Trenggiling, Nyaris Punah Karena Mitos Sisik untuk Obat Vitalitas dan Sabu
Selasa, 26 April 2022 - 07:22 WIB
Sisik trenggiling disebut sebagai bahan sabu-sabu karena kandungan zat aktif analgesik untuk mengatasi nyeri, serta merupakan partikel pengikat zat pada psikotropika jenis sabu-sabu metamfetamin.
Tramadol HCI juga merupakan zat aktif yang merupakan salah satu obat analgesic yang digunalan untuk mengatasi nyeri hebat akut atau kronis dan nyeri pasca operasi.
Meski demikian, U.S. Fish and Wildlife Service melakukan penelitian pada awal 2019 terhadap kemotipe sisik pada 104 individu trenggiling yang mewakili semua spesies. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa tak satu pun dari spesimen menunjukkan keberadaan tramadol. Berita ataupun anggapan bahwa sisik pangolin mengandung analgesik tramadol telah dipatahkan oleh hasil penelitian ini.
Tetap saja gara-gara sisik itu Trenggiling dihargai sangat mahal. Berkisar antara Rp2,5 juta hingga Rp6 juta. Bahkan, di harga internasional bisa mencapai USD265 hingga USD760 per kilogram. Hal ini yang membuat para pemburu tergiur.
Bahkan, Indonesia menjadi salah satu pemasok Trenggiling terbesar, dengan jalur penyelundupan perdagangan illegal.
Susah Dilacak
Sisik satwa trenggiling diselundupkan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan lakban warna coklat untuk mengelabui petugas.
Perdagangan trenggiling susah dilacak. Sama seperti perdagangan narkotika. Butuh investigasi untuk menemukan titik-titik rawan.
Selain itu, hukuman yang diterima tidak memberikan efek jera pada pemburu. Mereka bisa hanya dihukum beberapa bulan penjara.
Sebagian besar penyitaan yang terjadi di Indonesia (83%) menunjukkan bahwa Sumatera menjadi lokasi sumber perburuan trenggiling.
Tramadol HCI juga merupakan zat aktif yang merupakan salah satu obat analgesic yang digunalan untuk mengatasi nyeri hebat akut atau kronis dan nyeri pasca operasi.
Meski demikian, U.S. Fish and Wildlife Service melakukan penelitian pada awal 2019 terhadap kemotipe sisik pada 104 individu trenggiling yang mewakili semua spesies. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa tak satu pun dari spesimen menunjukkan keberadaan tramadol. Berita ataupun anggapan bahwa sisik pangolin mengandung analgesik tramadol telah dipatahkan oleh hasil penelitian ini.
Tetap saja gara-gara sisik itu Trenggiling dihargai sangat mahal. Berkisar antara Rp2,5 juta hingga Rp6 juta. Bahkan, di harga internasional bisa mencapai USD265 hingga USD760 per kilogram. Hal ini yang membuat para pemburu tergiur.
Bahkan, Indonesia menjadi salah satu pemasok Trenggiling terbesar, dengan jalur penyelundupan perdagangan illegal.
Susah Dilacak
Sisik satwa trenggiling diselundupkan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan lakban warna coklat untuk mengelabui petugas.
Perdagangan trenggiling susah dilacak. Sama seperti perdagangan narkotika. Butuh investigasi untuk menemukan titik-titik rawan.
Selain itu, hukuman yang diterima tidak memberikan efek jera pada pemburu. Mereka bisa hanya dihukum beberapa bulan penjara.
Sebagian besar penyitaan yang terjadi di Indonesia (83%) menunjukkan bahwa Sumatera menjadi lokasi sumber perburuan trenggiling.
tulis komentar anda