Arkeolog Kembali Temukan Baju Perang Berusia 2.500 Tahun di China
Rabu, 12 Januari 2022 - 06:36 WIB
Orang-orang ini tinggal di tenda-tenda, mempraktikkan pertanian, memelihara hewan seperti sapi dan domba, dan mahir berkuda. "Mereka ini mahir berkuda dan memanah," kata Wertmann.
Saat melakukan restorasi baju perang tersebut, tim arkeolog mengungkapkan bahwa pakaiaan itu memakai 5.444 sisik kulit kecil dan 140 sisik yang lebih besar. Menurut rekonstruksi tim, baju besi itu memiliki berat hingga 5 kilogram.
Duri tanaman yang menempel di baju besi memberikan tanggal radiokarbon 786 SM sampai 543 SM. Para peneliti menunjukkan bahwa itu lebih tua dari baju perang yang dikenakan oleh prajurit Persia.
Wagner mengatakan, melihat keunikan dari baju perang tersebut kemungkinan ini tidak dibuat di China. "Kami melihat baju perang dari kulit ini mungkin diproduksi di Kekaisaran Neo-Asyur dan mungkin juga daerah tetangga," katanya.
Baju perang ini melindungi bagian depan, pinggul, samping kiri dan punggung bawah. “Tampaknya pakaian yang sempurna untuk para pejuang dan prajurit berkuda, yang harus bergerak cepat dan mengandalkan kekuatan mereka sendiri,” tambahnya.
Namun yang masih menjadi misteri, baju perang ini dipakai oleh tentara asing dalam dinasti Asyur. Tim menilai apakah baju perang ini direbut dari prajurit asing atau dia sendiri seorang Asyur atau Kaukasia Utara yang entah bagaimana berakhir di Turfan.
Saat melakukan restorasi baju perang tersebut, tim arkeolog mengungkapkan bahwa pakaiaan itu memakai 5.444 sisik kulit kecil dan 140 sisik yang lebih besar. Menurut rekonstruksi tim, baju besi itu memiliki berat hingga 5 kilogram.
Duri tanaman yang menempel di baju besi memberikan tanggal radiokarbon 786 SM sampai 543 SM. Para peneliti menunjukkan bahwa itu lebih tua dari baju perang yang dikenakan oleh prajurit Persia.
Wagner mengatakan, melihat keunikan dari baju perang tersebut kemungkinan ini tidak dibuat di China. "Kami melihat baju perang dari kulit ini mungkin diproduksi di Kekaisaran Neo-Asyur dan mungkin juga daerah tetangga," katanya.
Baju perang ini melindungi bagian depan, pinggul, samping kiri dan punggung bawah. “Tampaknya pakaian yang sempurna untuk para pejuang dan prajurit berkuda, yang harus bergerak cepat dan mengandalkan kekuatan mereka sendiri,” tambahnya.
Namun yang masih menjadi misteri, baju perang ini dipakai oleh tentara asing dalam dinasti Asyur. Tim menilai apakah baju perang ini direbut dari prajurit asing atau dia sendiri seorang Asyur atau Kaukasia Utara yang entah bagaimana berakhir di Turfan.
(ysw)
tulis komentar anda