Kisah Fred, Gajah Purba Mastodon yang Mati Karena Mencari Cinta
Rabu, 13 Juli 2022 - 22:05 WIB
AMERIKA - Fred adalah gajah purba yang lahir lebih dari 13.000 tahun lalu di Amerika. Mulanya, ia menghabiskan hidupnya dekat dengan keluarga. Tapi, di satu titik di masa remajanya, Fred meninggalkan keluarganya dan menempa jalannya sendiri.
Selama sisa hidupnya, Fred menjelajahi tempat yang sekarang menjadi Indiana. Setiap musim panas , dia akan bersaing dengan pejantan lain untuk mendapatkan pasangan lewat pertarungan fisik. Sayangnya, di sebuah pertarungan demi memperebutkan cinta, Fred mati. Usianya saat itu 34, yang terbilang muda untuk seekor gaja. Lalu, tubuhnya tenggelam ke dalam tanah berawa.
Saat ini, kerangka besar Fred disimpan di Museum Negara Bagian Indiana. Dan gadingnya baru-baru ini menjadi subjek studi penelitian yang menelusuri kisah hidupnya.
Dengan menganalisis senyawa kimia di gadingnya, tim peneliti mampu membuat laporan rinci tentang pola migrasi musiman Fred.Josh Miller, ahli paleoekologi di Universitas Cincinnati, menyebut Fred sebagai mastodon Buesching. Dinamai dari peternakan keluarga tempat jasad Fred ditemukan. Fred adalah kerabat jauh gajah modern.
Miller mengatakan bahwa rawa mengawetkan tulang Fred tetap utuh dan bisa dijadikan penelitian. ”Tulang Fred sangat indah. Gadingnya juga utuh," katanya.
Gading gajah purba memberikan ilmuwan banyak informasi terkait siklus hidupnya. Foto: ist
"Gading Mastodon tumbuh dalam lapisan berbeda, mirip cincin pada batang pohon. Akibatnya, nutrisi yang membangun lapisan gading Fred dapat memberi tahu kita banyak tentang di mana dia berada di berbagai titik dalam hidupnya. Lapisan-lapisan ini menyimpan catatan harian tentang perilaku Fred,” tambah Miller.
Tim memfokuskan analisis mereka pada variasi dalam dua elemen khusus: strontium dan oksigen. ”Setiap elemen datang dalam isotop berbeda, jenis rasa berbeda,” ujar Miller lagi.
Selama sisa hidupnya, Fred menjelajahi tempat yang sekarang menjadi Indiana. Setiap musim panas , dia akan bersaing dengan pejantan lain untuk mendapatkan pasangan lewat pertarungan fisik. Sayangnya, di sebuah pertarungan demi memperebutkan cinta, Fred mati. Usianya saat itu 34, yang terbilang muda untuk seekor gaja. Lalu, tubuhnya tenggelam ke dalam tanah berawa.
Saat ini, kerangka besar Fred disimpan di Museum Negara Bagian Indiana. Dan gadingnya baru-baru ini menjadi subjek studi penelitian yang menelusuri kisah hidupnya.
Dengan menganalisis senyawa kimia di gadingnya, tim peneliti mampu membuat laporan rinci tentang pola migrasi musiman Fred.Josh Miller, ahli paleoekologi di Universitas Cincinnati, menyebut Fred sebagai mastodon Buesching. Dinamai dari peternakan keluarga tempat jasad Fred ditemukan. Fred adalah kerabat jauh gajah modern.
Miller mengatakan bahwa rawa mengawetkan tulang Fred tetap utuh dan bisa dijadikan penelitian. ”Tulang Fred sangat indah. Gadingnya juga utuh," katanya.
Gading gajah purba memberikan ilmuwan banyak informasi terkait siklus hidupnya. Foto: ist
"Gading Mastodon tumbuh dalam lapisan berbeda, mirip cincin pada batang pohon. Akibatnya, nutrisi yang membangun lapisan gading Fred dapat memberi tahu kita banyak tentang di mana dia berada di berbagai titik dalam hidupnya. Lapisan-lapisan ini menyimpan catatan harian tentang perilaku Fred,” tambah Miller.
Tim memfokuskan analisis mereka pada variasi dalam dua elemen khusus: strontium dan oksigen. ”Setiap elemen datang dalam isotop berbeda, jenis rasa berbeda,” ujar Miller lagi.
tulis komentar anda