AS Pesan Pesawat Mata-Mata E-7 AEW&C, Lebih Canggih dari Pendahulunya E-3 Sentry AWACS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) membeli pesawat mata-mata terbaru E-7 Airborne Early Warning & Control (AEW&C). Pesawat canggih buatan Boeing ini untuk menggantikan armada pesawat mata-mata E-3 Sentry AWACS yang menua.
Angkatan Udara AS telah memberi Boeing kontrak senilai USD1,2 miliar untuk mengembangkan varian baru pesawat E-7. Angkatan Udara AS ingin menggantikan armada era perang dingin yang terdiri dari 31 pesawat peringatan dini E-3 Sentry AWACS.
Diketahui pesawat E-3 Sentry AWACS dibuat berdasarkan Boeing 707 dan mulai beroperasi pada tahun 1977. Selama Perang Dingin pesawat AWACS berfungsi sebagai pusat observasi terbang dan komando udara untuk mendeteksi pesawat musuh.
Saat ini hampir setengah abad kemudian, pesawat E-3 Sentry AWACS sudah usang dan akan dihapus dalam dua dekade berikutnya. Kemudian pemerintah AS pada tahun 2018, membeli varian E-7 yang awalnya dikembangkan pada 1990-an untuk Royal Australian Air Force (RAAF) yang dikenal sebagai E-7A Wedgetail.
Pesawat mata-mata E-7 AEW&C dibuat berdasarkan pesawat komersial Boeing 737. Perbedaannya yang paling mencolok dengan pesawat E-3 adalah kubah radar raksasa yang berputar ditukar dengan antena radar array.
Bentuk antenna radar array ini statis seperti sirip di atas badan pesawat, namun memindai secara elektronik aktif. Perangkat Northrop Grumman Multi ini berperan sebagai sensor Electronically Scanned Array (MESA).
Radar baru ini tidak hanya membantu membuat E-7 lebih ringan dari pendahulunya, tetapi juga menyediakan pelacakan simultan 360 derajat dari berbagai ancaman udara dan maritim. Ini juga memungkinkan komando dan kontrol yang fleksibel dari pasukan sahabat di darat, laut dan udara melalui konektivitas jaringan untuk analisis dan penargetan waktu nyata.
Selain itu, radar baru ini memiliki desain perangkat lunak arsitektur terbuka untuk peningkatan cepat seiring dengan peningkatan teknologi. “Pesawat E-7 adalah platform yang telah terbukti,” kata Stu Voboril, Wakil Presiden Program dan Manajer Umum E-7 dikutip dari laman NewAtlas, Selasa (7/3/2023).
Pesawat E-7 didukung dua mesin turbofan CFM International CFM56-7B27A sehingga mampu melesat dengan kecepatan 853 km/jam dan jangkauan 6.500 km. Pesawat E-7 memiliki lebar sayap 35 meter dan berat lepas landas maksimum 77.600 kg.
Di bagian dalam, ada ruang untuk dua awak pesawat dan stasiun hingga 10 spesialis misi. “Ini adalah satu-satunya pesawat canggih yang mampu memenuhi persyaratan Peringatan Dini & Kontrol Lintas Udara jangka pendek Angkatan Udara AS sambil memungkinkan integrasi di seluruh pasukan gabungan,” tambah Stu Voboril.
Angkatan Udara AS telah memberi Boeing kontrak senilai USD1,2 miliar untuk mengembangkan varian baru pesawat E-7. Angkatan Udara AS ingin menggantikan armada era perang dingin yang terdiri dari 31 pesawat peringatan dini E-3 Sentry AWACS.
Diketahui pesawat E-3 Sentry AWACS dibuat berdasarkan Boeing 707 dan mulai beroperasi pada tahun 1977. Selama Perang Dingin pesawat AWACS berfungsi sebagai pusat observasi terbang dan komando udara untuk mendeteksi pesawat musuh.
Baca Juga
Saat ini hampir setengah abad kemudian, pesawat E-3 Sentry AWACS sudah usang dan akan dihapus dalam dua dekade berikutnya. Kemudian pemerintah AS pada tahun 2018, membeli varian E-7 yang awalnya dikembangkan pada 1990-an untuk Royal Australian Air Force (RAAF) yang dikenal sebagai E-7A Wedgetail.
Pesawat mata-mata E-7 AEW&C dibuat berdasarkan pesawat komersial Boeing 737. Perbedaannya yang paling mencolok dengan pesawat E-3 adalah kubah radar raksasa yang berputar ditukar dengan antena radar array.
Bentuk antenna radar array ini statis seperti sirip di atas badan pesawat, namun memindai secara elektronik aktif. Perangkat Northrop Grumman Multi ini berperan sebagai sensor Electronically Scanned Array (MESA).
Radar baru ini tidak hanya membantu membuat E-7 lebih ringan dari pendahulunya, tetapi juga menyediakan pelacakan simultan 360 derajat dari berbagai ancaman udara dan maritim. Ini juga memungkinkan komando dan kontrol yang fleksibel dari pasukan sahabat di darat, laut dan udara melalui konektivitas jaringan untuk analisis dan penargetan waktu nyata.
Baca Juga
Selain itu, radar baru ini memiliki desain perangkat lunak arsitektur terbuka untuk peningkatan cepat seiring dengan peningkatan teknologi. “Pesawat E-7 adalah platform yang telah terbukti,” kata Stu Voboril, Wakil Presiden Program dan Manajer Umum E-7 dikutip dari laman NewAtlas, Selasa (7/3/2023).
Pesawat E-7 didukung dua mesin turbofan CFM International CFM56-7B27A sehingga mampu melesat dengan kecepatan 853 km/jam dan jangkauan 6.500 km. Pesawat E-7 memiliki lebar sayap 35 meter dan berat lepas landas maksimum 77.600 kg.
Di bagian dalam, ada ruang untuk dua awak pesawat dan stasiun hingga 10 spesialis misi. “Ini adalah satu-satunya pesawat canggih yang mampu memenuhi persyaratan Peringatan Dini & Kontrol Lintas Udara jangka pendek Angkatan Udara AS sambil memungkinkan integrasi di seluruh pasukan gabungan,” tambah Stu Voboril.
(wib)