Kadar Emisi Melebihi Batas, Spesies Laut Menghadapi Kepunahan Massal
Minggu, 19 Juni 2022 - 07:30 WIB
LONDON - Penelitian terbaru mengungkap bahwa dengan emisi seperti sekarang ini yang sudah melebihi batas, maka spesies laut kemungkinan akan mengalami kepunahan massal yang setara dengan kepunahan besar di masa lalu. Ini karena emisi membuat kadar oksigen terlarut semakin menipis.
“Oksigen adalah kebutuhan mendasar, dan tidak ada penggantinya. Ketika suhu naik, lautan memiliki lebih sedikit oksigen, tetapi spesies laut membutuhkan lebih banyak oksigen," kata Curtis Deutsch, peneliti di Departemen Geosains di Universitas Princeton.
"Pertanyaannya adalah berapa banyak oksigen yang cukup dan berapa jumlah minimal yang dibutuhkan organisme tertentu untuk bertahan hidup,” tambah peneliti lain dari School of Oceanography di Universitas Washington, Justin L. Penn.
Penelitian dilakukan menggunakan data pemanasan global yang didasarkan pada skenario emisi yang tercantum dalam Laporan Penilaian Keenam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim.
Di bawah skenario emisi rendah, di mana suhu berhenti meningkat pada sekitar 1,9 ° C pemanasan pada akhir abad ini, penelitian yang mereka lakukan mengungkap bahwa spesies laut diperkirakan akan hilang jika emisi konsosten seperti sekarang ini.
Di bawah skenario emisi tinggi, di mana pemanasan bisa mencapai sekitar 4,9°C, risiko kepunahan akan semakin meningkat. Curtis Deutsch dan Justin L. Penn mencatat bahwa spesies kutub merupakan yang paling berisiko mengalami kepunahan.
“Spesies kutub memiliki kepekaan tertinggi terhadap suhu dan oksigen relatif terhadap daerah tropis, karena spesies di daerah tropis telah beradaptasi dengan kehidupan di daerah dengan suhu yang lebih tinggi dan tingkat oksigen yang lebih rendah,” jelas mereka.
Dalam makalah sebelumnya, penulis membandingkan periode pemanasan global dan hilangnya oksigen laut saat ini dengan kepunahan laut selama peristiwa “Kematian Hebat” di akhir Permian. Peristiwa itu terjadi sekitar 250 juta tahun yang lalu, dan menjadi yang terparah.
"Para pembuat kebijakan benar-benar perlu mulai melihat perbandingan ini karena bukanlah hiperbola untuk mengatakan bahwa krisis modern akan menjadi peristiwa kepunahan besar," pungkas Curtis Deutsch dan Justin L. Penn.
Melansir dari Eos, Sabtu (18/6/2022), intensitas kepunahan di laut sendiri sangat jarang terjadi. Itu sebabnya ekosistem laut sering diabaikan dalam studi semacam ini. Saat ini konservasi hanya berfokus ke spesies darat karena itu lebih mudah dilihat, dan ini rasanya tidak adil.
“Oksigen adalah kebutuhan mendasar, dan tidak ada penggantinya. Ketika suhu naik, lautan memiliki lebih sedikit oksigen, tetapi spesies laut membutuhkan lebih banyak oksigen," kata Curtis Deutsch, peneliti di Departemen Geosains di Universitas Princeton.
"Pertanyaannya adalah berapa banyak oksigen yang cukup dan berapa jumlah minimal yang dibutuhkan organisme tertentu untuk bertahan hidup,” tambah peneliti lain dari School of Oceanography di Universitas Washington, Justin L. Penn.
Penelitian dilakukan menggunakan data pemanasan global yang didasarkan pada skenario emisi yang tercantum dalam Laporan Penilaian Keenam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim.
Di bawah skenario emisi rendah, di mana suhu berhenti meningkat pada sekitar 1,9 ° C pemanasan pada akhir abad ini, penelitian yang mereka lakukan mengungkap bahwa spesies laut diperkirakan akan hilang jika emisi konsosten seperti sekarang ini.
Di bawah skenario emisi tinggi, di mana pemanasan bisa mencapai sekitar 4,9°C, risiko kepunahan akan semakin meningkat. Curtis Deutsch dan Justin L. Penn mencatat bahwa spesies kutub merupakan yang paling berisiko mengalami kepunahan.
“Spesies kutub memiliki kepekaan tertinggi terhadap suhu dan oksigen relatif terhadap daerah tropis, karena spesies di daerah tropis telah beradaptasi dengan kehidupan di daerah dengan suhu yang lebih tinggi dan tingkat oksigen yang lebih rendah,” jelas mereka.
Dalam makalah sebelumnya, penulis membandingkan periode pemanasan global dan hilangnya oksigen laut saat ini dengan kepunahan laut selama peristiwa “Kematian Hebat” di akhir Permian. Peristiwa itu terjadi sekitar 250 juta tahun yang lalu, dan menjadi yang terparah.
"Para pembuat kebijakan benar-benar perlu mulai melihat perbandingan ini karena bukanlah hiperbola untuk mengatakan bahwa krisis modern akan menjadi peristiwa kepunahan besar," pungkas Curtis Deutsch dan Justin L. Penn.
Melansir dari Eos, Sabtu (18/6/2022), intensitas kepunahan di laut sendiri sangat jarang terjadi. Itu sebabnya ekosistem laut sering diabaikan dalam studi semacam ini. Saat ini konservasi hanya berfokus ke spesies darat karena itu lebih mudah dilihat, dan ini rasanya tidak adil.
(wbs)
tulis komentar anda