Teleskop James Webb Deteksi Es Terdingin di Alam Semesta, Berisi Bahan Penyusun Kehidupan
loading...
A
A
A
FLORIDA - Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) telah mengamati dan mengukur es terdingin di jangkauan terdalam awan molekul antarbintang. Molekul beku bersuhu minus 440 derajat Fahrenheit atau minus 263 derajat Celcius akan membantu para ilmuwan memahami bagaimana planet yang dapat dihuni terbentuk.
Menurut penelitian baru yang diterbitkan 23 Januari 2023 di jurnal Nature Astronomy, awan molekuler, terdiri dari molekul beku, gas, dan partikel debu. Partikel ini berfungsi sebagai tempat kelahiran bintang dan planet, termasuk planet layak huni, seperti Bumi.
Dalam penelitian terbaru ini, tim ilmuwan menggunakan kamera infra merah JWST untuk menyelidiki awan molekul yang disebut Chameleon I, berjarak sekitar 500 tahun cahaya dari Bumi. Di dalam awan yang gelap dan dingin, tim mengidentifikasi molekul beku seperti karbonil belerang, amonia, metana, metanol, dan lainnya.
Molekul-molekul ini suatu hari nanti akan menjadi bagian dari inti panas dari bintang yang sedang tumbuh, dan mungkin bagian dari planet ekstrasurya di masa depan. Mereka juga memegang bahan penyusun dunia yang dapat dihuni, seperti karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, dan belerang, campuran molekuler yang dikenal sebagai COHNS.
“Hasil kami memberikan wawasan tentang tahap awal, kimia gelap dari pembentukan es pada butiran debu antarbintang yang akan tumbuh menjadi kerikil berukuran sentimeter dari mana planet terbentuk,” kata Melissa McClure, astronom di Observatorium Leiden di Belanda, dikutip dari laman Live Science, Rabu (25/1/2023).
Bintang dan planet terbentuk di dalam awan molekuler seperti Chameleon I. Selama jutaan tahun, gas, es, dan debu runtuh menjadi struktur yang lebih masif. Beberapa dari struktur ini memanas menjadi inti bintang muda.
Saat bintang tumbuh, mereka menyapu lebih banyak materi dan menjadi semakin panas. Begitu bintang terbentuk, sisa gas dan debu di sekitarnya membentuk piringan. Sekali lagi, materi ini mulai bertabrakan, saling menempel dan akhirnya membentuk tubuh yang lebih besar.
Suatu hari nanti, gumpalan ini bisa menjadi planet. Bahkan yang layak huni seperti milik kita. "Pengamatan ini membuka jendela baru pada jalur pembentukan molekul sederhana dan kompleks yang diperlukan untuk membuat bahan penyusun kehidupan," kata McClure.
Menurut penelitian baru yang diterbitkan 23 Januari 2023 di jurnal Nature Astronomy, awan molekuler, terdiri dari molekul beku, gas, dan partikel debu. Partikel ini berfungsi sebagai tempat kelahiran bintang dan planet, termasuk planet layak huni, seperti Bumi.
Dalam penelitian terbaru ini, tim ilmuwan menggunakan kamera infra merah JWST untuk menyelidiki awan molekul yang disebut Chameleon I, berjarak sekitar 500 tahun cahaya dari Bumi. Di dalam awan yang gelap dan dingin, tim mengidentifikasi molekul beku seperti karbonil belerang, amonia, metana, metanol, dan lainnya.
Molekul-molekul ini suatu hari nanti akan menjadi bagian dari inti panas dari bintang yang sedang tumbuh, dan mungkin bagian dari planet ekstrasurya di masa depan. Mereka juga memegang bahan penyusun dunia yang dapat dihuni, seperti karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, dan belerang, campuran molekuler yang dikenal sebagai COHNS.
“Hasil kami memberikan wawasan tentang tahap awal, kimia gelap dari pembentukan es pada butiran debu antarbintang yang akan tumbuh menjadi kerikil berukuran sentimeter dari mana planet terbentuk,” kata Melissa McClure, astronom di Observatorium Leiden di Belanda, dikutip dari laman Live Science, Rabu (25/1/2023).
Bintang dan planet terbentuk di dalam awan molekuler seperti Chameleon I. Selama jutaan tahun, gas, es, dan debu runtuh menjadi struktur yang lebih masif. Beberapa dari struktur ini memanas menjadi inti bintang muda.
Saat bintang tumbuh, mereka menyapu lebih banyak materi dan menjadi semakin panas. Begitu bintang terbentuk, sisa gas dan debu di sekitarnya membentuk piringan. Sekali lagi, materi ini mulai bertabrakan, saling menempel dan akhirnya membentuk tubuh yang lebih besar.
Baca Juga
Suatu hari nanti, gumpalan ini bisa menjadi planet. Bahkan yang layak huni seperti milik kita. "Pengamatan ini membuka jendela baru pada jalur pembentukan molekul sederhana dan kompleks yang diperlukan untuk membuat bahan penyusun kehidupan," kata McClure.