Digempur Drone Laut, Rusia Akui Teknologi Radarnya Kebobolan

Minggu, 12 Februari 2023 - 13:03 WIB
loading...
Digempur Drone Laut,...
Rusia akui teknologi radarnya kebobolan. FOTO/ THE VERGE
A A A
MOSCOW - Amerika Serikat akui Rusia tak bisa diserang dari udara dengan pesawat secanggih apapun, namun meski demikian ternyata wilayah perairan Rusia kebobolan.



Ha ini terbukti dari Armada Laut Hitam Rusia mendapatkan serangan dari drone laut atau USV (Unmanned Surface Vehicle), dan seolah melakukan serangan balasan, Rusia kini gantian yang melakukan serangan ke Ukraina menggunakan USV.

Video pendek telah bermunculan di media sosia tentang apa yang tampak sebagai kapal tak berawak Rusia yang menyerang jembatan di selatan Odesa.

Media dan milblogger Rusia mengklaim jalan dan jembatan kereta api di Zatoka di wilayah Odesa ditabrak oleh drone kamikaze.

Namun, sejauh ini tingkat kerusakan pada jembatan yang menghubungkan antar wilayah Ukraina itu tidak dapat segera dipastikan.

Video berdurasi 18 detik yang dibagikan diTwitter tampaknya merupakan rekaman orang yang menonton video di layar komputer.

Sebuah kapal kecil yang bergerak cepat lewat di bawah jembatan di antara dua penyangga dan meledak sekitar 8 detik. Ada kilatan terang dan awan asap putih, tetapi video terputus sebelum tingkat kerusakan dapat ditampilkan.

Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dari pihak Rusia atas serangan drone laut ini. Channel Telegram Rybar melaporkan bahwa setidaknya ada beberapa kerusakan pada jembatan tersebut.

“Sulit untuk membicarakan skala kerusakan berdasarkan rekaman yang tersedia, tetapi, tampaknya, penyangga jembatan rusak,” lapor Rybar. “

Ini adalah satu-satunya jembatan kereta api yang mengarah ke bagian barat wilayah Odessa langsung melalui wilayah Ukraina. Rute terpendek alternatif adalah jalan raya, yang membentang hampir 8 km melalui wilayah Moldova.

Drone Bawah Laut atau unmanned underwater vehicle (UUV), merupakan teknologi kendaraan bawah air yang bisa beroperasi tanpa awak. Alat ini juga termasuk salah satu yang digunakan oleh militer sejumlah negara.

Adapun seaglider adalah drone laut yang memiliki teknologi pengumpulan data lebih maju. Berdasarkan publikasi resmi Konsberg, perusahaan global produsen teknologi kelautan, pertahanan dan dirgantara, seaglider adalah kendaraan bawah air nirawak otomatis (autonomous underwater vehicle atau AUV) yang dibuat untuk penelitian parameter oseanografi jangka panjang.

Bentuk seaglider biasanya mirip rudal, dengan 2 sayap di bagian belakang atau tengah. Dengan perubahan pada sayap dan daya apung yang ditenagai baterai, pergerakan seaglider dapat dikontrol dari jauh. Seaglider bisa bergerak di air dengan pola seperti gigi gergaji.

Alat ini sekaligus dapat menerima perintah dan mengirim data via telemetri satelit. Pengendalian alat ini bisa dilakukan berdasarkan kombinasi data GPS.

Masih mengutip keterangan dari Konsberg, seaglider bisa beroperasi hingga 10 bulan sehingga ia merupakan alat yang layak untuk kegiatan pemantauan kondisi laut.

Seaglider bisa mengumpulkan data dengan sensor eksternal yang mampu memindai kondisi laut, sifat air hingga lingkunganya.

Selain berguna untuk kegiatan riset oseanografi biologis maupun fisika dan kimiawi, seaglider pun layak dipakai untuk aktivitas intelijen, pengintaian, hingga penelitian lingkungan dan perikanan.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1441 seconds (0.1#10.140)