Lewat Teleskop Canggih CHES, China Mencari Bumi Baru untuk Ditempati
Senin, 30 Mei 2022 - 08:56 WIB
Meski demikian, metode transit ini memiliki kekurangan. Yakni, butuh waktu lama alias lambat. Karena harus melihat banyak lintasan planet yang mengorbit di depan bintangnya sebelum para ilmuwan dapat mengenalinya.
Selain itu, metode ini hanya dapat mendeteksi jari-jari planet ekstrasurya (bukan massanya atau bentuk orbitnya), dan memerlukan survei bantuan dari teleskop berbasis darat untuk memastikan bahwa sinyal peredupan tidak disebabkan oleh aktivitas bintang lainnya.
Nah, teleskop baru milik China ini dapat melihat planet ekstrasurya lebih cepat dan lebih detail dengan menggunakan metode berbeda yang disebut astrometri.
Dengan metode astrometri, para ilmuwan akan mencari tanda goyangan bintang yang disebabkan oleh tarikan gravitasi dari planet yang mengorbit. Jika sebuah bintang sangat goyah dibanding enam hingga delapan bintang referensi di belakangnya, teleskop CHES akan menandainya untuk penyelidikan lebih lanjut.
Kemudian, dengan mempelajari cara khusus sebuah bintang bergoyang, para peneliti mengatakan mereka akan dapat mengidentifikasi massa eksoplanet yang mengorbitnya dan memetakan jalur tiga dimensi mereka di sekitarnya.
Keputusan pemerintah China untuk mendanai misi CHES akan dilakukan Juni 2022 mendatang. Jika mendapat lampu hijau, maka tim akan langsung bekerja untuk membangun teleskop raksasa tersebut dan diluncurkan pada 2026.
China menjadi negara yang sangat fokus untuk menjalankan misi ruang angkasa, selain Amerika dan Rusia. Mereka telah mendaratkan rover di bulan dan Mars, juga berencana menyelesaikan stasiun luar angkasa pertamanya pada akhir tahun ini dan memiliki pangkalan bulan yang berfungsi pada 2029.
Badan antariksa negara itu juga telah meluncurkan penyelidikan terahdap dark matter atau materi gelap, lewat sinar X- teleskop untuk mempelajari bintang neutron dan lubang hitam dan satelit komunikasi kuantum.
Selain itu, metode ini hanya dapat mendeteksi jari-jari planet ekstrasurya (bukan massanya atau bentuk orbitnya), dan memerlukan survei bantuan dari teleskop berbasis darat untuk memastikan bahwa sinyal peredupan tidak disebabkan oleh aktivitas bintang lainnya.
Nah, teleskop baru milik China ini dapat melihat planet ekstrasurya lebih cepat dan lebih detail dengan menggunakan metode berbeda yang disebut astrometri.
Dengan metode astrometri, para ilmuwan akan mencari tanda goyangan bintang yang disebabkan oleh tarikan gravitasi dari planet yang mengorbit. Jika sebuah bintang sangat goyah dibanding enam hingga delapan bintang referensi di belakangnya, teleskop CHES akan menandainya untuk penyelidikan lebih lanjut.
Kemudian, dengan mempelajari cara khusus sebuah bintang bergoyang, para peneliti mengatakan mereka akan dapat mengidentifikasi massa eksoplanet yang mengorbitnya dan memetakan jalur tiga dimensi mereka di sekitarnya.
Keputusan pemerintah China untuk mendanai misi CHES akan dilakukan Juni 2022 mendatang. Jika mendapat lampu hijau, maka tim akan langsung bekerja untuk membangun teleskop raksasa tersebut dan diluncurkan pada 2026.
China menjadi negara yang sangat fokus untuk menjalankan misi ruang angkasa, selain Amerika dan Rusia. Mereka telah mendaratkan rover di bulan dan Mars, juga berencana menyelesaikan stasiun luar angkasa pertamanya pada akhir tahun ini dan memiliki pangkalan bulan yang berfungsi pada 2029.
Badan antariksa negara itu juga telah meluncurkan penyelidikan terahdap dark matter atau materi gelap, lewat sinar X- teleskop untuk mempelajari bintang neutron dan lubang hitam dan satelit komunikasi kuantum.
tulis komentar anda