Arkeolog Kembali Temukan Baju Perang Berusia 2.500 Tahun di China

Rabu, 12 Januari 2022 - 06:36 WIB
Tim arkeolog yang melakukan pengalian di situs pemakaman kuno Yanghai kembali menemukan sebuah baju perang yang terbuat dari kulit. Foto/Live Science
BEIJING - Tim arkeolog yang melakukan pengalian di situs pemakaman kuno Yanghai kembali menemukan sebuah baju perang yang terbuat dari kulit. Ini adalah penemuan kedua karena sebelumnya tim juga menemukan hal serupa di lokasi.

Kepala peneliti dari Institut Studi Asia dan Oriental dari Universitas Zurich yang berkantor di Beijing, Patrick Wertmann mengatakan, ini adalah baju perang satu ukuran yang di desain sangat ringan dari kulit.

"Ini hampir sama dengan penemuan sebelumnya dan kemungkinan ini dibuat secara massal untuk prajurit kuno," katanya seperti dikutip Live Science, Rabu (12/01/2022).



Tim menyebutnya baju perang ini sebagai contoh awal bionik, atau mengambil inspirasi dari alam untuk teknologi manusia. "Ini memperkuat tubuh manusia untuk pertahanan yang lebih baik terhadap pukulan, tusukan, dan tembakan," kata rekan peneliti studi Mayke Wagner.



Para peneliti menemukan baju perang dari kulit ini di pemakaman Yanghai, sebuah situs arkeologi di dekat kota Turfan, yang terletak di tepi Gurun Taklamakan. Penduduk desa setempat telah menemukan kuburan kuno itu pada awal 1970-an.

Sejak tahun 2003, para arkeolog telah menggali lebih dari 500 kuburan di sana, termasuk kuburan dengan pelindung kulit. Temuan mereka menunjukkan bahwa orang kuno menggunakan kuburan terus menerus selama hampir 1.400 tahun, dari abad ke-12 SM.



Tidak ada catatan sejarah tentang orang-orang yang bermukim di Lembah Tarim. Sejarawan China kuno menyebut orang-orang di Lembah Tarim sebagai orang-orang Cheshi.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More