjikan berbagai keuntungan lain bagi China. Penempatan lokasi peluncuran yang fleksibel, berarti lebih mudah untuk memilih jalur penerbangan. Roket bisa diluncurkan tanpa melintas wilayah udara negara lain dan lebih mudah mengarahkan puing-puing roket yang jatuh ke laut.
Dengan kapal laut juga memungkinkan peluncuran dilakukan lebih dekat ke khatulistiwa. Semakin besar kecepatan rotasi Bumi di dekat khatulistiwa, berarti kebutuhan bahan bakar menjadi lebih rendah untuk mencapai orbit. (Baca juga; Wang Yaping, Taikonot Wanita Pertama China yang Melaksanakan Misi Space Walk )
Proyek kapal peluncuran roket ini dikenal dengan China Oriental Seaport (kadang-kadang disebut "China Eastern Seaport"). Proyek ini dipimpin oleh China Academy of Launch Vehicle Technology (CALT) bekerja sama dengan pemerintah kota Haiyang.
Pangkalan Haiyang juga akan memiliki kapasitas perakitan dan pengujian roket, serta memproduksi hingga 20 roket padat per tahun. Rencana masa depan akan memungkinkan situs tersebut memproduksi roket propelan cair yang lebih kompleks.
Dilansir dari laman space.com, Senin (15/11/2021), kapal laut ini dilengkapi peralatan pendukung peluncuran yang terintegrasi dan mampu memfasilitasi peluncuran Long March 11, roket komersial Smart Dragon yang lebih besar. Kapal baru itu diharapkan mulai beroperasi pada 2022. (Baca juga; 3 Taikonot China Siap Melakukan Misi Space Walk )
Di masa depan, kapal ini berfungsi seperti kapal drone pelabuhan antariksa otonom SpaceX yang menyediakan platform pendaratan untuk tahap pertama roket Falcon 9 dan Falcon Heavy. Kapal itu akan membantu China meningkatkan penambahan peluncuran roket ke luar angkasa dari laut karena empat pusat peluncuran utama China sudah cukup sibuk.
China telah melakukan dua peluncuran roket padat Long March 11 dari Laut Kuning menggunakan tongkang yang dikonversi dengan fasilitas peluncuran terbaru pada September 2020. Misi ini menjadikan China sebagai negara ketiga yang melakukan peluncuran roket dari laut, setelah Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Sejauh ini, sampai tahun 2021 China telah melakukan peluncuran ke luar angkasa sebanyak 41 kali. Ini merupakan rekor baru untuk peluncuran ke luar angkasa dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah ini melampaui AS yang sudah melakukan 39 peluncuran, termasuk peluncuran Rocket Lab dari Selandia Baru.
Peluncuran roket dari laut menjanjikan berbagai keuntungan lain bagi China. Penempatan lokasi peluncuran yang fleksibel, berarti lebih mudah untuk memilih jalur penerbangan. Roket bisa diluncurkan tanpa melintas wilayah udara negara lain dan lebih mudah mengarahkan puing-puing roket yang jatuh ke laut.
Dengan kapal laut juga memungkinkan peluncuran dilakukan lebih dekat ke khatulistiwa. Semakin besar kecepatan rotasi Bumi di dekat khatulistiwa, berarti kebutuhan bahan bakar menjadi lebih rendah untuk mencapai orbit. (Baca juga; Wang Yaping, Taikonot Wanita Pertama China yang Melaksanakan Misi Space Walk )
Proyek kapal peluncuran roket ini dikenal dengan China Oriental Seaport (kadang-kadang disebut "China Eastern Seaport"). Proyek ini dipimpin oleh China Academy of Launch Vehicle Technology (CALT) bekerja sama dengan pemerintah kota Haiyang.
Pangkalan Haiyang juga akan memiliki kapasitas perakitan dan pengujian roket, serta memproduksi hingga 20 roket padat per tahun. Rencana masa depan akan memungkinkan situs tersebut memproduksi roket propelan cair yang lebih kompleks.
(wib)
tulis komentar anda