Seperti Manusia, Tikus Ternyata Juga Bisa Menari Ikuti Lagu Queen
Minggu, 13 November 2022 - 06:30 WIB
JAKARTA - Seperti manusia, tikus juga ternyata bisa menari mengikuti irama musik. Hal itu menunjukkan fakta bahwa sinkronisasi ketuka ternyata tidak mutlak dimiliki manusia saja.
Penelitian yang dilakukan ilmuwan University of Tokyo, Hirokazu Takahashi dan kawan-kawan justru menemukan adanya kemampuan otak yang sangat unik pada tikus. Dalam penelitian berjudul Spontaneous beat sychnronization in rats: Neural dynamics and motor entertainment disebutkan bahwa kemampuan untuk bergerak berinteraksi dan bergerak mengikuti musik sangat mungkin tersebar luas di antara spesies.
Hanya saja kemampuan menyesuaikan irama akan sangat tergantung pada konstanta waktu yang ada di otak. Hal itulah yang kemudian dengan sangat menakjubkkan ditunjukkan oleh tikus yang diteliti Hirokazu Takahashi dan kawan-kawan.
Dalam penelitian itu ilmuwan dari University of Tokyo mencoba mendengarkan beberapa jenis musik pada tikus. Total ada lima lagu yang coba didengarkan yakni lagu klasik ciptaan Mozart, Beat It yang dinyanyikan Michael Jackson, Born this Way milik penyanyi Lady Gaga, Sugar ciptaan grup musik Maroon 5, dan lagu hits Another One Bites the Dust dari grup musik legendaris Queen .
Hasilnya dari semua lagu itu, tikus justru mampu menari sesuai dengan irama. Hebatnya lagi kemampuan itu justru datang secara natural tanpa dilatih terlebih dulu.
"Tikus itu melakukannya tanpa pelatihan atau mendengar musik sebelumnya. Mereka menunjukkan adanya sinkronisasi ketukan yang sangat jelas terlihat dalam ketuka 120-140 detak per menit. Posisi yang sama dimana manusia juga mengalami sinkronisasi ketukan," ujar Hirokazu Takahashi.
Para ilmuwan memiliki dua hipotesa mengapa tikus mampu menari mengikuti musik. Pertama, tempo musik yang optimal untuk sinkronisitas ketukan akan ditentukan oleh konstanta waktu tubuh. Ini berbeda antara spesies dan jauh lebih cepat untuk hewan kecil dibandingkan dengan manusia.
Kedua, tempo optimal akan ditentukan oleh konstanta waktu otak, yang secara mengejutkan serupa di seluruh spesies. “Setelah melakukan penelitian kami dengan 20 peserta manusia dan 10 tikus, hasil kami menunjukkan bahwa tempo optimal untuk sinkronisasi ketukan tergantung pada konstanta waktu di otak,” kata Takahashi. “Ini menunjukkan bahwa otak hewan dapat berguna dalam menjelaskan mekanisme persepsi dari musik," jelasnya.
Temuan itu menurut Hirokazu Takahashi akan sangat bermanfaat untuk memahami cara kerja otak dan pengembangan kecerdasan buatan. "Saya juga tertarik menggunakan musik untuk kehidupan yang bahagia," jelasnya.
Penelitian yang dilakukan ilmuwan University of Tokyo, Hirokazu Takahashi dan kawan-kawan justru menemukan adanya kemampuan otak yang sangat unik pada tikus. Dalam penelitian berjudul Spontaneous beat sychnronization in rats: Neural dynamics and motor entertainment disebutkan bahwa kemampuan untuk bergerak berinteraksi dan bergerak mengikuti musik sangat mungkin tersebar luas di antara spesies.
Hanya saja kemampuan menyesuaikan irama akan sangat tergantung pada konstanta waktu yang ada di otak. Hal itulah yang kemudian dengan sangat menakjubkkan ditunjukkan oleh tikus yang diteliti Hirokazu Takahashi dan kawan-kawan.
Dalam penelitian itu ilmuwan dari University of Tokyo mencoba mendengarkan beberapa jenis musik pada tikus. Total ada lima lagu yang coba didengarkan yakni lagu klasik ciptaan Mozart, Beat It yang dinyanyikan Michael Jackson, Born this Way milik penyanyi Lady Gaga, Sugar ciptaan grup musik Maroon 5, dan lagu hits Another One Bites the Dust dari grup musik legendaris Queen .
Hasilnya dari semua lagu itu, tikus justru mampu menari sesuai dengan irama. Hebatnya lagi kemampuan itu justru datang secara natural tanpa dilatih terlebih dulu.
"Tikus itu melakukannya tanpa pelatihan atau mendengar musik sebelumnya. Mereka menunjukkan adanya sinkronisasi ketukan yang sangat jelas terlihat dalam ketuka 120-140 detak per menit. Posisi yang sama dimana manusia juga mengalami sinkronisasi ketukan," ujar Hirokazu Takahashi.
Para ilmuwan memiliki dua hipotesa mengapa tikus mampu menari mengikuti musik. Pertama, tempo musik yang optimal untuk sinkronisitas ketukan akan ditentukan oleh konstanta waktu tubuh. Ini berbeda antara spesies dan jauh lebih cepat untuk hewan kecil dibandingkan dengan manusia.
Kedua, tempo optimal akan ditentukan oleh konstanta waktu otak, yang secara mengejutkan serupa di seluruh spesies. “Setelah melakukan penelitian kami dengan 20 peserta manusia dan 10 tikus, hasil kami menunjukkan bahwa tempo optimal untuk sinkronisasi ketukan tergantung pada konstanta waktu di otak,” kata Takahashi. “Ini menunjukkan bahwa otak hewan dapat berguna dalam menjelaskan mekanisme persepsi dari musik," jelasnya.
Temuan itu menurut Hirokazu Takahashi akan sangat bermanfaat untuk memahami cara kerja otak dan pengembangan kecerdasan buatan. "Saya juga tertarik menggunakan musik untuk kehidupan yang bahagia," jelasnya.
(wsb)
tulis komentar anda